Logo Unpad *

[Unpad.ac.id, 23/04/2014] Ada asumsi bahwa masyarakat Indonesia punya minat baca yang rendah. Padahal, asumsi tersebut tidak sepenuhnya benar karena hanya dilandasi praduga yang salah dan tidak didukung dengan data-data faktual di lapangan.

logounpad“Menurut fakta dari Unicef, sebuah negara dianggap memiliki tingkat membaca yang bagus apabila satu buah buku dibaca oleh 5 orang. Kenyataannya, melihat jumlah penerbit dan toko buku di seantero Indonesia, satu buku bisa dibaca hingga 7 orang,” ungkap Windy Ariestanty, Pemimpin Redaksi Gagas Media yang juga penulis buku saat Diskusi “Catatan Perjuangan Para Penggerak Budaya Baca” di Bale Santika Unpad Kampus Jatinangor, Rabu (23/04).

Diskusi ini merupakan bagian dari rangkaian acara “Padjadjaran Information and Cultural Event (Price) 2014” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan (Himaka) Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad.

Windy mengungkapkan, ada dua kekeliruan yang muncul dari asumsi di atas. Pertama, konteks minat baca selalu dipersempit untuk membaca buku. Padahal, minat baca sejatinya tidak hanya dilihat dari seberapa sering seseorang membaca buku.

“Sekarang di era kemajuan teknologi, kita dapat membaca apapun di internet, baik itu artikel, berita, atau e-book. Kalau kita masih menyempitkannya pada membaca buku, jumlah buku yang terbit memang belum sebanding dengan jumlah penduduk di Indonesia,” jelasnya.

Tinggi rendahnya minat baca tidak dapat diukur dari aspek penjualan buku. Buku yang kurang laku di pasaran, menurut Windy, bukan berarti masyarakat tidak gemar membaca. Setiap buku memiliki karakter yang berbeda dan tentunya ditujukan pula bagi masyarakat dengan tingkatan yang berbeda. Windy menyebutkan, Indonesia belum menemukan cara yang tepat untuk memasarkan sesuai dengan kategori pembacanya.

Kekeliruan kedua terletak dari karakteristik minat baca seseorang. Seringkali seseorang memandang rendah minat baca orang lain dilihat dari apa yang dibacanya. Windy menjelaskan, seseorang yang membaca buku-buku yang ringan jangan lalu dianggap memiliki selera membaca yang rendah.

Terkait dengan karakter pembaca, Dimas Rizky Prasetio salah satu pustakawan di Perpustakaan S.14 Bandung, mengatakan, menilai seseorang dapat dilihat dari apa yang ia baca. Hal itu juga berpengaruh pada minat bacanya.

“Ketika kamu membaca, kamu bisa mengubah dunia kamu sendiri. Apa yang kau baca, kau bisa menjadi apa yang kau baca itu,” kata Dimas.

Kegiatan Price 2014 kali ini terdiri dari diskusi dan lomba poster dan esai. Bekerja sama dengan penerbit Gagas Media, Asdi Nur Cahyo ketua pelaksana kegiatan, menjelaskan, kegiatan ini digelar untuk memperingati World Book Day yang jatuh pada 23 April setiap tahunnya.

Diharapkan, kegiatan ini dapat membangkitkan semangat civitas akademika dan masyarakat pada umumnya untuk lebih meningkatkan minat baca. “semoga mahasiswa Unpad bisa lebih mencintai dan menghargai buku,” kata Asdi.*

Laporan oleh: Arief Maulana /  eh *

Share this: