Selisik Fenomena Coronavirus Lewat Beragam Perspektif Ilmu

Petugas menyemprotkan cairan disinfektan ke setiap ruangan di lingkungan kampus Universitas Padjadjaran, Selasa (17/3) lalu. Penyemprotan dilakukan untuk mengurangi risiko penyebaran wabah Coronavirus (COVID-19) di lingkungan Unpad.*

Rilis

Tangkapan Layar sesi kuliah daring mata kuliah Manajemen Konflik Ilmu Pemerintahan Unpad, Rabu )1/4) sore. Pada sesi kali ini menghadirkan sejumlah narasumber dosen dari berbagai bidang ilmu di Unpad untuk membahas mengenai Coronavirus (COVID-19) dari berbagai perspektif keilmuan.*

[unpad.ac.id, 2/4/2020] Pandemi Coronavirus (COVID-19) yang turut melanda Indonesia menimbulkan berbagai polemik dan dinamika di berbagai sektor. Karena itu, penanganan wabah ini diharapkan tidak hanya dilakukan oleh rumpun kesehatan saja.

Di lingkup akademik, semua bidang keilmuan punya peranan dalam menangani Coronavirus. Untuk itu, Program Studi Ilmu Pemerintahan melalui mata kuliah Manajemen Konflik mencoba mengurai permasalahan Coronavirus dari berbagai perspektif keilmuan.

Digelar lewat aplikasi telekonferensi Zoom, Rabu (1/4) sore, kuliah daring ini menghadirkan sejumlah narasumber. Narasumber ini merupakan para dosen dari berbagai bidang keilmuan yang ada di Unpad. Mulai dari bidang ilmu sosial, budaya, ekonomi, komunikasi, hingga rumpun kesehatan.

Dari sisi manajemen konflik, Dosen Ilmu Pemerintahan Unpad Antik Bintari, M.T., mengungkapkan, pandemi Coronavirus di Indonesia rentan memunculkan konflik. Dalam pandangan teori konflik, memahami pandemi ini dapat dimulai dengan mengetahui fase konfliknya, yaitu fase potensi konflik, fase pertumbuhan konflik, fase eskalasi, serta pascakonflik.

“Memahami COVID-19 kemudian di tiap-tiap fasenya menghadirkan berbagai kebijakan yang diupayakan meminimalisir pertentangan yang sangat mungkin terjadi di tiap tahapannya,” ujar Antik.

Dampak Pandemi Coronavirus juga dapat dilihat dari  Aspek Psikososial. Dosen Kesejahteraan Sosial Unpad Dr. Budi Muhammad Taftazani, MPS.SP., berpendapat, membangun ketahanan individu, keluarga, dan masyarakat merupakan upaya penting dalam melawan wabah.

Sementara itu, Dosen Antropologi Unpad Ira Indrawardana, M.Si., mengkaji dari sisi antroplogi kesehatan. Jika dilihat dari perspektif tradisi lokal, penyikapan wabah penyakit di masyarakat rural yang masih melaksanakan tradisi adat lokal dikenal dengan ritual tolak bala. Hal ini sarat dengan nilai kearifan lokal.

“Perlu adanya keseimbangan pemahaman masyarakat rural society tersebut antara pengetahuan tradisi dan pengetahuan ilmiah kesehatan tentang wabah Coronavirus,” ujarnya.

Dalam sektor kajian budaya, Dosen Sastra Indonesia Unpad Baban Banita, M.Hum., wabah Coronavirus yang melanda Indonesia rupanya mampu membangun keseragaman pandangan masyarakat. Berbagai tindakan menjaga kesehatan sebagai upaya pencegahan mulai seragam dilakukan oleh masyarakat.

“Corona mengajarkan sikap hidup berhubungan secara sosial sekaligus menjadi individu yang penuh kepedulian,” kata Baban.

Dalam perspektif komunikasi, Dosen Hubungan Masyarakat Unpad Anwar Sani, M.I.Kom., menilai penting untuk mengetahui bagaimana memilih pesan yang sesuai dengan suasana dan mood publik terkait Coronavirus. Pengelolaan komunikasi publik ini dapat menjadi refensi informasi yang utama dan tepercaya.

Sementara itu, Dosen Departemen Ekonomi Unpad Dr. Wawan Hermawan, M.T., mengungkapkan, pandemi Coronavirus merusak tatanan ekonomi masyarakat Indonesia. Utamanya pada sektor pekerja informal.

Perlu intervensi pemerintah dalam memastikan penanganan pandemi ini. Intervensi dilakukan melalui alokasi faktor produksi ke penanganan wabah dan ketahanan ekonomi serta sosial.

Dosen Fakultas Kedokteran Unpad Arif Dermawan, dr., M.Kes., Sp.T.H.T.K.L (K), menjelaskan, mengingat saat ini belum ada pengobatan atau vaksin untuk mengatasi virus SARS-COV-2 sebagai penyebab Coronavirus, penguatan sistem imun tubuh sangat diperlukan.

“Sistem imun merupakan sistem pertahanan tubuh yang sangat penting untuk dipertahankan dan ditingkatkan selain pembatasan kontak fisik dan penggunaan masker,” ujarnya.

Masyarakat juga harus memahami gejala yang timbul dari penyakit ini. Utamanya gejala ringan sehingga proses penanganan dini dapat dilakukan. Menurut dr. Shinta Fitri Boesoirie, Sp.THT-KL., M.Kes., pengetahuan mengenai gelaja ini penting diketahui masyarakat agar dapat memutus mata rantai penyebaran wabah.

Dari perspektif kedokteran gigi, Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Dr. Gilang Yubiliana, M.Kes., menjelaskan, masyarakat juga perlu memahami kedaruratan dalam kedokteran gigi. Saat ini, Persatuan Dokter Gigi Indonesia telah mengeluarkan imbauan untuk menunda ke dokter gigi, kecuali terjadi kondisi gawat darurat seperti sakit gigi berat, bengkak, perdarahan gusi, hingga patah rahang.

“ Di tengah merebaknya wabah Covid-19 dibutuhkan komunikasi yang benar baik antar dokter dengan pasien maupun antar pemangku kepentingan dengan publik sehingga kondisi tetap kondusif dalam rangka berjuang bersama-sama,” ujarnya.(am)*

 

Share this: