Unpad Tampilkan Beragam Produk Inovasi pada Ritech Expo 2017

Pengunjung stand Unpad sedang menyimak pemaparan tentang produk unggulan Unpad pada acara pameran teknologi dan inovasi (Ritech Expo), Kamis (10/08) di Makassar Sulawesi Selatan. (Foto: Arief Maulana)

[unpad.ac.id, 10/08/2017] Universitas Padjadjaran berpartisipasi pada pameran teknologi dan inovasi (Ritech Expo) pada puncak rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2017 di Makassar, Sulawesi Selatan. Peringatan Hakteknas ini bertujuan menggelorakan semangat inovasi sebagai ujung tombak pembangunan nasional.

Pengunjung stand Unpad sedang menyimak pemaparan tentang produk unggulan Unpad pada acara pameran teknologi dan inovasi (Ritech Expo), Kamis (10/08) di Makassar Sulawesi Selatan. (Foto: Arief Maulana)

Pada pameran tersebut, Unpad memamerkan berbagai produk hasil hilirisasi penelitian yang sudah dilakukan civitas academica Unpad. Produk ini merupakan bagian dari 60 produk unggulan hasil hilirisasi riset Unpad. Selain itu, berbagai informasi terkait pusat-pusat unggulan Unpad juga ditampilkan pada pameran itu.

Pameran yang berlangsung di Center Point of Makassar, Kamis (10/08) hingga Minggu (13/08) ini menghadirkan berbagai produk inovasi teknologi serta berbagai inovasi kebijakan strategis dari Kementerian, Perguruan Tinggi, BUMN, serta lembaga penelitian yang ada di Indonesia.

Adapun tim Unpad yang hadir dalam pameran tersebut yaitu Wakil Rektor Bidang Riset, Pengabdian pada Masyarakat, Kerja Sama, dan Korporasi Akademik Dr. Keri Lestari, S.Si., M.Si., Apt., Direktur Riset, Pengabdian pada Masyarakat, dan Inovasi Rizky Abdullah, PhD, Direktur Kerja Sama dan Korporasi Akademik Dr. Dwi Purnomo, serta staf Direktorat Tata Kelola dan Komunikasi Publik/Kantor Internasional.

Tidak hanya berpartisipasi sebagai peserta pameran, hasil penelitian Guru Besar Fakultas Pertanian Unpad Prof. Dr. Tualar Simarmata, Ir., M.Si., dipamerkan sebagai produk inovasi unggulan Indonesia. Produk yang dikembangkan Prof. Tualar ini berupa padi hasil inovasi intensifikasi padi aerob terkendali berbasis organik (IPAT-BO) yang telah diimplementasikan di sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan.

Produk beras dengan teknologi IPAT-BO ini diapresiasi dengan baik oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, dalam acara puncak peringatan Hakteknas 2017, Kamis (10/08). Teknologi IPAT-BO yang dikembangkan bersama sejumlah peneliti lintas lembaga ini telah mendapatkan pengakuan dari Pemerintah, ditandai dengan terpilihnya Prof. Tualar sebagai 10 inovator terbaik Indonesia, Oktober 2016 lalu.

Resmi dibuka Wapres, acara puncak tersebut dihadiri Presiden ke-3 Indonesia BJ. Habibie, Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, serta sejumlah kepala daerah, pimpinan perusahaan, dan pimpinan perguruan tinggi se-Indonesia.

Momentum Hakteknas yang diperingati tiap 10 Agustus ini merupakan sejarah berharga bagi perkembangan bangsa Indonesia. Dasar lahirnya Hakteknas diambil saat Indonesia pertama kalinya berhasil menerbangkan pesawat terbang N-250 Gatotkaca yang diproduksi PT. Dirgantara Indonesia pada 10 Agustus 1995.

Wapres Jusuf Kalla mengatakan, momentum terbangnya pesawat N-250 ini bermakna bahwa teknologi dapat dikuasai oleh bangsa Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang saat ini berjumlah 260 juta, pemanfaatan teknologi jelas tidak dapat dipungkiri. “Setiap tahun membutuhkan begitu banyak kebutuhan dasar, dan tidak mungkin diselesaikan tanpa teknologi,” ujar Wapres.

Banyaknya potensi sumber daya alam di Indonesia menjadi modal penting dalam peningkatan daya saing bangsa. Wapres menjelaskan, potensi sumber daya alam tersebut apabila ditambah dengan teknologi akan menghasilkan nilai tambah yang lebih dibanding apa yang dicapai negara maju lainnya.

Untuk itu, ia mendorong para peneliti untuk dapat meningkatkan aktivitas riset yang telah dilaksanakan di Indonesia. Ia menilai, universitas dan lembaga penelitian berperan kuat dalam peningkatan aktivitas riset. Riset ini diharapkan berangkat dari berbagai permasalahan dasar bangsa Indonesia.

“Kita membutuhkan solusi dari berbagai permasalahan dasar. Semua itu membutuhkan fokus yang baik,” ujar Wapres.

Upaya pemerintah lainnya ke depan yaitu mempercepat hilirisasi riset dan komersialisasinya guna memenuhi kebutuhan industri. Diakui Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI Prof. Mohamad Nasir, saat ini anggaran riset Indonesia masih berkisar 0,09% dari produk domestik bruto (PDB). Ini terlihat dari data IMD yang menunjukkan jumlah pengeluaran di bidang penelitian dan pengembangan di Indonesia, yaitu sebesar US$ 76 juta.

Jumlah tersebut, lanjut Prof. Nasir, merupakan paling kecil di antara negara di kawasan ASEAN, yaitu Malaysia, Singapura, dan Thailand. Untuk itu, pihaknya terus mendorong peningkatan kontribusi riset sektor privat, diantaranya dengan berbagai pemberian hibah dan insentif bagi para peneliti.

Tidak hanya dorongan finansial, Kemenristekdikti juga terus mengembangkan peta jalan penguatan inovasi nasional. Namun, upaya ini juga harus didukung peningkatan kolaborasi oleh para pelaku inovasi, yaitu akademisi, dunia usaha, pemerintah, dan komunitas. Model klaster inovasi yang dikembangkan Kemenristekdikti merupakan bentuk aksi afirmasi guna memfasilitasi kemitraan strategis tersebut.*

 

Laporan oleh Arief Maulana

 

 

Share this: