Pentingnya Peran Lulusan Statistika dalam Meningkatkan Pangsa Pasar

Drs. Kresnayana Yahya, M.Sc., saat menyampaikan presentasinya di Seminar Nasional Statiska III, Sabtu (20/10) di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad Jatinangor. (Foto: Arief Maulana)

[Unpad.ac.id, 20/10/2012] Sebagai negara yang berkembang, Indonesia mengambil peran 1% dalam ekonomi dunia. Hal tersebut didukung oleh perbandingan usia produktif yang lebih tinggi dari usia nonproduktif. Peristiwa tersebut sering disebut dengan “bonus demografi” atau periode di mana angka indenpendency ratio (indeks perbandingan antara usia nonproduktif dibagi usia produktif) mencapai angka minimal di bawah 50%.

Diperkirakan periode tersebut akan dialami Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, sehingga dalam periode tersebut akan terdapat banyak tenaga kerja produktif yang dapat diberdayakan untuk mendorong peningkatan produktivitas nasional. Berdasarkan paparan Drs. Kresnayana Yahya, M.Sc., tersebut, kelompok usia produktif usia 15-64 tahun di Indonesia saat ini mencapai 66% dari total penduduk atau sekitar 165 juta. Hal tersebut sangat berbeda dengan median age di negara-negara maju, seperti Jepang, Eropa, Amerika, maupun Cina, yang sudah susah mencari usia muda produktif.

“Usia produktif saat ini akan menentukan keberhasilan Indonesia tahun 2050,” ujar Kresnayana saat menyampaikan presentasi dengan judul “Role of Statistics in Marketing” di Seminar Nasional Statistika III, Sabtu (20/10) di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad Jatinangor.  Acara ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Statistika FMIPA Unpad.

Ia membuktikan bahwa seorang young entrepreneur Indonesia ternyata lebih mampu menghasilkan new business, yakni bisnis dengan memanfaatkan media sosial di internet, ketimbang old entrepreneur. Hal tersebut menjadikan bahwa marketing menjadi lebih unik dan kompleks. Oleh karena itu, peran seorang lulusan stastistika untuk meningkatkan market yang digabung dengan kondisi sosial yang ada perlu ditingkatkan.

Pengamat Marketing dari Enciety Bussines Consult ini juga mengungkapkan, apa pun tantangan market yang dihadapi, hal dasar yang harus dimulai ialah siapa yang akan menjadi target market kita dahulu. “Ini lebih penting daripada berpikir tentang produk apa yang akan dihasilkan,” tegas Kresnayana.

Hal itulah yang diembankan kepada Program Studi Ilmu Statistika. Sebab, menurutnya belum ada di manapun yang mengajarkan mata kuliah Marketing Research sebagai metode penelitian Statistik. Begitu pun di program studi Ekonomi, jenis mata kuliah ini tidak bisa diajarkan begitu saja, sebab membutuhkan pemahaman mengenai ilmu Statistik.

Hal yang menjadi kendala dalam perkembangan Ilmu Statistik salah satunya ialah pada Problem Statistical Thinking. Diakuinya, dalam Ilmu Statistik banyak dipelajari mengenai Matematika Statistik, namun itu hanya sebatas pada infrastruktur saja, apabila tidak dibarengi dengan membangun Statistical Marketing Models / Marketing Decision Models.

“Kita sebenarnya membutuhkan Statistical Thinking ketika mempelajari Ilmu Statistik. Sebab, kita akan bisa menggunakan Statistic Methods setelah kita tahu tentang Statistical Thinking,” jelasnya.*

Laporan oleh: Arief Maulana/mar

Share this: