Suasana Seminar Nasional dan Focus Group Discussion Pendidikan Agroteknologi di Bale Sawala Unpad Kampus Jatinangor, Kamis (3/09). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 3/09/2015] Ketersediaan petani di Indonesia saat ini sebagian besar berada pada usia 45 tahun ke atas, dengan rata-rata berpendidikan rendah dan masih menggunakan metode konvensional. Data Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian RI menyebutkan, terjadi penurunan serapan tenaga kerja pertanian sebesar 0,64% per tahun.

Suasana Seminar Nasional dan Focus Group Discussion Pendidikan Agroteknologi di Bale Sawala Unpad Kampus Jatinangor, Kamis (3/09). (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Suasana Seminar Nasional dan Focus Group Discussion Pendidikan Agroteknologi di Bale Sawala Unpad Kampus Jatinangor, Kamis (3/09). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

“Makin lama tenaga kerja yang bekerja di pertanian semakin sedikit,” ujar Kepala Bidang Pendidikan BPPSDMP Kementan RI, Dr. drh. Maya Purwanti, M.S., saat menjadi pembicara Seminar Nasional dan Focus Group Discussion Pendidikan Agroteknologi, Kamis (3/09) di Bale Sawala Unpad Kampus Jatinangor.

Seminar yang digelar hingga Jumat (4/09) esok ini digelar oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unpad. Selain Maya, hadir yang terdiri dari akademisi, hingga praktisi pertanian. Hadir pula pembicara dari University of Tasmania, Australia, dan University of Nebraska Liincoln, Amerika Serikat.

Maya menerangkan, pemerintah menargetkan menuju kemandirian pangan melalui Program Nawacita. Target tersebut mencakup peningkatan kesejahteraan pelaku utama pangan, terutama petani dan nelayan.

“Dari segi penguatan tesebut, kami (BPPSDMP) berfokus pada penguatan lembaga pertanian serta peningkatan kapasitas SDM pertanian,” kata Maya.

Guna mengejar target tersebut, pihaknya telah melakukan kerja sama dengan Perguruan Tinggi. Keterlibatan dosen dan mahasiswa melalui berbagai riset diharapkan mampu mewujudkan target tersebut. Selain itu, jumlah SDM di bidang pertanian diharapkan akan meningkat seiring kerja sama tersebut.

Kerja sama dengan Perguruan Tinggi juga dilakukan guna mencetak wirausahawan muda di bidang pertanian. Menurut Maya, saat ini baru 10% wirausahawan muda hasil Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Dikti yang benar-benar menjadi wirausahawan di bidang pertanian.

Selain bekerja sama dengan Perguruan Tinggi, Maya juga mengajak para guru dan siswa di SMK Pertanian dalam mencetak wirausahawan maupun tenaga muda pertanian. Hal ini bertujuan agar generasi muda dapat kembali mencintai desa dan pertanian.

“Kita harapkan pertanian ini bisa lebih menarik bagi generasi muda, pertanian tidak lagi kumuh,” kata Maya.

Dr. Ir. Fadjry DJufry, Kepala Pusat Penelitan dan Pengembangan Perkebunan BPPT juga mengatakan, pertanian tidak selalu bersifat kotor. Hal ini menjadi penyebab mengapa generasi muda enggan untuk terjun di dunia pertanian.

“Yang kotor itu yang konvensional. Sekarang kita berkembang menjadi pertanian modern. Kita tidak mau pertanian itu hanya bercocok tanam, kita ingin ada teknologi yang berperan dalam pertanian,” ungkap Fadjry.

Dengan adanya mekanisasi teknologi, Fadjry mengharapkan generasi muda dapat lebih banyak yang turun menjadi petani.

“Tkenologi itu saat ini menjadi kunci pengembangan peningkatan produktivitas pertanian,” kata Fadjry.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: