Tangani Coronavirus di Jawa Barat, Rektor Sampaikan Sejumlah Rekomendasi kepada Gubernur

Laporan oleh Arif Maulana

Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Rina Indiastuti, M.SIE., (kiri) menyampaikan sejumlah rekomendasi pemikiran, aksi, dan riset Unpad kepada Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil untuk menangani Coronavirus (COVID-19) dalam rapat koordinasi yang digelar di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jawa Barat, Bandung, Kamis (19/3). (Foto: Arif Maulana)*

[unpad.ac.id, 19/3/2020] Masifnya penyebaran pandemi Coronavirus (COVID-19) di Indonesia mulai berpengaruh pada stabilitas ekonomi. Di Jawa Barat sendiri diperkirakan terjadi keterlambatan pertumbuhan ekonomi di angka 4,6 hingga 5,1 persen berdasarkan data Bank Indonesia.

Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Rina Indiastuti, M.SIE., mengatakan, perlambatan ekonomi akibat Coronavirus tidak bisa dihindarkan. Diperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada dua kuartal 2020 dipastikan terdampak.

“Seperti halnya perekonomian China, tetap dua kuartal akan terdampak akibat COVID-19,” ujar Rektor dalam Rapat Koordinasi Pembahasan Dampak Ekonomi dan Penanganan COVID-19 di Jawa Barat yang digelar di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jawa Barat, Bandung, Kamis (19/3).

Rapat ini dihadiri langsung Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil serta Kepala Kantor Perwakilan BI Jabar Herawanto. Dari Unpad juga hadir Ketua Dewan Profesor Prof. Dr. Sutyastie Soemitro, dan Ketua Institut Jawa Barat (Injabar) Unpad Prof. Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt.

Rektor menjelaskan, berdasarkan hasil kajian peneliti Unpad, dampak ekonomi ini dirasakan oleh seluruh sektor dan strata sosial. Karena itu, penanganan dampak ekonomi jangan hanya dilakukan di sektor makro saja. Sektor mikro dan informal juga harus diperhatikan.

Apalagi, sebagian besar perekonomian masyarakat saat ini berada di sektor mikro dan informal. Rata-rata bergerak di bidang perdagangan, transportasi, hingga pengolahan makanan. Menurut Rektor, pemerintah harus segera memberikan solusi bagi sektor ini selama masa darurat Coronavirus.

Rektor menyebut, kepanikan akibat Coronavirus di masyarakat memicu kelangkaan sejumlah bahan pokok maupun produk tertentu. Hal ini juga memicu naiknya harga sejumlah produk pokok di pasaran.

Menurut Rektor, untuk mencegah kepanikan, informasi berkala harus rutin disampaikan dengan tetap mengacu pada Protokol Pencegahan Coronavirus. Ini bertujuan agar masyarakat tidak perlu panik sehingga kondisi dan harga bahan pokok tetap terjaga.

“(Pemerintah) bisa lakukan policy respons lebih dini sehingga ekspektasi optimisme masyarakat bisa cepat pulih,” kata Rektor.

Kecepatan pemulihan ekonomi bergantung pada kecepatan untuk mewujudkan kondisi normal kembali. Rektor menjelaskan, secara bersama, Indonesia harus segera memerangi Coronavirus hingga mampu memulihkan kondisi trauma sosial akibat wabah pandemi tersebut.

“Karena ini juga bencana sosial, mohon dipertimbangkan ada trauma sosial akibat Coronavirus,” kata Rektor.

Di hadapan Gubernur, Rektor juga menyampaikan berbagai kontribusi yang telah dilakukan Unpad dalam hal penanganan Coronavirus di Jawa Barat. Unpad sendiri telah mengeluarkan sejumlah edaran dan protokol terkait pencegahan dan penanganan Coronavirus di lingkungan kampus.

Rektor melanjutkan, Unpad juga telah mengembangkan aplikasi penilaian dini COVID-19 dan Aplikasi Pemeriksaan Mandiri (AMARI-COVID 19) sebagai pendeteksi dini gejala Coronavirus. Aplikasi ini telah banyak digunakan oleh masyarakat.

Dari segi infrastruktur, Unpad memiliki Rumah Sakit Pendidikan yang berdekatan dengan komplek RSU Hasan Sadikin Bandung. Rektor menyilakan Gubernur untuk memanfaatkan RSP Unpad sebagai lokasi tambahan untuk menampung dan merawat pasien.

Selain itu, Unpad juga telah mengembangkan Laboratorium COVID-19 yang bisa digunakan untuk melakukan pemeriksaan Coronavirus. “Sampai hari ini kita bisa lakukan pemeriksaan dan kurang lebih 96 sampel per hari,” ujarnya.

Kembangkan Obat

Di bidang riset, saat ini Unpad juga ambil bagian dalam riset untuk menemukan obat Coronavirus. Dalam hal ini, Ketua Institut Jawa Barat (Injabar) Unpad yang juga Guru Besar Fakultas Farmasi Prof. Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt., bersama dosen Fakultas Kedokteran Unpad dr. Trully Sitorus, M.Si., Sp.FK., tengah mengkaji potensi tanaman kina sebagai alternatif penangkal Coronavirus.

Prof. Keri menjelaskan, kajian mengenai potensi kina berangkat dari riset awal yang sudah dilakukan China untuk menidentifikasi pola virus Corona. Dari riset awal tersebut, ditemukan bahwa Coronavirus masuk dalam virus RNA yang satu jenis dengan virus HIV dan Hepatitis C.

Peneliti kemudian memindai sejumlah obat yang selama ini digunakan untuk menangani virus HIV dan Hepatitis C. Salah satu obat yang direkomendasikan adalah Klorokuin Fosfat yang sudah lama beredar di Indonesia.

Meski demikian, Indonesia masih mengimpor Klorokuin Fosfat. Dikhawatirkan, adanya masa karantina wilayah di sejumlah negara akan berdampak pada berkurangnya impor obat ini. Karena itu, Prof. Keri bekerja sama dengan sejumlah pemangku kepentingan mencoba menganalisis kandungan dari Klorokuin Fosfat.

Hasil dari analisis tersebut ditemukan bahwa struktur Klorokuin Fosfat memiliki kesamaan dengan Quinine Sulfat. Zat ini terkandung dalam tanaman kina. Mengingat Indonesia memiliki tanaman kina, sehingga hal ini bisa menjadi potensi untuk dikembangkan sebagai obat.

Saat ini, Prof. Keri dan tim bersama dokter ahli farmakologi yang tergabung dalam Ikatan Ahli Farmakologi (IKAFI), Persatuan Dokter Spesialis Ahli Farmakologis Indonesia (PERDAFKI), UI, ITB, serta peneliti dari Wuhan Institut of Virology tengah melakukan riset terkait dosis dan cara pemakaian untuk pasien. Diharapkan temuan ini dapat bermanfaat bagi penanganan Coronavirus di Indonesia.

Rapat koordinasi ini sekaligus menjadi langkah awal aktivitas In Jabar Unpad dalam berkontribusi terhadap pembangunan dan penyelesaian masalah di Jabar.*

Share this: