Teknologi IPAT-BO Prof. Tualar Simarmata Jadi Produk Inovasi Unggulan Indonesia di Ajang Hakteknas

Dosen Fakultas Pertanian Unpad Prof. Dr. Tualar Simarmata, Ir., M.S., memamerkan produk inovasinya bersama Wakil Rektor Bidang Riset, Pengabdian Pada Masyarakat, Kerja Sama, dan Korporasi Akademik Unpad
Dr. Keri Lestari, S.Si., M.Si., Apt., pada pameran Harteknas 2017, Kamis (10/8) di Makassar, Sulawesi Selatan. (Foto: Arief Maulana)

[unpad.ac.id, 11/08/2017] Di ajang acara puncak Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-22 di Makassar, penelitian Guru Besar Fakultas Pertanian Unpad Prof. Dr. Tualar Simarmata, Ir., M.S., dipamerkan sebagai salah satu inovasi unggulan nasional.

Dosen Fakultas Pertanian Unpad Prof. Dr. Tualar Simarmata, Ir., M.S., memamerkan produk inovasinya bersama Wakil Rektor Bidang Riset, Pengabdian Pada Masyarakat, Kerja Sama, dan Korporasi Akademik Unpad Dr. Keri Lestari, S.Si., M.Si., Apt., pada pameran Harteknas 2017, Kamis (10/8) di Makassar, Sulawesi Selatan. (Foto: Arief Maulana)

Inovasi yang dilakukan Prof. Tualar terkait teknologi inovasi intensifikasi padi aerob terkendali berbasis organik (IPAT-BO). Teknologi yang telah dikembangkan Prof. Tualar selama lebih dari 10 tahun ini dirancang sebagai teknologi hemat air, hemat pupuk anorganik, serta hemat benih. Teknologi ini menitikberatkan pada manajemen kekuatan biologis tanah, tata air, manajemen tanaman dan pemupukan berbasis organik secara terpadu.

“Dalam rangka menghasilkan beras unggul, maka teknologinya juga harus unggul,” ujar Prof. Tualar saat ditemui di sela pameran Hakteknas 2017, Kamis (10/08).

Dengan dasar organik, teknologi IPAT-BO menggunakan berbagai produk pupuk hayati sebagai sumber nutrisi mikroba tanah yang mampu meningkatkan kualitas lahan dalam waktu singkat. Proses ini tentu berbeda jika menggunakan pupuk anorganik yang memicu percepatan degradasi tanah.

Lebih lanjut Prof. Tualar menjelaskan, dalam mengejar capaian produk beras unggulan, segala aspek terkait proses juga harus unggul. Setidaknya, selain teknologi yang unggul, kualitas bibit, pendampingan, kemitraan, tingkat kesejahteraan petani, serta proses pengolahan yang juga harus unggul.

Adapun pola pendampingan yang dilakukan Prof. Tualar mengimplementasikan pola kerja sama Pentahelix yang digulirkan Unpad. Pola kerja sama ini mencakup seluruh pemangku kepentingan, mulai dari akademisi, pemerintah, pelaku usaha, komunitas, hingga media. Ia menilai, dengan pola kerja sama Pentahelix, masalah yang kerap muncul dapat dengan mudah diselesaikan.

Teknologi IPAT-BO saat ini telah banyak diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia. Di Sulawesi Selatan sendiri, teknologi IPAT-BO diterapkan di 23 Kabupaten. Teknologi ini diterapkan pada benih padi unggul yang dikembangkan Kemenristekdikti.*

Laporan oleh Arief Maulana

Share this: