Prof. Dr. Rina Indiastuti, M.SIE., “Unpad adalah Perguruan Tinggi Besar, Harus Dikelola Optimal”

[unpad.ac.id, 23/5/2019] Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.SIE., resmi menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Rektor Universitas Padjadjaran terhitung mulai 16 April lalu. Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad yang juga menjabat Sekretaris Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti ini ditunjuk langsung oleh Menristekdikti.

Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.SIE.*

Sebulan berjalan, pengangkatan Plt. Rektor ini menuai beragam opini. Untuk itu, Kantor Komunikasi Publik Unpad melakukan wawancara khusus dengan Prof. Rina seputar jabatan Plt. Rektor yang diembannya, Kamis (23/5).

1. Mengapa pengangkatan Plt. Rektor dilakukan?

Jadi sebetulnya Plt. Rektor itu pelaksana tugas, perguruan tinggi apapun sesuai dengan OTK perguruan tinggi pasti harus ada pemimpin/rektor. Manakala rektor yang ada itu habis masa jabatan dan tidak diperpanjang, statusnya kalau Unpad itu dikembalikan ke Menristekdikti. Oleh karena itu, Menristekdikti harus menaruh orang sebagai pimpinan, istilahnya pelaksana tugas. Surat Keputusannya langsung dari Menristekdikti. Jadi, tugas Plt. Rektor ini langsung atas penugasan Menristekdikti.

Karena Unpad sebagai PTN satuan kerjanya ke Kemenristekdikti, maka kekosongan itu harus diisi oleh orang yang ditugaskan Menristekdikti.

2. Apa saja tugas Plt. Rektor?

Tugas Plt. Rektor kurang lebih menjalankan tugas dasar seorang Rektor. Utamanya, tridarma perguruan tinggi tetap harus berjalan. Di Unpad khususnya, sesuai Organisasi dan Tata Kerjanya, setiap organ sudah ada pejabatnya. Wakil rektor ada, dekan ada, wakil dekan ada, direktur ada. Itu tidak berubah. Jadi, harus jalan tapi dikomandoi oleh Plt. Rektor tadi. Secara prinsip semua kegiatan berlangsung seperti biasa.

3. Apakah ada batasan tugas yang dilakukan Plt. Rektor?

Tugasnya hampir sama, hanya dia tidak boleh membuat kebijakan strategis. Kalaupun mau buat terpaksa, itu harus berkonsultasi kepada Pak Menteri yang menugaskan. Nanti, Pak Menteri yang memutuskan.

Kalau saya sudah pasti dalam 6 bulan tidak akan membuat kebijakan. Tapi misalnya, katakan saja, masa tugas dekan habis. Saya tidak boleh dong memilih Dekan. Saya harus lapor ke Pak Menteri, “Pak Menteri, ini Dekan (Unpad) habis. Berikutnya, arahannya bagaimana ini?”. Kalaupun nanti ada SK, saya tidak boleh buat SK Dekan itu, harus Menteri.

Jadi, ada beberapa kebijakan strategis—bukan artinya tidak boleh dilakukan. Kalaupun terpaksa harus, saya tidak boleh sendirian memutuskan. Saya harus bilang sama Pak Menteri.Sebetulnya, pasti PTN akan jalan seperti biasa. Bahkan dalam pengawasan Menteri (secara langsung).

4. Berarti penetapan Plt. tidak berpengaruh signifikan terhadap aktivitas tridarma dan kelembagaan?

Tidak. Asalkan, seluruh organ berjalan seperti fungsi yang diharapkan. Bahkan, seharusnya bisa lebih baik. Kenapa? kemarin kita menghadapi peristiwa pemilihan rektor diulang. Harusnya itu menjadi pukulan untuk lebih semangat.

Saya berharap ke seluruh pimpinan, ayo dong semangat. Mau recovery-nya bagaimana kalau kita tidak semangat.

5. Pesan Menristekdikti terkait Pilrek Unpad?

Menristekdikti berpesan dua hal penting. Pertama, kegiatan Unpad fungsi peran dan sebagainya itu harus benar. Unpad itu PTNBH, perguruan tinggi besar. Harus dikelola dengan optimal. Unpad itu perlu pemimpin yang luar biasa. Jadi, cobalah Pilrek ini menghasilkan pemimpin yang luar biasa.

Pak Menteri juga berharap ke depan Unpad bisa masuk World Class University (WCU). Maka Unpad harus punya pemimpin luar biasa. Jadi, pilrek itu harus menjaring calon pemimpin yang luar biasa. Dipilih dengan tata kelola yang baik sehingga dihasilkan seorang rektor yang luar biasa.

Selain itu, Plt. Rektor juga didorong memantau dan mengingatkan sivitas akademika dan tenaga kependidikan bahwa Unpad adalah PTNBH sekaligus perguruan tinggi besar. Unpad (terus) diprospek untuk masuk WCU, sehingga perlu pemimpin yang merupakan orang terbaik dari Unpad.

Pesan kedua, untuk mewujudkan hal tersebut coba buat suasana internal lebih stabil. Saya harus membuat kondisi Unpad stabil, tidak boleh ada gonjang ganjing. Kalau sudah stabil dan organ jalan, tolong diakselerasi. Diharapkan, enam bulan kemudian kinerja Unpad minimal sama atau bisa lebih tinggi dari bulan April.

6. Apa strategi Ibu untuk mewujudkan hal tersebut?

Strategi pribadi saya adalah harus merangkul semua elemen Unpad. Mulai dari Senat Akademik, Majelis Wali Amanat, sesepuh, guru besar, dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa juga dilayani. Artinya apa? Tolong sivitas akademika, tenaga kependidikan, dan mitra di luar Unpad, dukung Pilrek ini dapat berjalan seperti harapan tadi. Biarkan MWA bekerja dan memilih pemimpin yang terbaik.

7. Bagaimana Ibu memandang opini publik tentang Unpad di luar sana?

Kita tahu persis bahwa beberapa bulan ke belakang berita negatif Unpad banyak, terutama soal Pilrek. Kita harus buat berita positif, karena masyarakat juga butuh berita yang berimbang.

Tugas Unpad adalah membuat berita yang berimbang sehingga, oke ada berita negatif tetapi harus ada berita positifnya. Berita negatif tidak bisa dihindarkan, tetapi kan kita bisa buat berita yang positif.

8. Apa pesan untuk warga Unpad?

MWA sudah bekerja sesuai dengan timeline mereka. Mudah-mudahan tidak terganggu dengan gangguan dari luar. Masyarakat juga tolong dukung dan ingatkan apabila MWA-nya ada hal yang perlu diperbaiki.

Intinya, jangan skeptis. Kalau skeptis, kita akan sulit mendapat rektor yang baik.

9. Soal target WCU, apakah ada program khusus untuk mengakselerasinya?

Kinerja riset dan publikasi Unpad sudah baik, tinggal kinerja internasionalisasi program studi harus didorong untuk menuju WCU. Ini dilakukan supaya mutu lulusan bisa terekognisi oleh dunia internasional. Misalnya, kurikulum di Sastra harus terstandar internasional, supaya lulusannya mau kerja di mana pun harus bisa diterima. Itu salah satu tanda WCU.

Saya bercita-cita mutu lulusan terus didorong. Kalaupun tidak berhasil 6 bulan, paling tidak sudah ada dorongan. Mudah-mudahan Rektor berikutnya bisa lebih mudah (mengakselerasi). Saya yakin, lulusan perguruan tinggi itu SDM bangsa. Kalau dia bermutu, berdaya saing internasional, Insyaallah dia akan kerja bagus dan ingat sama almamater. Nanti bisa bantu lagi Unpad. Ujung-ujungnya kemitraan dengan Unpad lebih banyak dan dapat terekognisi secara internasional.

10. Terkait kemandirian keuangan pada PTNBH, apa yang ingin didorong?

Dari sejak zaman Rektor Prof. Tri Hanggono Achmad sudah didorong peningkatan dana kerja sama. Tapi ‘kan tidak mudah. Kita perlu membangun kepercayaan seluruh mitra yang ada di nasional maupun internasional. Mereka bisa percaya sama Unpad dan bisa bekerja sama dengan Unpad, sehingga dana kerja sama bisa masuk. Tidak hanya dari APBN, (dana) swasta juga harus digarap.

11. Mengapa Ibu bisa terpilih Menjadi Plt. Rektor?

Awalnya saya tidak meminta tugas sebagai Plt, sementara tugas di Jakarta saja sudah pusing. Ketika Pak Menteri menunjuk, saya diam seribu bahasa tidak berkomentar. Pertanyaan di benak saya adalah, “Mengapa saya?”

Mungkin Pak Menteri punya pertimbangan bahwa saya orang Unpad sekaligus orang (pimpinan) di Kemenristekdikti.

12. Perasaannya saat ditunjuk sebagai Plt. Rektor?

Perasaan saya seperti halnya dosen biasa. Saya tidak pernah merasa sebagai Plt. Rektor, karena saya sendiri dosen dan saya orang Unpad. Jadi, tenang saja.

Karena mungkin perasaan memiliki Unpad-nya besar, menurut saya mau jadi Plt mau jadi apa pun, ya kita harus kerja. Saya sebagai warga Unpad, apa yang bisa saya kerjakan. Saya yakin, Plt. Rektor tidak sulit karena semuanya sudah berjalan, hanya perlu nakhodanya perguruan tinggi ini siapa.

13. Sempat beban?

Bebang memang ada, berat. Tetapi, saya berprinsip, Allah itu tidak akan memberikan beban di luar kesanggupannya. Insyaallah kalau kita ikhtiar, kita ajak semua orang untuk berbuat sama-sama, rasanya jalan pasti ada.

Beban itu ada tetapi pekerjakan ini harus dikerjakan. Jadi harus selesai, harus semangat.

14. Bagaimana harapan Ibu terhadap Unpad secara keseluruhan?

Seperti harapan Pak Menteri, bahwa Unpad harus menjadi perguruan tinggi besar, bereputasi internasional, lulusannya berkelas internasional, serta berkontribusi pada pembangunan nasional. Itu perlu timeline dan asal jelas arahnya. Karena itulah, Pak Menteri berpesan bahwa Unpad butuh rektor yang paham. Bukan hanya paham sekarang, tetapi paham juga ke depan.

Rektor (baru) juga harus paham teman (peer) PTNBH-nya siapa dan bergerak kemana. Katakan, teman sesama PTNBH adalah Undip, Unhas, dan ITS. Kita tidak harus seperti mereka. Tetapi kalau mereka bergerak, kita juga harus bergerak. Kita harus punya kelebihan apa. Kita tidak boleh kalah dengan perguruan tinggi peer-nya.

Unpad sudah banyak hasilnya. Tetapi kalau perguruan tinggi lain bergerak lebih cepat, kita pun harus punya inovasi yang juga cepat dan memiliki manfaat bagi internal dan masyarakat.*

Laporan oleh Arief Maulana

 

Share this: