Peduli Laju Populasi, Program Magister Ilmu Ekonomi Unpad Gelar Seminar Nasional

Rektor Unpad, Prof Ganjar Kurnia saat menjad pembicara pada Seminar Nasional bertajuk “Population & Human Resources Development” di Bale Rumawat Padjadjaran, kampus Unpad Bandung (Foto: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 24/04/2013] Program Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad, menggelar Seminar Nasional dan Call for Paper bertajuk “Population & Human Resources Development”, Rabu dan Kamis (24-25/04), di Bale Rumawat Padjadjaran, kampus Unpad, Jln Dipati Ukur. No 35 Bandung. Sebanyak 150 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Kota Bandung mengikuti kegiatan tersebut.

Rektor Unpad, Prof Ganjar Kurnia saat menjad pembicara pada Seminar Nasional bertajuk “Population & Human Resources Development” di Bale Rumawat Padjadjaran, kampus Unpad Bandung (Foto: Tedi Yusup)*

Ahmad Kafrawi, Ketua Pelaksana dari semnas tersebut mengungkapkan, tema tersebut diambil berdasarkan pentingnya aspek populasi terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Saat ini, tingkat pertumbuhan populasi khususnya di Indonesia terus meningkat. Oleh karena itu, perlu antisipasi tingkat lanjut untuk mengendalikan laju pertumbuhan populasi tersebut agar senada dengan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

“Melalui seminar ini diharapkan ada diskusi untuk mengetahui kebijakan-kebijakan di Indonesia terkait dengan pertumbuhan populasi tersebut,” ujar Ahmad saat ditemui pada Rabu (24/04).

Acara dibuka dengan kuliah umum yang disampaikan oleh Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia.  Dalam kesempatan tersebut, Rektor menyampaikan mengenai efek dari Bonus Demografi di Indonesia. Menurut Rektor, istilah tersebut seringkali disalahartikan. Bonus Demografi sering dianggap sebagai faktor keberhasilan. Padahal, efek dari bonus demografi sendiri seringkali membahayakan.

“Kita harus hati-hati dengan istilah Bonus Demografi ini, karena menyangkut angka rasio ketergantungan (depedency ratio),” ungkap Rektor.

Bonus demografi tersebut terjadi apabila ada penurunan depedency ratio, yakni beban usia tanggungan (0-15) dan (65 ke atas) lebih kecil dari angka usia produktif (15-64). Namun, Rektor mengkritisi kondisi tersebut. Menurutnya, jumlah angka usia produktif yang tinggi belum tentu telah bekerja. Saat ini di Indonesia, jumlah usia produktif diperkirakan akan meningkat sekitar 171,9 juta pada tahun 2015, 195,2 juta pada tahun 2030, dan kembali menurun menjadi 191,5 juta pada tahun 2050.

“Jumlah tersebut disebabkan Bonus Demografi yang termasuk pasangan usia subur akan memiliki peluang melahirkan yang sangat tinggi, sehingga Double Population di Indonesia akan terjadi dalam kurun waktu 46 tahun,” ujar Rektor.

Terkait dengan banyaknya angka pengangguran di angka usia produktif, Rektor mengindikasikan kondisi tersebut disebabkan oleh masih rendahnya angka lama sekolah dari jumlah usia produktif tersebut, yakni hanya sekitar 5,6 tahun. Sementara di Jawa Barat, angka lama sekolah berkisar sekitar 8.2 tahun. “Rata-rata anak di Jawa Barat hanya bersekolah sampai SMP. Itu pun tidak tamat,” tambah Rektor.

 

 

 

 

Di akhir acara, Rektor pun mengajak peserta untuk melakukan gerakan sebagai antisipasi dari kondisi tersebut. “Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan gerakan tersebut, yakni kejelasan tujuan gerakan tersebut, komitmen, terorganisir, keterlibatan seluruh masyarakat, dan harus dilakukan tanpa henti,” tutup Rektor.

Semnas nasional ini menghadirkan pembicara dari beberapa instansi di Indonesia, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), United Nations Population Fund (UNFPA) Indonesia , Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Dinas Pendidikan Jawa Barat, dan instansi lainnya. Diharapkan, output dari acara ini dapat menimbulkan kesadaran, baik dari peserta maupun lembaga yang terkait untuk mengontrol laju pertumbuhan populasi agar laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan meningkat.*

Laporan oleh: Maulana / art*

Share this: