Bachti Alisjahbana, dr., Sp.PD-KPTI, PhD, “Unpad Harus Berkontribusi Turunkan Angka Penderita TB & HIV di Jawa Barat

[Unpad.ac.id, 3/04/2014] Sebagai negara dengan iklim tropis, Indonesia memiliki banyak penyakit infeksi yang berkembang. Seiring dengan ragam biodiversitas Indonesia, fenomena penyakit infeksi yang terjadi di suatu tempat akan berbeda jika ditemukan di tempat lainnya. Hal inilah yang menyebabkan para peneliti medis khsusunya banyak menemukan banyak hal terkait penyakit infeksi.

Bachti Alisjahbana, dr., Sp.PD-KPTI, PhD
Bachti Alisjahbana, dr., Sp.PD-KPTI, PhD (Foto oleh: Dadan T.)*

Meskipun penyebarannya cukup tinggi, penyakit infeksi dapat dicegah. Berbeda dengan penyakit lainnya, penyakit infeksi  tergolong kategori menular sehingga dapat ditelusuri alur penyebarannya. Hal inilah yang menjadi kajian menarik bagi Bachti Alisjahbana, dr., Sp.PD-KPTI, Ph.D., dokter ahli penyakit dalam dan infeksi yang juga sebagai dosen di Fakultas Kedokteran (FK) Unpad.

“Penyakit infeksi itu beda dengan penyakit semisal diabetes dan jantung. Kita susah mencegahnya karena itu berhubungan dengan perilaku manusia,” jelas dr. Bachti.

Menurutnya, penyakit seperti HIV dapat dicegah asalkan masyarakat tahu bagaimana cara pencegahannya, seperti hindari penggunaan jarum suntik secara bersamaan, atau penggunaan alat kontrasepsi. Khusus untuk HIV, dr. Bachti telah menghasilkan penelitian mengenai bagaimana strategi diagnostic melalui rapid test. Diakuinya, penggunaan rapid test dalam perawatan pasien yang terkena virus HIV cukuplah efektif.

Rapid test sendiri sebenarnya bukan merupakan metode baru untuk perawatan HIV. Namun, pihaknya sudah mengoptimalisasikan metode tersebut sehingga lebih cocok untuk diimplementasikan di Indonesia. “Ini yang menjadi tantangan, bagaimana kita membuat orang lain memakai metode kita,” tambahnya.

Namun, untuk penyakit TB, pencegahan yang dilakukan cukup rumit karena TB sudah menyebar di seluruh wilayah di Indonesia. Penyebarannya pun dilakukan dari mulut ke mulut. “Saat ini, hampir 50% pasien TB itu berobatnya ke dokter umum, jadi kurang tercatat. Pencegahan yang paling baik adalah pendekatan ke keluarganya. Jika ada anggota keluarga kena TB, seluruh keluarganya harus di-screening juga,” paparnya.

Di sisi akademik, penelitian mengenai TB dan HIV pun harus ditingkatkan. Pemerintah, menurut dr. Bachti, harus aktif melihat semua penelitian yang telah dilakukan untuk mampu menanggulangi tingginya penyakit tersebut. “Kita sudah punya teknologi untuk mencegah penyakit infeksi ini. Jika memang kita belum bisa menanggulangi, maka kitanya yang kurang berusaha,” ujar dr. Bachti.

Sejak 2000, dr. Bachti telah melakukan penelitian terkait penyakit Tuberculosis (TB). Baru pada 2007, ia bersama peneliti lainnya melakukan penelitian terkait virus human immunodefiency virus (HIV). Selain itu, ia pun banyak melakukan penelitian mengenai penyakit infeksi lain, seperti malaria dan demam berdarah.

Penelitian yang dilakukannya terfokus pada diagnosis dan upaya peningkatan kualitas pengelolaan penyakit infeksi di Indonesia. Dari penelitiannya tersebut, sekitar 36 judul penelitiannya masuk ke publikasi internasional. Ia pun banyak melakukan kerja sama penelitian dengan institusi asing, seperti Radboud University Nijmegen di Belanda, dan University of Otago di Selandia Baru. Selain itu, ia juga mendapatkan dana hibah dari European Union untuk penelitian mengenai HIV dan TB.

Selain aktif mengajar, dr. Bachti juga merupakan koordinator dari Laboratorium Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) FK Unpad serta ketua dari Pusat Studi TB_HIV FK Unpad. Melalui LPPM FK Unpad, dr. Bachti dan tim pun menyusun program “Hidup Bersama Sahabat” (Hebat).

Program “Hebat” ini merupakan kurikulum pencegahan HIV yang dikembangkan sesuai dengan kondisi aktual di kota Bandung, dengan mengombinasikan pencegahan penyalahgunaan narkoba (drug education) dan kesehatan reproduksi (reproductive health education).  Materi yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan hak remaja.  Saat ini, sudah 24 SMP di Kota Bandung yang melaksanakan kurikulum program ini.

Program ini pun berhasil meraih penghargaan Indonesia MDG Awards (IMA) 2012 untuk kategori tema Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit Menular Lainnya untuk kategori peserta organisasi pemuda/akademisi pada Maret 2013 lalu.

Meneliti adalah aktivitas yang tidak lepas darinya. Saat ini, dr. Bachti menargetkan akan menghasilkan teknologi  yang mendeteksi penyebab demam pada saat hari pertama dirawat. Selain itu, harapan dr. Bachti saat ini adalah ingin angka penyakit TB dan HIV / AIDS di Jawa Barat dapat turun, mengingat Jawa Barat menduduki peringkat sebagai provinsi tertinggi sebagai penderita TB  di Indonesia.

“Saya ingin Unpad dapat berkontribusi menurunkan angka TB di Jawa Barat,” pungkasnya.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh *

Share this: