Prof. Dr. Lovita Adriani, Ir., M.S., Peneliti Yoghurt: dari Menjaga Pencernaan Hingga Atasi Penuaan Dini

[unpad.ac.id, 9/01/2018] Yoghurt merupakan salah satu jenis minuman populer di dunia. Memiliki rasa asam yang khas, produk fermentasi susu ini baik dikonsumsi karena memiliki banyak manfaat untuk meningkatkan metabolisme tubuh.

Prof. Dr. Lovita Adriani, Ir., M.S. (Foto: Tedi Yusup)*

Di pasar  Indonesia, pada umumnya yoghurt  dibuat menggunakan dua jenis mikroba, yaitu  Streptococcus thermopilus dan Lactobacillus bulgaricus, yang manfaat utamanya untuk melancarkan pencernaan. Menariknya fungsi mengonsumsi yoghurt ini tidak hanya terbatas pada pencernaan. Yoghurt ternyata bisa berdampak baik pada fungsi kesehatan lainnya.

Bagi Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Lovita Adriani, Ir., M.S., selain menyehatkan, yoghurt memiliki manfaat untuk memperbaiki berbagai parameter biokimia darah serta berfungsi sebagai antibiotik alami. Hal ini yang membuat Prof. Lovita tertarik meneliti yoghurt selama hampir 20 tahun.

Menurut Prof. Lovita, yoghurt yang baik dan sehat akan diperoleh jika kandungan jenis bakteri baik dan keseimbangan formulasinya diperhatikan. Ia memperhatikan sebagian besar produk yoghurt yang beredar di pasaran Indonesia saat ini umumnya mengandung dua bakteri itu.

“Dua bakteri baik dalam yoghurt sebenarnya sudah menghasilkan manfaat yang cukup, tapi belum maksimal,” ujar Prof. Lovita saat ditemui Humas Unpad di kampus Fakultas Peternakan.

Guru Besar bidang Fisiologi Ternak yang juga sebagai pengajar biokimia  ini menjelaskan, sebetulnya tidak semua mikroba bersifat patogen (bakteri penyebab sakit). Namun, ada beberapa mikroba yang dapat menurunkan jumlah populasi bakteri patogen. Hasil penelitian beberapa kolaborator riset di negara lain menemukan dan menyimpulkan bahwa salah satu fungsi dari bakteri patogen tersebut yaitu dapat mencegah kanker usus, menurunkan gejala radang lambung (maag), meningkatkan imunitas, hingga memperbaiki metabolisme.

Berdasarkan fakta tersebut, ia mencoba menerapkan penggunaan bakteri nonpatogen sebagai kompetitor bakteri patogen dalam produk yoghurt temuannya. Salah satu  yang sudah diterapkan adalah dengan menambah bakteri Bifidobacterium dan Lactobacillus acidophillus serta mikroba lainnya dalam imbangan yang tepat.

Dengan demikian, yoghurt temuan Prof. Lovita memiliki kadar bakteri nonpatogen dengan jumlah melebihi ketentuan, yaitu lebih dari 109 /ML. Meningkatnya jumlah bakteri nonpatogen yang andal akan menurunkan jumlah bakteri patogen pada saluran cerna. Ini akan memperbaiki ekosistem saluran cerna yang pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan.

Sebagian peneliti menjelaskan bahwa yoghurt juga sebagai antibiotik alami. Guru besar kelahiran Pekalongan, 27 Juli 1954 ini pernah memanfaatkannya untuk mencegah radang tenggorokan pada anak-anak. Ia mencoba mengganti konsumsi susu pada beberapa anak dengan yoghurt. Hasilnya menunjukkan, anak yang rutin mengonsumsi yoghurt lebih terhindar dari peradangan pada saluran cerna.

Saat ini, Prof. Lovita bersama peneliti dari beberapa bidang ilmu lain di Unpad tengah mengembangkan produk yoghurt yang berfungsi anti penuaan dini (anti aging). Beberapa peneliti sebelumnya menjelaskan bahwa proses penuaan bisa ditunda dengan menggunakan beberapa cara. Salah satu cara yang aman dikonsumsi adalah yoghurt probiotik dengan imbangan jelas.

Pengembangan yoghurt ini memanfaatkan hasil fermentasi susu dengan campuran susu berasal dari kacang-kacangan. Kacang kaya akan fitoestrogen, atau suatu senyawa yang strukturnya mirip estrogen. Bagi wanita yang sudah mencapai menopause akan memiliki jumlah kandungan estrogen yang rendah, sehingga akan timbul berbagai macam penyakit, seperti osteoporosis hingga kerusakan sel yang terjadi di sitoplasma dan nukleus. Kandungan fitoestrogen ini diharapkan dapat mengganti kekurangan estrogen bagi wanita sehingga akan menjadi lebih bugar.

Kandungan lain pada kacang-kacangan yang penting dalam penelitian ini adalah isoflavon. Bakteri asam laktat  memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan daya cerna dari isoflavon. Peningkatan ini disebabkan adanya aktivitas enzim dalam mikroba  yang dapat menghidrolisis isoflavon menjadi senyawa aglycon yang  mudah diserap usus.

Sampai saat ini, penelitian tersebut berhasil memfermentasi isoflavon untuk menjadi aglycon. Dalam beberapa bulan ke depan, penelitian ini akan menampakkan keberhasilannya.

Tidak hanya untuk manusia, Prof. Lovita juga memanfaatkan yoghurt untuk menghasilkan daging ayam rendah lemak dan kolesterol. Ayam yang telah diberi yoghurt dengan sejumlah dosis tertentu ternyata mampu menurunkan kandungan kolesterol dan lemak dagingnya hingga 25%.

“Kalau dikonsumsi manusia, berarti kita telah menyediakan makanan sehat sehingga bisa dikonsumsi oleh sekelompok orang yang sensitif terhadap lemak dan kolesterol,” ujar Prof. Lovita.

Produk yoghurt “Lovita Unpad” buatan Prof. Lovita Adriani.*
Prof. Lovita juga sedang meneliti fungsi yoghurt untuk menghambat perkembangbiakan bakteri Salmonella  dalam  menangani penyakit tifus. Selain itu, ia juga tengah memproduksi yoghurt dalam bentuk kapsul sehingga berguna bagi orang-orang yang mempunyai saluran cerna yang sensitif. Yoghurt buatannya  juga sudah dimerekdagangkan oleh Unpad dengan merek “Lovita Unpad”.

Ketertarikan Prof. Lovita akan yoghurt berawal kala ia masih berstatus mahasiswa di Fapet Unpad pada tahun 1973. Rasanya yang dianggap aneh dan asam kala itu menjadi ketertarikan awal Prof. Lovita terhadap yoghurt.

Medio 1990-an, berdasarkan informasi bahwa Indonesia termasuk negara dengan jumlah penderita kanker usus terbanyak keempat di dunia, ia pun mulai meneliti tentang yoghurt. Saat menyelesaikan program Doktoralnya di Institut Teknologi Bandung, disertasi Prof. Lovita berhasil menghasilkan penurunan yang signifikan jumlah bakteri patogen pada usus besar.

Selain menghasilkan produk yoghurt mandiri, berbagai penelitiannya telah dipublikasikan dan disampaikan di berbagai seminar di tingkat nasional maupun internasional.

Dengan menjadi salah satu pelaku usaha di bidang yoghurt—selain tugas utama sebagai dosen, Prof. Lovita berharap produk yoghurtnya dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia dan menghindarkannya dari berbagai penyakit.*

Laporan oleh Arief Maulana

Share this: