Dahlan Iskan Berbagi Cerita tentang Transplantasi Ginjal di Unpad

Dahlan Iskan saat berbagi cerita pengalamannya menjalani transplantasi ginjal (Foto oleh: Arief Maulana)*

[Unpad.ac.id, 30/3/2014] Angka prevalent penyakit ginjal kronik (PGK) di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi satu masalah kesehatan yang serius. Di Jawa Barat sendiri, berdasarkan data dari Indonesian Renal Registry (IRR) jumlah pasien yang menjalani cuci darah pada tahun 2012 lalu sebanyak 2.197 orang.

Dahlan Iskan saat berbagi cerita pengalamannya menjalani transplantasi ginjal (Foto oleh: Arief Maulana)*
Dahlan Iskan saat berbagi cerita pengalamannya menjalani transplantasi ginjal (Foto oleh: Arief Maulana)*

Demikian dikatakan Koordinator Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Wilayah Jawa Barat, Prof. Rully MA Rosali, dr., SpPD-KGH, Ph.D., dalam talkshow “Pilihan Terapi Pengganti Organ pada PGT dan Permasalahannya pada Era Jaminan Kesehatan Nasional” di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri Bandung, Minggu (30/3). Pada kesempatan itu, Menteri BUMN RI, Dahlan Iskan, turut hadir berbagi cerita pengalamannya menjalani transplantasi ginjal.

Menurut Dahlan Iskan, pasien gagal ginjal sangat membutuhkan perhatian dari orang yang sehat. Ketegasan emosional di dalam merawat pasien gagal ginjal sangat diutamakan agar pasien dapat benar-benar pulih setelah menjalani pengobatan.

Dahlan yang pernah menjalani transplantasi ginjal pada 2004 lalu pun membagi pengalamannya. Pascatransplantasi, pasien harus benar-benar beristirahat untukmemulihkan kondisi fisiknya. Sebab, bias jadi, pasien belum benar-benar pulih meskipun fisiknya telah membaik.

“Pasien pascatransplantasi harus benar-benar diperhatikan oleh orang sehat. Orang yang baru transplant memang harus benar-benar menjaga paru-parunya karena organ penting ini memang paling sering terkena dampak dari transplantasi,” jelasnya.

SementaraProf. Rully, menerangkan, penanganan penyakit gagal ginjal dilakukan melalui 3 cara, yakni terapi hemodialisis (HD) atau cuci darah, Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), dan transplantasi ginjal. Penanganan ini membutuhkan biaya yang relative mahal. Apalagi jika penyakit berkembang bersama dengan komplikasi berbagai penyakit lainnya.

“PT Askes melaporkan bahwa sejak 2004 hingga 2012, biaya pelayanan kesehatan meningkat dan sebagiannya dihabiskan untuk penyakit-penyakit kronis, salah satunya gagal ginjal,” paparnya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, untuk sekali HD pasien harus mengeluarkan biaya sekitar 600 ribu. Setiap minggunya, rata-rata pasien wajib melakukan cuci darah setidaknya 2 kali dan harus rutin dilakukan. Hal inilah yang acapkali memengaruhi kondisi psikologis pasien gagal ginjal untuk bias sembuh dari penyakit tersebut.

Dukungan dan perhatian yang tegas dari orang sehat terhadap penderita gagal ginjal juga ditekankan oleh Netty Heryawan, istri Gubernur Jawa Barat, dan dr. Alma Luciaty, M.Kes., Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jabar. Menurutnya, pasien yang menjalani penanganan penyakit ginjal membutuhkan dukungan psikologis yang penuh dari orang-orang di sekitarnya. Dukungan inilah yang menjadi factor pasien dapat sembuh secara total.

“Satu orang penderita gagal ginjal harus dibantu oleh ratusan orang sehat, dalam hal ini melalui BPJS. Sebab, dukungan inilah yang membuat pasien dapat mandiri,” ujar dr. Alma.

Tanggungan Pemerintah
Lantas bagaimana penanggulangan biaya penanganan pasien gagal ginjal jika dihubungkan dengan program JaminanKesehatanNasional (JKN) yang sudah diberlakukan sejak Januari 2014 lalu? “Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) akan menjamin pasien gagal ginjal yang akanmelakukan HD, CAPD, atau transplantasi ginja lmelalui JKN,” ujar Mohammad Cucu dari Kantor BPJS Regional V Jawa Barat.

Menurut Cucu, BPJS sendiri akan menanggung biaya penanganan pasien gagal ginjal. Untuk transplantasi ginjal misalnya, BPJS akan menanggung hingga sebesar 250 juta untuk satu pasien. Syaratnya, pasien tersebut harus sudah terdaftar sebagai peserta JKN.

Oleh karenaitu, Cucu pun mengharapkan semua masyarakat untuk ikut serta sebagai peserta JKN. BPJS menargetkan, terhitung 1 Januari 2019 mendatang, masyarakat Indonesia semuanya telah terdaftar sebagai peserta JKN.

”Kita jangan tunggu sakit untuk menjadi peserta BPJS. Orang sehat pun sudah saatnya menjadi peserta. Mengapa? Karena melalui JKN, kita dapat membantu menanggung biaya pengobatan orang sakit, bahkan untuk penyakit kronis seperti gagal ginjal sekali pun,” tegas Cucu.

Talkshow ini merupakan bagian dari kegiatan peringatan “World Kidney Day (WKD)” yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Unpad dan Penefri Korwil Jawa Barat.  Ketua Pelaksana Kegiatan, Dr. Rubin S. Gondodiputro, dr., SpPD-KGH.,  mengungkapkan kegiatan tersebut diikuti oleh 1.200 pasien dan keluarga pasien dari beberapa rumah sakit di Jawa Barat.

“Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya organ ginjal bagi kesehatan,” ujarnya.

Selain talkshow, acara pun diisi dengan sharing pengalaman tentang transplantasi ginjal, serta peluncuran buku “4 Ginjal di Tubuhku” karya Basyrah Nasution.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh *

Share this: