Dua Mahasiswa FPIK Unpad Ikuti Guy’s Trust and MantaWatch UK Internship

Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad, Muhammad Ichsan dan Anindita Rustandi saat mengikuti program Guy’s Trust and Mantawatch UK Internship di Taman Nasional Komodo, NTT.*

[Unpad.ac.id, 31/10/2012] Lautan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati dan biota laut yang sangat indah. Kekayaan yang dimiliki tersebut sudah selayaknya kita manfaatkan sekaligus pelihara sebaik mungkin. Melalui Guy’s Trust and MantaWatch UK Internship, dua orang mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad, Muhammad Ichsan dan Anindita Rustandi berkesempatan untuk menikmati sekaligus belajar melindungi alam laut yang ada di Indonesia.

Dua mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan, FPIK Unpad, Muhammad Ichsan  (kanan) dan Anindita Rustandi (kiri) saat mengikuti program Guy’s Trust and MantaWatch UK Internship di Taman Nasional Komodo, NTT.*

“Guy’s Trust and MantaWatch UK Internship ini merupakan program pelatihan mengenai konservasi sumber daya hayati laut,” ujar Ichsan ketika ditemui di ruang UPT Humas Unpad, Gedung Rektorat Unpad Jatinangor, Selasa (30/10). Internship tersebut baru pertama kali diadakan di Indonesia dan hanya berhasil diraih oleh Ichsan dan Anindita.

Selama kurang lebih empat minggu, terhitung mulai 24 September hingga 19 Oktober lalu, keduanya mendapatkan pelatihan mengenai konservasi salah satu biota laut di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. Internship ini sendiri dikhususkan pada upaya konservasi Ikan Pari Manta (Manta birostris), salah satu pari terbesar sekaligus spesies yang dapat dibilang langka.

Disana, mereka dikenalkan dengan Manta Ray serta pelatihan dalam pemantauan dan teknik menyelam ilmiah. Mereka juga bekerja bersama staf MantaWatch, dimana mereka mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang prosedur lapangan standar, desain eksperimental, protokol pengambilan sampel, teknik pemantauan lingkungan, operasi menyelam ilmiah, dan peran ilmu pengetahuan warga dalam pengelolaan konservasi.

“Kita dikasih skill di lapangan untuk mengumpulkan data tentang pari ini secara habitat, biologis, tingkah laku, populasi, dan sebagainya. Disana juga kita diajarkan mengenai bagaimana perilaku kita ketika diving dengan manta, serta konservasi Manta-nya itu sendiri, ” tutur Anindita.

Kegiatan yang lebih banyak diisi dengan pekerjaan lapangan ini difokuskan pada pengumpulan data Pari Manta itu sendiri. Pertama, untuk mengetahui jumlah populasi Pari Manta, mereka memakai metode photo tagging, dengan mengambil area diantara insang Pari Manta. Kedua, mereka juga harus mengukur parameter fisik sekitar Pari Manta itu sendiri seperti arus air, suhu, temperatur, pasang surut, posisi bulan, dan sebagainya.

“Kita analisa data Pari Manta-nya itu habitat terbaiknya pada saat apa, dimana, dan bagaimana,” tambah Ichsan.

Berdasarkan pengamatan yang telah mereka lakukan selama kurang lebih satu bulan bersama para mentor mereka yaitu Andrew Harvey (Inggris) dan Laura Smelter (Australia), spesies ini biasanya muncul antara lain ketika bulan penuh atau bulan mati. Selain itu, Pari Manta juga akan muncul ketika terjadi arus vertikal yang membawa nutrisi berupa plankton, makanan mereka, dari dasar ke atas.

Diakui Ichsan dan Anindita, cukup banyak hal positif yang dapat mereka raih selama melakukan kegiatan tersebut. Selain dapat melihat Pari Manta di perairan dan di lautan secara langsung, mereka juga sepakat bahwa kegiatan yang mereka ikuti ini menambah pengalaman mereka dalam pergaulan internasional.

“Ini merupakan sebuah kesempatan buat bekerja sama secara internasional dengan para mentor dari luar negeri, sehingga membuka peluang kita juga untuk go internasional,” ucap Anindita.

Bahkan menurut Ichsan kegiatan ini juga mampu mengasah soft skill mereka berdua. ”Di lapangan kita juga me-refresh kembali cara diving dan belajar banyak cara ngambil foto bawah air,” tambahnya.

Kedepan, mereka juga berharap dapat berbagi pengalaman yang mereka dapatkan dengan teman-teman yang ada disini dengan membuat talkshow di FPIK Unpad. Khusus untuk Pari Manta, populasi spesies ini dianggap dekat dengan bahaya karena tingginya kegiatan perikanan yang tak sebanding dengan rasio kelahiran mereka. Oleh karena itu, mereka berharap dapat membangun kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga kelangsungan hidup Pari Manta.

“Kita berharap dapat menimbulkan kesadaran masyarakat bahwa Pari Manta itu rentan dan sebagainya. Selain itu, Pari Manta itu lebih menguntungkan untuk tourism dari pada sebagai tangkapan,” tegas Ichsan.*

Laporan oleh: Indra Nugraha/mar

Share this: