Prof. Dr. Ir. Hendarmawan, MSc., “Ketahanan Air Jadi Ironi di Indonesia”

Prof. Dr. Ir. Hendarmawan, MSc., saat membacakan orasi ilmiah berkenaan penerimaan jabatan guru besar dalam ilmu Hidrogeologi Volkanik pada Fakultas Teknik Geologi Unpad di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jumat (17/01). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 17/01/2014] Masalah ketahanan air saat ini menjadi agenda prioritas di Indonesia. Hal ini menjadi ketimpangan, mengingat Indonesia sebagai negara dengan potensi curah hujan tahunan cukup tinggi berdasarkan data dari UNESCO, yaitu sekitar 2600 s.d. 2700 mm/tahun. Namun, potensi tersebut belum menunjukkan manfaat yang menjanjikan.

Prof. Dr. Ir. Hendarmawan, MSc., saat membacakan orasi ilmiah berkenaan penerimaan jabatan guru besar dalam ilmu Hidrogeologi Volkanik pada Fakultas Teknik Geologi Unpad di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jumat (17/01). (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Prof. Dr. Ir. Hendarmawan, MSc., saat membacakan orasi ilmiah berkenaan penerimaan jabatan guru besar dalam ilmu Hidrogeologi Volkanik pada Fakultas Teknik Geologi Unpad di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jumat (17/01). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

“Ini menjadi ironi, kenyataannya di saat kemarau berbagai bidang mengalami defisit, air menjadi langka bahkan di musim hujan pun air menimbulkan bencana, banjir terjadi di mana-mana,” ungkap Dekan Fakultas Teknik Geologi (FTG) Unpad, Prof. Dr. Ir. Hendarmawan, M.Sc., saat membacakan orasi ilmiah berjudul “Pemahaman Hidrogeologi Volkanik (Kawasan Gunung Api) Salah Satu Basis Ketahanan Sumbedaya Air Nasional di Indonesia”, Jumat (17/01) di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Bandung.

Orasi ilmiah tersebut dibacakan dalam rangka Upacara Penerimaan Prof. Hendarmawan sebagai Guru Besar dalam Ilmu Hidrogeologi Volkanik di FTG Unpad.

Masalah ini menggugah perhatian banyak para ahli dan instansi yang terlibat. Menurut Prof. Hendarmawan, salah satu reservoir air tanah yang cukup besar adalah gunung atau pegunungan. Indonesia sendiri adalah negara yang mempunyai kawasan gunung api maupun nonaktif cukup besar.

Lebih lanjut ahli Hidrogeologi ini mengungkapkan, meskipun memiliki banyak kawasan pegunungan, pengembangan wilayah perkotaan yang meningkat perlahan mendesak hingga wilayah lereh gunung api. Hal inilah yang menjadi penyebab pengeringan mata air sehingga mengalami penurunan muka air tanah dan mengancam suplai air bersih.

“Pengelolaan SDA di kawasan gunung api memerlukan penelitian yang detail karena air merupakan sumber daya yang dinamis, sehingga pemahaman/pengetahuan sistem recharge-discharge(resapan-luahan) di kawasan ini jelas,” jelas Prof. Hendarmawan.

hendarmawan2hendarmawan1Selama 18 tahun terakhir, Prof. Hendarmawan bersama tim dari FTG Unpad memantau sistem recharge-discharge daerah vulkanik seperti di Kawasan Cekungan Bandung serta beberapa gunung di Jawa dan Sumatera. Hasilnya ditemukan beberapa wilayah penelitian mengalami eksploitasi air tanah besar-besaran, terlebih jika di kawasan tersebut dijadikan kawasan industri.

“Ini yang memerlukan kearifan lokal dalam program konservasi sumber daya alam untuk menjaga air tetap meresap di kawasan tersebut,” tambahnya.

Prof. Hendarmawan pun menekankan, manajemen pengolahan sumber daya alam yang konvensional perlu ditunjang dengan pemahaman hidrogeologi melalui pendekatan studi yang komprehensif. “Keakuratan penentuan daerah konservasi air akan mendukung penentuan tata ruang wilayah,” pungkasnya.*

Laporan oleh Arief Maulana / eh *

Share this: