Hitomi Nakamura Sukses Kenalkan Alat Musik Shamisen di Unpad

Hitomi Nakamura saat tampil dalam pagelaran Japanese Folk Music, “Tsugaru Shamisen & Minyo” di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Kampus Unpad Jatinangor

[Unpad.ac.id., 24/09/2012] “Bengawan Solo, no nagare, iware wo himete  kyou mo nagareru.” Petikan lirik lagu “Bengawan Solo” versi bahasa Jepang ini dinyanyikan oleh penyanyi tradisional Jepang, Hitomi Nakamura, dalam pertunjukan Japanese Folk Music, “Tsugaru Shamisen & Minyo” di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Kampus Unpad Jatinangor, Senin (24/09). Ini membuktikan bahwa lagu legendaris tersebut telah akrab di telinga orang-orang Jepang.

Hitomi Nakamura saat tampil dalam pagelaran Japanese Folk Music, “Tsugaru Shamisen & Minyo” di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Kampus Unpad Jatinangor (Foto: Tedi Yusup)*

Lagu yang diciptakan oleh seniman maestro Indonesia, alm. Gesang, ini mendapat antusias dari para penonton. Tidak hanya itu, Hitomi pun mengajak penonton untuk menyanyi bersama dengan versi bahasa Indonesia. Banyak penonton yang ikut bernyanyi bersama Hitomi, termasuk para Pembantu Dekan dan dosen dari FIB Unpad.

“Lagu ‘Bengawan Solo’ sangat populer di Jepang. Pengarangnya sendiri pun mendapat tempat yang khusus di Jepang, terutama di daerah Osaka, sehingga di sana ada komunitas yang khusus mencintai musik-musik ciptaan Pak Gesang, termasuk lagu ‘Bengawan Solo’ tersebut,” ujar Pembantu Dekan II FIB Unpad, Elly Sutawikara, M.Hum.

Ada 8 buah lagu yang dibawakan oleh Hitomi dalam pertunjukan tersebut, yaitu Tsugaru Jhonkara Bushi, Tsugaru Aiya Bushi, Ushibuka Haiya Bushi, Tankho Bushi, Otachi Zake, Sukiyaki, Bengawan Solo, dan Nanbu Tawaratsumi Uta. Rata-rata lagu yang dinyanyikan merupakan lagu tradisional Jepang dari beberapa daerah dan memiliki cerita tersendiri. Suara emas Hitomi pun berhasil memukau penonton lewat lagu Otachi Zake yang sering dibawakan dalam acara pernikahan di Jepang. Bahkan, dalam lagu Tanko Bushi, Hitomi mengajak sepuluh orang penonton untuk menari bersama dengan gaya yang dipraktikkan sendiri oleh Hitomi.

Selain menyanyi, Hitomi pun memperlihatkan keahliannya bermain Shamisen, yakni alat musik dawai tradisional Jepang dari daerah Tsugaru, dan memiliki 3 dawai yang dimainkan dengan cara dipetik oleh bachi (sejenis pick). Shamisen tersebut dimainkan dalam 4 lagu, yakni Tsugaru Jhonkara Bushi, Tsugaru Aiya Bushi, Ushibuka Haiya Bushi, serta Nanbu Tawaratsumi Uta.

Pertunjukan Japanese Folk Music, “Tsugaru Shamisen & Minyo” ini digelar sebagai rangkaian dari kegiatan Japanese Asean Cultural Exchange Forum Part 2 “Cultural Exchange Between Japan and Indonesia”. Menurut Elly, pertunjukan musik Shamisen ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa Sastra Jepang, mengenai macam-macam alat musik tradisional Jepang. Selain itu, Elly pun berharap bahwa pertunjukan ini dapat menjadi ajang untuk mengenalkan dua kebudayaan antara Indonesia dengan Jepang.

“Semoga kegiatan ini akan terus dilanjutkan, sehingga pengenalan budaya antara Indonesia dengan Jepang mampu dikenal oleh generasi-generasi berikutnya,” harap Elly. *

Laporan oleh: Arief Maulana / eh*

Share this: