Kaji Rendang dan Budaya Merantau Orang Minang, Mahasiswa Unpad Lolos Pimnas ke-30

Tim PKM Penelitian Sosial Humaniora Unpad yang lolos ke ajang Pimnas ke-30 di Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Makassar, 23-28 Agustus mendatang (Foto: Purnomo Sidik)*

[unpad.ac.id, 22/08/2017] Tiga mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya melakukan penelitian mengenai relevansi antara kuliner Rendang dengan kebudayaan merantau asal Minangkabau, Sumatera Barat, berdasarkan kajian sejarahnya. Sebagian besar perantau Minangkabau selalu menjaga tradisi daerahnya, salah satunya dengan tetap menyajikan menu masakan rendang.

Tim PKM Penelitian Sosial Humaniora Unpad yang lolos ke ajang Pimnas ke-30 di Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Makassar, 23-28 Agustus mendatang (Foto: Purnomo Sidik)*

 

Adalah Hana Hanifah (Ilmu Sejarah), Robi Adrizan Saputra (Sastra Indonesia), dan Ghina Siti Ramadhanty (Sastra Jerman) yang meneliti tentang rendang dan merantau. Penelitian ini dibantu dengan satu dosen pembimbing, yaitu Nani Darmayanti, M.Hum., PhD, dosen prodi Sastra Indonesia Unpad.

Diangkat ke dalam judul penelitian Program Kreativitas Mahasiswa “Relevansi Masakan Rendang, dengan Filosofi Merantau orang Minangkabau: Sebuah Kajian Sejarah Kuliner dalam Kaitannya Ekologi dan Budaya”, penelitian ini dilatarbelakangi popularitas rendang yang dikenal baik di seluruh wilayah Indonesia, bahkan mancanegara.

Popularitas tersebut bukan main-main. Berdasarkan kajian CNNgo yang dirilis 2011 dan 2017, rendang menjadi makanan terlezat nomor satu di dunia. Kepopuleran rendang hingga menembus mancanegara ini ternyata tidak lepas dari budaya merantau orang Minangkabau yang lazim dilakukan sejak zaman dahulu.

Menggunakan metode sejarah, tim menggali berbagai data-data sejarah terkait rendang dan merantau melalui empat tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tim menemukan, aktivitas merantau orang-orang Minangkabau sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Ini didorong oleh peran kebudayaan matrilineal, atau adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu.

Dalam sistem matrilineal, anak laki-laki Minang tidak diberikan hak waris serta kamar pribadi di rumahnya, sehingga hal ini mendorong mereka untuk merantau. Bermula dari surau ke surau, proses perantauan mereka kemudian berubah hingga menuju kota-kota besar.

Setelah orang Minang merantau, mereka memanfaatkan kemampuan memasaknya untuk mempertahankan hidup di tanah rantauannya. Proses ini kemudian mendorong sebagian perantau mendirikan rumah makan khas Padang, yang menjadi cikal bakal kuliner rendang menjadi salah satu menu penyajiannya.

Penelitian PKM ini kemudian lolos dan mewakili Unpad di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-30 di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, 23-28 Agustus untuk kategori PKM penelitian Sosial Humaniora. Selain itu, hasil penelitian ini telah disajikan dalam bentuk buku populer dan telah didaftarkan nomor ISBN-nya. Hasil penelitian juga dimuat dalam jurnal Metahumaniora.*

Rilis/am

Share this: