[unpad.ac.id, 19/7/2018] Menyambut pesta demokrasi tahun 2019, lima mahasiswa Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran akan menyelenggarakan Sekolah Demokrasi Muda Indonesia untuk 40 siswa SMA sederajat di Pekanbaru, Riau pada 3 – 5 Agustus 2018 mendatang.

Tim Sekolah Demokrasi Muda Indonesia yang digagas mahasiswa program studi Sastra Arab Universitas Padjadjaran.*

Kelima mahasiswa tersebut ialah Tanty Riyani, Ahmad K Ridho Al Khudri, Muhamad Alim, Dwi Estri Anggaini, dan Hayatul Fikri Aziz. Kegiatan ini juga akan dibantu oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Riau, Fazli Abdisalam.

Ketua pelaksana kegiatan tersebut, Tanty, mengungkapkan bahwa proyek ini merupakan luaran dari kegiatan Bali Democracy Student Conference (BDSC) yang diikutinya pada 7 – 8 Desember 2017 di Serpong, Banten. Proyek yang didanai sebesar empat puluh juta rupiah oleh Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia tersebut diharapkan dapat  memberantas generasi muda dalam buta politik.

“Awalnya kegiatan ini akan digelar sebelum pilkada serentak tahun 2018 ini, agar peluang memperbaiki generasi buta politik bisa diminimalisasi. Hanya saja, pengumuman tiga proyek lolos baru diumumkan minggu pertama Mei lalu sehingga kami memfokuskan proyek ini untuk memberikan edukasi dalam memahami demokrasi menjelang pemilu 2019 nanti,” ungkap Tanty dalam rilis yang diterima Humas Unpad.

Dengan menawarkan lima materi selama tiga hari dua malam, para siswa ditargetkan dapat lebih bijak menghadapi polemik negeri dalam berdemokrasi yang belakangan seringkali disalahpahami. Kelima materi tersebut mencakup memaknai demokrasi, sejarah demokrasi indonesia, implementasi demokrasi di sekolah, peran pemuda membangun demokrasi, dan mancakrida demokrasi.

“Sekarang orang sudah salah kaprah memahami demokrasi sehingga memicu terjadinya antidemokrasi. Kesalahpahaman itu disebabkan karena kurangnya edukasi kepada masyarakat bahwa demokrasi yang diusung Indonesia, dalam hal ini Pancasila, sudah sangat sesuai dengan nilai, norma, budaya, dan agama bangsa Indonesia. Hal lain yang menjadi penyebabnya juga semakin banyaknya oknum-oknum yang mengatasnamakan kebenaran, padahal sejatinya mencoreng kesakralan demokrasi. Untuk itu, pemuda harus cerdas mengenali dan mengembalikan makna demokrasi yang sesungguhnya. Demokrasi yang dicita-citakan pendiri negara,” ungkap Alim selaku koordinator acara tersebut.

Keresahan Tanty dan keempat kawannya ini diamini Pemerintah Provinsi Riau sehingga dengan sukarela membantu menghimpun putra-putri terbaiknya untuk mendukung kegiatan tersebut.

Diharapkan, pemahaman demokrasi yang didapatkan para peserta dapat ditularkan, setidaknya pada teman satu sekolahnya. Dengan demikian, penyebaran paham dan makna demokrasi pancasila yang menjadi dasar negara bisa diterima semua kalangan.

Tanty juga menandaskan bahwa selama kegiatan tersebut berlangsung, akan selalu mendorong peserta untuk menumbuhkan kepedulian pada demokrasi, keberanian untuk unjuk gigi, dan kesadaran dalam berdiplomasi.*

Rilis/art

 

Share this: