Kolaborasi Lintas Ilmu, FKG Unpad Buat Alat Ukur Kemampuan Komunikasi Dokter Gigi dan Pasien Transadaptasi

Kiri ke kanan: Rasus Budiono, M.Hum dari FIB Unpad, dan tiga dosen FKG Unpad: Riana Wardhani, drg., M.S, Anne Agustina, drg., MKM., dan Gilang Yubliana, drg., M.Kes., CH-t (Foto oleh: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 26/02/2016] Keterampilan berkomunikasi yang baik perlu dimiliki oleh setiap dokter gigi. Hal ini penting mengingat perlunya rasa saling memahami antara dosen dan pasien, sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung optimal. Dengan demikian, edukasi mengenai keterampilan berkomunikasi bagi mahasiswa Kedokteran Gigi perlu dilakukan secara optimal, dan diperlukan alat ukur untuk mengukur kemampuan tersebut.

Kiri ke kanan: Rasus Budiono, M.Hum dari FIB Unpad, dan tiga dosen FKG Unpad: Riana Wardhani, drg., M.S, Anne Agustina, drg., MKM., dan Gilang Yubliana, drg., M.Kes., CH-t (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Kiri ke kanan: Rasus Budiono, M.Hum dari FIB Unpad, dan tiga dosen FKG Unpad: Riana Wardhani, drg., M.S, Anne Agustina, drg., MKM., dan Gilang Yubliana, drg., M.Kes., CH-t (Foto oleh: Tedi Yusup)*

Sejumlah dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Padjadjaran membuat Alat Ukur Kemampuan Komunikasi Dokter Gigi dan Pasien Transadaptasi Calgary-Cambridge Guide. Mereka adalah Gilang Yubliana, drg., M.Kes., CH-t, Riana Wardhani, drg., M.S, Dr. Sri Susilawati, drg., M.Kes., Anne Agustina, drg., MKM., Fidya Putri., drg, Dr. Cucu Zubaedah, juga berkolaborasi dengan dosen Fakultas Kedokteran (FK) Unpad, Insi Farisa Desy Arya, dr., M.Si., sebagai ahli komunikasi kesehatan dan dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad, Rasus Budiono, M.Hum sebagai ahli bahasa.

Dijelaskan drg. Gilang, seorang dokter gigi perlu memiliki empat keterampilan, yakni keterampilan memanfaatkan pengetahuan kedokteran, kemampuan memecahkan masalah, keterampilam melakukan pemeriksaan fisik, dan keterampilan berkomunikasi. Menurut drg. Gilang, tanpa kemampuan komunikasi yang baik, tiga keterampilan lainnya tidak akan optimal. Karena itu, keterampilan komunikasi perlu diajarkan bagi mahasiswa Kedokteran Gigi, dan diperlukan alat ukur untuk mengukur kemampuan tersebut.

“Kita mengadopsi dari Calgary – Cambridge guide. Itu dimensi internasionalnya,” ujar drg. Gilang.

Berdasarkan hasil survei cepat pada pertemuan rapat kerja dan koordinasi Ikatan Profesi Kesehatan Gigi Masyarakat (Ipkesgimi) yang dilakukan di Universitas Indonesia pada Selasa (23/02) lalu, diketahui bahwa FKG Unpad merupakan fakultas kedokteran gigi satu-satunya di Indonesia yang membuat alat ukur kemampuan komunikasi dokter gigi dan pasien dengan melakukan transadaptasi Calgary-Cambridge Guide.

Meski mengadopsi dari protokol internasional, alat ukur ini telah melalui serangkaian proses ilmiah (transadaptasi) sehingga benar-benar dapat diterapkan untuk mahasiswa Kedokteran Gigi di Indonesia. Dengan demikian, kolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu perlu dilakukan, diantaranya adalah dengan Ilmu Linguistik Sastra Inggris dan Komunikasi Kesehatan.

“Karena ini beberapa tolok ukurnya diambil dari Calgary-Cambridge yang dalam Bahasa Inggris, dan tentunya harus diadaptasikan,” ujar Rasus. Dari segi bahasa, ia bukan hanya sekadar menerjemahkan, tetapi menyesuaikannya dengan ilmu Kedokteran Gigi bersama tim FKG Unpad. Dengan demikian, ia meyakini bahwa untuk membuat suatu produk yang baik maka diperlukan kolaborasi antar bidang ilmu yang baik pula.

Hal senada juga disampaikan oleh drg. Anne bahwa kolaborasi yang baik sangat penting dilakukan dalam membuat alat ini. “Tools yang baik harus dilihat dari keahlian dari berbagai displin ilmu dimana dari setiap ekspert disitu ikut terlibat untuk membentuk suatu tools yang pada akhirnya digunakan oleh mahasiswa, dan mahasiswa memang benar-benar menggunakan tools yang baik yang sudah terkalibrasi oleh ahli-ahli di bidangnya,” ujar drg. Anne.

Dari 71 dimensi Calgary – Cambridge guide, oleh tim, kemudian dikompres menjadi 24 dimensi. Pemilihan dimensi ini menyesuaikan dengan kebutuhan di bidang Kedokteran Gigi. Alat ukur ini direncanakan mulai diterapkan pada mahasiswa di semester ini, mulai dari mahasiswa pre klinik hingga klinik (coass). Kalibrasi sendiri akan dilakukan pada Maret 2016 mendatang.

Ditemui pada kesempatan yang sama, drg. Riana mengungkapkan bahwa alat ini akan mengukur kemampuan mahasiswa dari mulai proses analisa, diagnosis, hingga rencana perawatan. Dengan adanya alat ukur ini, maka sejak awal dosen sudah dapat menilai kemampuan berkomunikasi dari mahasiswanya.

“Jadi proses komunikasi itu kan mahasiswa harus bisa. Dengan adanya alat ini, berarti dari awal sudah ada suatu penilaian dari dosennya bahwa mahasiswa itu mampu atau tidak,” ujar drg. Riana.

Dengan terukurnya kemampuan mahasiswa, maka diharapkan kedepannya akan banyak manfaat yang dirasa, baik bagi dokter maupun pasien. Dengan alat ini, dokter dan pasien dituntut untuk melakukan komunikasi efektif secara dua arah, dan lebih bersifat partnership. Diantaranya, dengan menekankan kemampuan empati.

“Melakukan pengobatan itu harus dengan kesepakatan dan kesepahaman,” ujar drg. Gilang.

Jika tidak terjadi komunikasi yang baik, maka bisa terjadi berbagai masalah, seperti kesalahan persepsi, minimnya informasi yang didapat oleh dokter atau pasien, sehingga dapat berujung pada kesehatan yang tidak optimal atau bahkan tersangkut masalah pidana. Menurut drg. Gilang, salah satu masalah terbesar dari bidang kesehatan yang mengenai komunikasi kesehatan.

Dengan adanya alat ukur ini, diharapkan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi dengan pasien dapat lebih baik. “Kualitas mahasiswa akan jadi lebih baik nantinya,” harap drg. Gilang.

Senada dengan drg. Gilang, drg. Riana pun mengharapkan kedepannnya lulusan Kedokteran Gigi dapat betul-betul memahami pasiennya. “Tidak ada miss komunikasi dengan pasien, karena pasien merasa dihargai,” harapnya.

Kini, alat ukur ini sedang dalam proses pengajuan Hak Cipta. Beberapa karya yang tengah diajukan Hak Cipta terkait karya tersebut yaitu:

  1. Alat Ukur Kemampuan Komunikasi Dokter Gigi & Pasein Transadaptasi Calgary – Cambridge Guide”
  2. Prosedur Tetap Proses Kalibrasi Penilaian Proses Komunikasi Dokter Gigi dan Pasien
  3. Bahan Ajar Pedoman Komunikasi Transadaptasi Calgary-Cambridge Guide
  4. Pedoman DPPKT Keterampilan Medik Komuniasi Dokter Gigi dan Pasien
  5. Film Ajar Komunikasi Dokter Gigi dan Pasien
  6. Model Pembelajaran Metode Blended Collaborative Project Based Learning
  7. Model Pembelajaran Metode Blended Collaborative Project Based Learning dalam Bentuk Audio Visual
  8. Metode Pembelajaran Metode “Model Flipped Google Classroom System”
  9. Skrip Percakapan Dokter Gigi dan Pasien Hasil Proses Transadaptasi dari Calgary – Cambridge Guide

Laporan oleh: Artanti Hendriyana / eh  

Share this: