Terima Kasih Indonesia, Meski Tak Punya Biaya Kami Bisa Kuliah di Kedokteran Unpad

[Unpad.ac.id, 11/06/2013] Wajah ketiga orang ini tampak sumringah saat ditemui Selasa 11 Juni 2013 di Bale Santika Unpad Kampus Jatinangor, lokasi registrasi administrasi bagi calon mahasiswa Unpad pelamar dana Bidikmisi. Mereka adalah Siska Armeinesya, Muhamad Faisal, dan Vera Amalia Lestari, anak buruh kecil yang diterima menjadi mahasiswa program studi Pendidikan Dokter di Unpad.

Kiri ke kanan: Siska Armeinesya, Muhamad Faisal, dan Vera Amalia Lestari (Foto: Erman)*

Mereka tidak hanya bertiga. Dari daya tampung 150 mahasiswa yang diterima di program studi Pendidikan Dokter Unpad melalui SNMPTN, ada 34 orang yang memperoleh dana Bidikmisi. Mereka adalah bagian dari hampir 900 mahasiswa yang akan kuliah di berbagai program studi di Unpad dengan dana Bidikmisi yang dibayar oleh pemerintah.

Siska Armeinesya adalah lulusan SMAN 1 Gunung Talang, Solok, Sumatera Barat. Ayahnya yang lulusan SD adalah pedagang roti keliling, ibunya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Di SMA, Siska masuk kelompok Siswa Kelas Unggul (SKU) yang biaya sekolahnya ditanggung oleh pemerintah daerah setempat. Sejak kelas 1, prestasi akademiknya selalu masuk ranking tiga besar di kelasnya.

Muhamad Faisal adalah lulusan SMA Al Masthuriyah Sukabumi, Jawa Barat. Sejak kelas 1 hingga kelas 3, Faisal berhasil menjadi juara umum di sekolahnya. Ibunya yang tamatan SD adalah ibu rumah tangga, sementara ayahnya yang tidak mengeyam pendidikan adalah buruh bangunan yang dalam tiga tahun terakhir jarang mendapat pekerjaan. Kadang ada pekerjaan bangunan selama tiga hari, lalu menganggur lagi. Berbagai pekerjaan serabutan pun dilakukan.

Sementara Vera Amalia Lestari adalah lulusan SMAN 1 Majalengka, Jawa Barat. Seperti juga Faisal, Vera selalu menjadi juara umum di sekolahnya sejak kelas 1 hingga kelas 3. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan di Jakarta. Sebelumnya, ayahnya pernah bekerja sebagai pemelihara kebun perkantoran, pernah juga bekerja di perkebunan Kalimantan. Penghasilannya tidak tetap. Ibunya adalah ibu rumah tangga.

“Kalau memang ingin maju, jangan pikirkan biaya dulu. Yang penting, kita berprestasi dulu. Setahu saya, di tempat kuliah ada banyak beasiswa yang tersedia. Salah satunya Bidikmisi ini,” ujar Siska, menyemangati adik-adik kelasnya yang memiliki kendala biaya dalam menempuh pendidikan.

Faisal pun punya pemikiran yang sama. Laki-laki berkacamata ini dengan lantang mengatakan, tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha. Saat menempuh pendidikan di SMA, orangtua Faisal sempat kewalahan membayar biaya pendidikan di salah satu sekolah swasta di Sukabumi tersebut.

Alhamdulillah bisa dapat dispensasi dari sekolah. Dan bisa menutup biaya sekolah dari kerja-kerja serabutan dan memberi les ke pelajar SD. Yang penting, tidak berhenti berusaha,” ujar Faisal.

Sementara Vera mengatakan, dirinya sangat bersyukur bisa lulus SNMPTN dan memperoleh dana bidikmisi. “Kalau nggak lulus SNMPTN, saya harus ikut SBMPTN lagi. Belum tentu lolos Bidikmisi juga. Dulu waktu SMA, biaya sekolah kadang harus mengandalkan hadiah dari lomba-lomba ilmiah. Sekarang, kuliah tidak perlu menyusahkan orangtua,” ujar Vera.

Ketiga mahasiswa baru Unpad ini mengaku memang telah bercita-cita menjadi dokter sejak kecil. Salah satu alasan mereka adalah karena melihat akses kesehatan bagi masyarakat di lokasi tempat tinggal mereka masih terbatas. Mereka ingin jika telah berhasil menjadi dokter nanti kembali lagi mengabdi di daerah mereka dan memberikan pelayanan kesehatan yang bisa diakses oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

Terima kasih Indonesia, telah memberi senyum pada pelajar-pelajar berprestasi ini karena bisa tetap melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi meski kondisi ekonomi orangtua mereka tergolong prasejahtera. Sekali lagi, terima kasih Indonesia. *

Laporan oleh: Erman

Share this: