Luncurkan Buku, SDGs Center Unpad Dorong Daerah Siap Terapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

[unpad.ac.id, 27/11/2017] Pusat Unggulan SDGs Center Universitas Padjadjaran meluncurkan buku “Menyongsong SDGs: Kesiapan Daerah-daerah di Indonesia”. Buku ini memaparkan secara ilmiah kesiapan 32 provinsi di Indonesia dalam mengimplementasikan agenda tujuan pembangunan berkelanjutan.

Mantan Wakil Menteri Pendidikan RI 2010-2011 yang juga pakar kesehatan Indonesia Prof. Fasli Jalal tengah menjadi pembicara panel dalam seminar nasional “Menyongsong SDGs: KesiapanDaerah-daerah di Indonesia” yang digelar SDGs Center Unpad di Hotel Arya Duta, Jakarta, Senin (27/11). Dalam seminar tersebut, SDGs Center Unpad meluncurkan buku terkait kesiapan 32 provinsi di Indonesia dalam mengimplementasikan tujuan pembangunan berkelanjutan 2030 mendatang.*

Peluncuran buku tersebut dilakukan melalui seminar nasional yang digelar di Hotel Arya Duta, Jakarta, Senin (27/11). Seminar terselenggara atas kerja sama SDGs Center Unpad dengan United Nations Development Program (UNDP), Indonesia. Turut hadir Wakil Rektor bidang Riset, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Korporasi Akademik Unpad Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt.

Dalam buku tersebut dijelaskan, kesiapan provinsi di Indonesia hanya memperoleh skor 1,86 jika dilakukan penilaian dalam rentang skala 0 – 4, atau kurang dari huruf “C” jika dilakukan penilaian dalam rentang skala A sampai E. Jika dianalisis, hanya 24% saja dari seluruh target indikator SDGs yang akan tercapai pada 2030 mendatang.

Beberapa dimensi SDGs yang perlu ditangani lebih serius di antaranya kesehatan, ketimpangan baik antar gender atau golongan, serta lingkungan hidup.

Lebih lanjut dijelaskan, jika pembangunan ke depan hanya mengandalkan parameter business as usual (BAU) tanpa upaya ekstra semua pihak, maka target yang ingin dicapai dalam agenda SDGs pada 2030 mendatang akan sulit terpenuhi.

Direktur Eksekutif SDGs Center Unpad Prof. Arief Anshory Yusuf memaparkan, dalam buku tersebut, setiap provinsi memiliki tantangan dengan prioritas berbeda. Tidak ada satu provinsi yang “kebal” terhadap tantangan tersebut.

Ini dibuktikan dengan contoh kondisi di DKI Jakarta, Banten, maupun Jawa Barat yang relatif tertinggal dalam dimensi ketimpangan, daya dukung infrastruktur, serta lingkungan hidup.

Perwakilan UNDP Indonesia Dr. Julianty Ansye Sopacua menyambut baik peran aktif akademisi dalam mendiagnosis berbagai permasalahan SDGs seperti yang dilakukan di buku ini. Peran ini diharapkan dapat memperbaiki perencanaan yang lebih berbasis bukti.

Selain itu, Analisis peta dasar pada buku ini juga diharapkan dapat membantu pemerintah pusat maupun daerah untuk melakukan prioritas dan identifikasi sektor percepatan.

Gelar Diskusi Panel

Seminar nasional ini menghadirkan sesi panel dengan pembicara Deputi Menteri PPN Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Dr. Arifin Rudiyanto, pakar pendidikan dan kesehatan Prof. Fasli Jalal, serta Direktur SDGs Center Unpad Prof. Armida Alisjahbana, dengan moderator Kepala Sekretariat Nasional SDGs Dra. Nina Sardjinani.

Dalam diskusi panel tersebut, Dr. Arifin menekankan pentingnya daerah dalam pencapaian SDGs. Gubernur bersama Walikota/Bupati dimandatkan untuk segera menyusun rencana aksi daerah untuk pencapaian SDGs.

Pemerintah daerah secara khusus dapat membuat dukungan regulasi, anggaran, dan program. Untuk itu, melalui buku yang diterbitkan SDGs Center setidaknya dapat menjadi panduan bagi pemerintah daerah untuk menyusun rencana aksi.

Prof. Fasli menyoroti masalah yang muncul dari dimensi kesehatan. Menyinggung kasus tinggi badan pendek anak balita (stunting), Indonesia menjadi penyumbang kelima terbesar di dunia. Namun, alokasi anggaran publik untuk kasus ini hanya berkisar 2,5% saja.

Mantan Wakil Menteri Pendidikan Nasional Indonesia 2010-2011 ini menjelaskan Kasus ini tentu saja perlu perhatian serius, mengingat Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif bagus. Namun, kasus malnutrisinya hampir setara dengan negara berpendapatan rendah.

Sementara itu, Prof. Armida menjelaskan, proyeksi yang menunjukkan parameter BAU tidak akan efektif mencapai sebagian besar target SDGs. Diperlukan berbagai upaya terobosan untuk beberapa isu prioritas.

Isu prioritas yang didorong Prof. Armida di antaranya mengimplementasikan konsep continuum of health care untuk mengatasi berbagai kasus kesehatan, termasuk kasus stunting. Di sisi lain, peningkatan pendidikan minimal rata pencapaian pendidikan menengah ke atas, penguatan infrastruktur dasar, dan prioritas peningkatan kualitas institusi dan tata kelola perlu dilakukan.*

Rilis: SDGs Center/am

 

 

 

 

Share this: