Aulia Iskandarsyah, M.Psi., M.Sc., Ph.D., “Psychological Hypnosis sebagai Suplemen Pengobatan Medis”

(Artikel ini telah tayang sebelumnya di rubrik profil dosen pada laman Unpad. Artikel dimuat kembali untuk menyebarluaskan kembali berbagai penelitian yang dilakukan dosen Unpad)

Laporan oleh Arif Maulana

[unpad.ac.id] Dalam anggapan orang, hipnosis berarti proses pemberian sugesti dalam ketidaksadaran untuk melakukan tindakan yang dikehendaki oleh pemberi sugesti. Bahkan di beberapa kondisi, hipnosis acapkali disalahgunakan untuk tindakan bermotif kriminal. Padahal, hipnosis adalah suatu metode intervensi psikologis yang digunakan dalam ilmu Psikologi.

Aulia_profil; hipnosis; berita unpad; dosen unpad;
Aulia Iskandarsyah, M.Psi., M.Sc., Ph.D. (Foto oleh: Artanti H)*

Dosen Fakultas Psikologi Unpad, Aulia Iskandarsyah, M.Psi., M.Sc., Ph.D., ahli Psikologi Medis yang mendalami Psychological Hypnosis menjelaskan, hipnosis secara harfiah merupakan kondisi dimana seseorang dibawa pada fase seimbang antara alam bawah sadar dengan alam sadarnya. Dalam hal ini, hipnosis digunakan untuk penanganan masalah-masalah psikologis, misalnya menghilangkan ketakutan/fobia seseorang terhadap benda/keadaan melalui kekuatan sugesti.

“Hipnosis bisa membawa taraf kesadaran seseorang menjadi setara dengan alam bawah sadarnya. Orang takut akan kecoa, misalnya, pasti ada alasannya. Ketika dihipnotis, dia bisa menggali informasi itu lewat alam bawah sadarnya dan tahu penyebab ketakutannya. Ketika dia sudah tahu penyebabnya, maka dia tidak akan menjadi takut lagi,” papar Aulia.

Psychological hypnosis juga digunakan untuk mengintervensi seseorang melalui sugesti yang akan membuatnya jauh lebih rileks dan tenang jika akan menghadapi suatu keadaan tertntu. Biasanya, Aulia melakukan hipnosis kepada pasien yang mengalami ketakutan menghadapi operasi atau tindakan media lainnya agar menjadi lebih rileks. Sehingga, manfaatnya adalah untuk memotivasi diri serta meningkatkan performance dari orang yang dihipnotis.

Lebih lanjut, Aulia mengatakan, metode hipnosis ini sangat membantu menurunkan indikasi medis dan tanpa efek samping. Dengan hipnosis, pasien akan jauh lebih tenang dan siap untuk menghadapi operasi/pengobatan.

“Semakin rileks, maka ambang toleransi pasien terhadap rasa nyeri semakin besar. Ini bisa membantu prosedur pengobatan yang formal,” tambah dosen kelahiran Bandung, 20 Desember 1981.

Psychological hypnosis tentunya berbeda dengan praktik hipnosis yang sering ditampilkan pada acara televisi. Menurut Aulia, Psychological hypnosis berbasis pada keilmuan yang didasari oleh kode etik profesi psikologi. Tujuannya adalah untuk membantu mengatasi permasalahan dan meningkatkan kapabilitas klien. Sementara, hipnosis pada acara televisi lebih lebih bersifat entertaining.

“Kami menghipnosis pasti ada tujuannya. Untuk apa orang dibuat jadi takut atau membeberkan hal-hal terpendamnya. Kita menghipnosis orang berdasarkan tujuannya apa, serta sugesti yang diberikan tidak keluar dari tujuan tersebut,” tandasnya.

Adapun hipnosis lain yang menyerupai gendam merupakan jenis hipnosis yang dikembangkan oleh Franz Anton Mesmer di Eropa. Jenis hipnosis ini mengembangkan teknik magnetism, yakni menyugesti orang seperti magnet, diantaranya dengan menepuknya. Jenis hipnosis inilah yang berkembang menjadi stage hypnosis yang lebih bersifat hiburan.

Hal ini yang menjadikan beberapa orang curiga terhadap hipnotis karena memaknainya sama dengan stage hypnosis. Namun, justru Aulia akan memilih menghipnotis orang yang takut dihipnotis, ketimbang orang yang mau dihipnotis. “Kalau dia mau dihipnotis, justru sebenarnya dia mampu memecahkan masalahnya dengan sadar,” kata Aulia yang mendalami psychological hypnosis sejak 2006.

Ketertarikan akan psikoterapi dan menolong sesama adalah alasan Aulia mempelajari psychological hypnosis. Selain itu, metode ini juga memiliki seni tersendiri. “Dalam psychological hypnosis, satu sugesti sudah pasti akan direspons berbeda oleh setiap orang. Jadi, pemecahan masalah setiap orang akan berbeda caranya,” ujar lulusan program Doktor di Medical Psychology, VU University Amsterdam, Belanda.

Oleh karena itu, Aulia pun mengembangkan psychological hypnosis lebih pada konteks medis. Kerja sama dengan fakultas lain, seperti Fakultas Kedokteran Gigi telah dilakukan untuk memberikan pelayanan medis kedokteran gigi lebih efektif, dengan menekan angka ketakutan pasien ketika berobat melalui psychological hypnosis.

Pengembangan psychological hypnosis sebagai suplemen dari pengobatan medis merupakan kali pertama di Unpad. Namun, untuk pengembangan hipnosis, Unpad telah lama mengembangkan metode ini oleh Prof. (Em) Dr. H. Soetardjo A. Wiramihardja dan drs. Leonardus F. Polhaupessy.

Karena konteksnya berbeda, maka psychological hypnosis tentunya dapat digunakan sesuai dengan tujuan dan kode etik profesi Psikologi. Hal ini menjadi harapan Aulia terhadap metode yangdidalaminya ini.

“Kita tujuannya untuk bantu orang, sehingga harus terkontrol dalam koridor medis yang tepat. Harapan lain, semoga psychological hypnosis ini bisa dikembangkan dan berkolaborasi dengan ilmu medis lainnya,” pungkasnya.(eh)*

Share this: