Perguruan Tinggi Bukan Hanya untuk Meningkatkan Keilmuan, Tapi Juga Karakter Manusia

[Unpad.ac.id, 29/08/2016] Proses pendidikan tinggi saat ini bukan sekadar menjadi pusat ilmu dan penelitian, tetapi mampu berkontribusi memberikan dampak bagi masyarakat. Konsep ini yang terus dibangun oleh Universitas Padjadjaran menghadapi tantangan perubahan global saat ini.

humas unpad 2016_08_29 Kuliah Perdana sarjana DADAN“Pendidikan tinggi bukan semata-mata melanjutkan dari pendidikan sekolah atas. Tetapi, menjadi suatu aspek pendidikan kontinu yang diharapkan meningkatkan kapasitas, bukan hanya dari luaran tetapi proses pendidikan secara keseluruhan,” ujar Rektor Unpad, Prof. Tri Hanggono Acmad, saat memberikan kuliah perdana bagi mahasiswa baru Tahun Akademik 2016/2017, di Bale Sawala Unpad Kampus Jatinangor, Senin (29/08).

Kuliah perdana ini disaksikan pula para mahasiswa baru melalui siaran streaming di beberapa lokasi yaitu Gedung Fakultas Kedokteran Unpad Jatinangor, Gedung Fakultas Ilmu Komunikasi Jatinangor, dan Gedung Multikampus Unpad di Kab. Pangandaran.

Proses peningkatan kapasitas tersebut dikenal dengan reformasi pendidikan tinggi menuju generasi ketiga. Pada tatanan generasi ketiga, pendidikan tinggi memiliki fungsi sebagai transformative learning. Proses pembelajaran transformatif, kata Rektor, bukan hanya menitikberatkan pada peningkatan keilmuan, tetapi juga proses peningkatan karakter mahasiswa.

Rektor memaparkan, pendidikan tinggi sebagai transformative learning merupakan pengembangan dari fungsi informative learning dan formative learning. Dua fungsi ini fokus pada peningkatan kapasitas keilmuan dan upaya untuk mengenalkan mahasiswa dengan lingkungannya.

“Saudara harus  lebih dari dua aspek ini (informatif dan formatif) kalau ingin mendorong pembangunan wilayah berhasil. Konteks pendidikan yang dibangun Unpad harus terkait erat dengan apa yang dialami oleh masyarakat,” kata Rektor.

Unpad sendiri mulai menerapkan proses pendidikan transformatif. Rektor mengatakan, Unpad tidak ingin menghasilkan lulusan yang biasa saja. Setiap mahasiswa akan dibangun kemampuan kepemimpinannya. Ini bertujuan agar lulusan Unpad mampu menjadi agen perubahan ke depannya.

Kunci penting berhasilnya proses pendidikan transformatif ialah mereformasi proses pembelajaran di kelas. Ada sikap yang harus dibangun mahasiswa, diantaranya bersikap kritis, banyak membaca, banyak bertukar pikiran dalam berbagai forum akademik, hingga membangun sikap kolaborasi dan ketergantungan dengan bidang ilmu lainnya (interdependensi).

Untuk itu, Rektor mendorong agar mahasiswa banyak melakukan diskusi dalam setiap aktivitas akademik. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini memudahkan mahasiswa untuk mendapat berbagai referensi keilmuan.

“Biasakan aktif dengan membaca dan mencari informasi, diskusikan dengan teman maupun dosen. Proses diskusi ini melandasi penguatan karakter. Selain itu, hubungan antar mahasiswa akan terbangun,” jelasnya.

Proses diskusi ini bukan hanya terkait keilmuan, tetapi bisa juga dalam aspek kewilayahan. Rektor mengatakan, dengan beragamnya asal wilayah mahasiswa Unpad saat ini, baik dari Jawa Barat maupun wilayah lainnya, menjadi momentum baik untuk mengetahui bagaimana kondisi masing-masing wilayah.

“Paling tidak saudara yang berasal dari berbagai wilayah bisa saling berdiskusi tentang asal daerah saudara.*

Lampiran:
Materi Kuliah Perdana 2016/2017 oleh Rektor Unpad

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

 

Share this: