Siapkan SDM Berkualitas, Dosen Harus Berpikir Kritis, Kreatif, Bangun Komunikasi, dan Kolaborasi

[unpad.ac.id, 4/5/2018] Perubahan teknologi yang terjadi di tingkat global saat ini harus diantisipasi dengan baik oleh perguruan tinggi. Ini didasarkan, perguruan tinggi merupakan salah satu sektor yang berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berdaya saing.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti RI Prof. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., PhD, saat melakukan kunjungan ke kantor redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat, Bandung, Jumat (4/5). Kunjungan tersebut dihadiri sejumlah pimpinan perguruan tinggi. Turut hadir, Wakil Rektor bidang Tata Kelola, Perencanaan, dan Sistem Informasi Dr. Sigid Suseno, M.Hum. (Foto: Arief Maulana)*

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti RI Prof. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., PhD, mengatakan, para dosen perlu menyesuaikan proses pembelajaran dalam mengantisipasi perubahan teknologi di era revolusi industri tahap 4. Dosen berperan dalam mengubah pola pikir mahasiswa dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkompeten.

“Sekarang dosen tidak cukup pintar, tetapi harus bisa merespons perubahan yang terjadi,” ujar Prof. Ali saat melakukan kunjungan ke Kantor Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat, Bandung, Jumat (4/5).

Dalam kunjungan tersebut, Prof. Ali didampingi sejumlah pimpinan perguruan tinggi se-Bandung raya dan koordinator Kopertis wilayah IV Prof. Uman Suherman. Dalam kunjungan yang diterima secara resmi oleh Pemimpin Perusahaan Pikiran Rakyat Januar P. Ruswita itu, Unpad diwakili Wakil Rektor bidang Tata Kelola, Perencanaan, dan Sistem Informasi Dr. Sigid Suseno, M.Hum.

Prof. Ali mengatakan, dalam menghasilkan sumber daya manusia unggul, seorang dosen harus menguasai empat aspek, yaitu berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi. Di aspek berpikir kritis, aspek ini dibutuhkan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berintegritas dan berdaya saing tinggi.

“Para dosen harus kritis, SDM kita juga harus kritis. Jangan sampai SDM kita hanya jadi budak,” ujarnya.

Sementara di aspek kreativitas, dosen harus kreatif menghasilkan berbagai inovasi dari teknologi yang berkembang saat ini. Selanjutnya, di aspek komunikasi, berbagai pemikiran dan penelitian yang dilakukan dosen harus bisa dikomunikasikan dengan baik ke masyarakat. Agar komunikasi ini mampu terjalin dengan baik, maka dosen harus melakukan kolaborasi.

“Inilah yang bisa membangun Indonesia dari sisi SDM-nya, kalau pintar kolaborasi. Jangan hanya kompetisi, tetapi kolaborasi,” kata Prof. Ali.

Ia menilai, walaupun sumber daya manusianya sudah banyak yang unggul, faktor kolaborasi masih lemah dilakukan di Indonesia. Untuk itu, dalam meningkatkan kolaborasi, Kemenristekdikti mengajak seluruh elemen untuk bekerja bersama. Salah satu elemen yang diajak untuk berkolaborasi adalah media massa.

Penguasaan empat aspek ini direspons positif oleh para pimpinan perguruan tinggi. Dalam sambutannya, Dr. Sigid mengatakan, empat faktor ini juga harus dimunculkan dalam kegiatan di perguruan tinggi. Jika perubahan pola pikir masyarakat lamban, percepatan untuk memasuki era revolusi industri tahap 4 juga akan lamban.

“Ini terkait dengan bagaimana mengimplementasikannya dalam kurikulum pembelajaran,” kata Dr. Sigid.

Unpad sendiri terus berupaya mengimplementasikan empat aspek tersebut ke dalam segala aktivitasnya. Selain penguatan di sektor akademik, Unpad juga berkomitmen untuk mendukung pencapaian kesejahteraan di Jawa Barat melalui program Aliansi Strategis Unpad (ASUP) Jabar. Di sektor kolaborasi, Unpad juga telah membangun pola kerja sama pentahelix yang mengintegrasikan berbagai pemangku kepentingan, diantaranya pemerintah, akademisi, pengusaha, media, dan masyarakat.*

Laporan oleh Arief Maulana

 

Share this: