Tercatat Sebagai Wisudawan Tercepat, M. Noor Rizal Tempuh Jenjang Sarjana Selama 3 Tahun 1 Bulan

Muhamad Noor Rizal (Foto: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id., 9/11/2012] “Terima kasih sudah mendoakan dan membantu kuliah saya,” ucap Muhamad Noor Rizal kepada kedua orang tuanya, Cecep Sugandi dan Imas Halimah. Rizal, begitu nama panggilannya, adalah wisudawan Unpad dengan predikat sebagai wisudawan dengan masa studi tercepat untuk program sarjana, yakni 3 tahun 1 bulan pada pelaksanaan Wisuda Gelombang I Tahun Akademik 2012/2013. Menyandang gelar alumni, langkah yang akan dituju masih panjang, salah satunya ialah ingin melanjutkan studi ke jenjang pascasarjana. Tentunya, doa orang tualah yang akan selalu menjadi pedomannya.

Muhamad Noor Rizal (Foto: Tedi Yusup)*

Ia mengenang bagaimana ibunya selalu bangun pagi-pagi sekali untuk memasak sarapan untuknya, serta ayahnya yang selalu mengantarnya untuk berkuliah di program studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad. Tidak ingin menyia-nyiakan usaha kedua orang tuanya, Rizal pun giat berkuliah dan mencoba menghilangkan kesan jenuh selama kuliah. Terbukti, nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang Rizal kantongi tergolong baik dan ia pun giat mengambil mata kuliah di semester atas agar mampu menyelesaikan studinya dengan cepat.

“Seringkali memasuki semester 7, mahasiswa dihadang rasa jenuh. Oleh karena itu saya putuskan untuk menyelesaikan perkuliahan di semester 6 sebelum rasa jenuh di semester 7 juga dirasakan oleh saya,” jelasnya ketika diwawancarai di Ruang Humas Kampus Unpad Bandung, Kamis (8/11) kemarin.

Rizal pun aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan, baik di jurusan, fakultas, maupun di Unpad. Ia sendiri menganggap bahwa organisasi pun memiliki andil yang besar dalam proses perkuliahannya. “Dalam organisasi kita belajar leadership dan cara mengatur waktu.  Karena bagi saya masalah waktu itu masalah yang straight, makanya saya selalu membuat jadwal waktu,” ungkap Rizal yang lahir tanggal 7 Februari 1990.

Sulit memang untuk bisa konsentrasi baik di bidang akademik maupun di bidang organisasi. Namun, menurut Rizal, apabila mahasiswa berhasil untuk mengatur waktu, itu akan menjadi nilai lebih. Pasalnya, seringkali mahasiswa kurang bisa untuk menyeimbangkan kegiatan akademik dan organisasi. Perspektif inilah yang harus diubah oleh seorang mahasiswa, agar ke depan mahasiswa tidak menjadi mahasiswa yang apatis. Mengikuti organisasi adalah salah satu kelimuan yang mungin tidak akan didapat di bangku perkuliahan.

Sementara itu, sebagai alumni Sastra Inggris Unpad, Rizal pun mengaku banyak sekali keilmuan dan pengalaman yang Rizal dapatkan selama proses kuliah. Meskipun pilihan untuk masuk ke program studi Sastra Inggris bukan menjadi pilihan utama dalam ujian SNMPTN dulu, Rizal merasa bersyukur sekali bisa diterima dan belajar di program studi tersebut.

“Selama ini orang banyak mengira kuliah di Sastra Inggris khususnya, agar ke depannya jago berbahasa Inggris. Padahal, yang paling penting adalah kemampuan menganalisis sosio-kultural yang ada dalam suatu teks maupun peristiwa. Sebab, bagi saya, pendidikan humaniora itu merupakan tonggak prinsip demokrasi yang sedang dirintis oleh negara ini bukan sekadar mendapatkan gelar sarjana saja,” paparnya.

Oleh karena itu, ada pemikiran unik yang selalu menjadi pedoman Rizal ketika menyelesaikan kuliahnya, yakni “Kagok edan (terlanjur edan)”. Pemikiran tersebut selalu menjadi langkah awalnya saat akan mengambil mata kuliah di semester atas atapun ketika memutuskan berkecimpung juga di dunia organisasi kemahasiswaan. Sebab, dunia mahasiswa baginya adalah dunia yang penuh semangat, sehingga impian ke depan yang akan ia bangun ialah meneruskan kuliahnya. “Mumpung saya masih muda dan semangat, saya berniat akan meneruskan kuliah saya ke jenjang Pascasarjana. Namun, mungkin untuk saya ini saya akan fokus bekerja dahulu,” ujar Rizal yang kini sedang magang di Unpad sebagai penerjemah teks website Unpad.

Kedua orang tua Rizal, Cecep dan Imas mengaku sangat senang dan bangga atas prestasi yang telah ditoreh anaknya. Doa yang takputus selalu menjadi pedoman Rizal hingga mampu meraih cita-citanya kelak. Harapannya hanya dua, yakni agar Aa (panggilan Rizal di rumah) bisa sukses dan tercapai segala yang diinginkan dan dicita-citakannya. Sebuah doa yang selalu terucap di hati kedua orang tuanya.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh*

Share this: