Jawa Barat Perlu Lebih Perhatikan Sektor Tanaman Hias

Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan RI, Dr. Ir. Ani Handayani, M.Agr (Foto oleh: Arief Maulana)*

[Unpad.ac.id, 4/12/2013] Sektor tanaman hias (florikultura) di Indonesia merupakan sektor yang berpotensi dikembangkan lebih besar. Sebab, tanaman hias di Indonesia memiliki ragam jenis yang variatif dan dapat bersaing di pasar internasional.

Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan RI, Dr. Ir. Ani Handayani, M.Agr (Foto oleh: Arief Maulana)*
Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan RI, Dr. Ir. Ani Handayani, M.Agr (Foto oleh: Arief Maulana)*

Menurut Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan RI, Dr. Ir. Ani Handayani, M.Agr., potensi tersebut masih terkendala beberapa persoalan. Hal tersebut diungkapkan Dr. Ani saat menjadi pembicara dalam seminar Agronomy Fair 2013 yang digelar oleh Himpunan Keprofesian Mahasiswa Agronomi Faperta Unpad, Rabu (04/12) di Bale Santika Kampus Unpad Jatinangor.

“Jika dilihat dari produksi Tanaman Hias di Indonesia tahun 2010 – 2011, beberapa jenis tanaman hias mengalami peningkatan dan penurunan produksi,” ungkapnya.

Ada beberapa faktor yang menentukan fluktuasi produksi tanaman hias, yaitu sektor pelaku tanaman hias yang terbatas, serta belum maksimalnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah terkait sektor florikultura. Melalui Dirjen Hortikultura Kementan RI, pihaknya pun terus mengupayakan peningkatan produksi florikultura.

“Jangan sampai menunggu lama karena pasar sudah terbuka lebar. Maka, kita join antara perusahaan sebagai inti kemudian petani sebagai plasma,” jelasnya.

Lebih lanjut Dr. Ani menambahkan, kerja sama tersebut merupakan realisasi dari UU NO. 13 Tahun 2010 Pasal 56, bahwa usaha hortikultura dapat dilakukan dengan pola kemitraan, yaitu secara inti-plasma, subkontrak, waralaba, perdagangan umum, distribusi, keagenan dan bentuk kemitraan lainnya.

“Kita sudah coba praktikkan salah satunya di Kota Malino, Kabupaten Gowa. Kita join dengan perusahaan milik Ibu Jusuf Kalla dan para petani belajar di situ daripada harus terbang ke Pulau Jawa untuk belajar,” kata Dr. Ani.

Untuk jenis tanaman hias yang berpotensi, Dr. Ani menyebut ada beberapa jenis tanaman hias yang bisa diekspor, yaitu Krisan, Anggrek, Melati, dracaena, leatherleaf, raphis exelsa, dan heliconia. Namun, ia menyarankan jangan menjual jenis tanaman mawar ke pasar internasional.

“Di pasar internasional, bunga mawar itu sudah dikuasai oleh Belanda. Sebaiknya, mawar dijual di pasar domestik saja karena orientasinya masih cukup banyak,” tambahnya.

Sementara itu, Dr. Ir. Ahmad Dimyati, Ketua Komisi Tetap Litbang Pangan DPP Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia mengungkapkan, pengembangan sektor florikultura harus dilakukan secara serius. Sebab, meskipun masih bersifat invansi, potensi dan prospeknya sangat besar.

“Harusnya Jawa Barat lebih memperhatikan sektor florikultura karena memiliki banyak jenis tanaman hias. Sayangnya, di Jabar masih berfokus pada sektor pangan khususnya beras,” ucapnya.

Seminar Agronomy Fair 2013 ini bertema “Posisi Industri Florikultura Sebagai Salah Satu Pilar Ekonomi Bangsa”. Diikuti oleh 250 peserta dari Unpad, Universitas Swadaya Gunung Djati, dan Universitas Muhammadiyah Jakarta, kegiatan ini juga diisi dengan Talkshow ‘Penerapan Kreasi dan Inovasi dalam Industri Florikultura”.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh *

Share this: