Masyarakat Indonesia Harus Siap Tanggap Bencana

[Unpad.ac.id, 20/10/2012] Potensi kebencanaan di Jawa Barat cukup besar. Hal ini ditandai dengan banyak kejadian bencana alam yang terjadi di beberapa daerah. Salah satu bencana alam yang memiliki potensi yang besar terjadi ialah gempa bumi. Mengingat Bandung sebagai ibukota Jawa Barat rentan terhadap gempa bumi karena memiliki jalur patahan dan gunung berapi yang masih aktif, oleh karena itu antisipasi kebencanaan perlu rutin disosialisasikan agar masyarakat lebih tanggap dan sadar lebih dini agar kerugian yang ditimbulkan oleh bencana bisa diminimalisasi.

Logo Unpad*

Menurut Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Unpad, Hana Rizmadewi Agustina, S.Kp., M.N., tanggap bencana sebenarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Indonesia sendiri termasuk ke dalam negara yang berada di area Ring of Fire atau negara yang dikelilingi oleh gunung berapi sehingga tidak bisa dipungkiri bencana alam bisa terjadi di seluruh wilayah di Indonesia.

“Tanggap bencana ini sangat penting sekali untuk konteks Indonesia. Dengan berada di lingkungan gunung berapi, kemungkinan terjadi bencana gempa bumi itu sangat mungkin terjadi,” ujar Hana.

Hana yang ditemui saat membuka kegiatan “Liga Emergency, Seminar dan Pelatihan Tanggap Bencana”, Sabtu (20/10) di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) FIB Unpad ini mengungkapkan, berkaca kepada negara Jepang yang acapkali mengalami gempa bumi, masyarakat di sana sudah terbilang tanggap ketika bencana gempa terjadi. Masyarakat pun sudah tahu apa yang akan dilakukan. Pertanyaannya adalah sudah sejauh manakah kesiapan masyarakat di Indonesia akan bencana gempa?

“Berkaca pada kejadian gempa yang lalu membuktikan bahwa  masyarakat belum siap menghadapi gempa bumi,” jawab Hana.

Masalah tersebut tentunya mesti diantisipasi bersama, terutama oleh institusi yang bergerak di bidang kesehatan. Oleh karena itu, Liga Emergency ini digelar oleh Padjadjaran Nursing Corps (PNC) FIK Unpad sebagai respons atas permasalahan tanggap bencana yang belum optimal di Indonesia. Sebagai institusi yang bergerak di bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan, sebab institusi tersebut merupakan garda terdepan yang diterjunkan langsung ketika bencana terjadi.

“Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan tanggap bencana dari masing-masing personil itu harus ada,” ujar Hana.

Kegiatan yang digelar selama dua hari (20-21/10) ini terdiri dari seminar tanggap bencana oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat, serta simulasi tanggap gempa langsung yang diadakan oleh PNC. Kegiatan ini juga diikuti oleh 135 peserta dari berbagai institusi pendidikan kesehatan dari berbagai kota di Jawa Barat. Menurut ketua pelaksana kegiatan, Silvia Forlentina, tanggap terhadap gempa bumi ini dipilih berdasarkan fakta bahwa bencana ini sering terjadi di Indonesia

“Kegiatan ini baru pertama kali digelar oleh PNC FIK Unpad. Kita berharap bisa membekali rekan-rekan calon perawat untuk bisa lebih tanggap ketika bencana sewaktu-waktu terjadi,” kata Silvia.*

Laporan oleh: Arief Maulana/mar

 

Share this: