Prof. Dr. Willyanti S. Syarief., drg., Sp Ped. KGA (K)., “Kondisi Gigi dan Mulut Ibu Hamil Pengaruhi Kesehatan Janin”

[Unpad.ac.id, 31/10/2016] Belum banyak orang yang menyadari bahwa memelihara gigi dan mulut anak perlu dilakukan sedini mungkin. Padahal, sangat penting menjaga kesehatan gigi dan mulut yang prima pada  masa anak, karena kesehatan gigi dan mulut pada masa anak merupakan cerminan dari kondisi kesehatan gigi dan mulut di masa depannya.

Prof.  Dr. Willyanti Soewondo Syarief., drg., Sp Ped. KGA (K). (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Prof. Dr. Willyanti Soewondo Syarief., drg., Sp Ped. KGA (K). (Foto oleh: Tedi Yusup)*

“Kesehatan gigi dan mulut anak yang baik, itu cerminan yang akan datang,” ujar Guru Besar Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Padjadjaran Prof.  Dr. Willyanti Soewondo Syarief., drg., Sp Ped. KGA (K).

Menurut Prof. Willy, upaya untuk mendapatkan kesehatan gigi dan mulut anak yang baik bahkan sudah harus dilakukan sejak anak belum lahir, yakni pada saat perencanaan kehamilan dan masa kehamilan. Sebaiknya ibu sebelum hamil dan saat hamil pun rajin ke dokter gigi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

Prof. Willy menjelaskan, kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil akan berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut anak yang akan dilahirkannya. Jika gigi dan mulut ibu tidak sehat, misal memiliki radang gusi atau gigi busuk, kuman dari si ibu dapat masuk ke janin melalui plasenta. Hal ini tentu dapat berpengaruh pada kondisi janin, sehingga janin dapat lahir dengan prematur atau  dengan berat badan lahir rendah. Kedepannya, kondisi berat badan lahir rendah atau lahir prematur pun dapat  berisiko pada pertumbuhan gigi anak yang tidak baik, seperti kurangnya kalsifikasi sehingga mudah keropos, dan hipoplasia (kelainan struktur gigi).

“Jadi ibu hamil itu harus dijaga kesehatanya supaya jangan melahirkan bayi prematur atau bayi dengan berat badan lahir rendah. Supaya gigi (anak) pun nantinya bagus,” ujar Prof. Willy yang kini juga menjabat sebagai Kepala Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKG Unpad.

Selain itu, jika ibu memiliki banyak karies, apalagi memiliki banyak gigi yang busuk, kuman pun akan berpindah pada bayi yang baru lahir.  Prof. Willy pun berpendapat bahwa seorang ibu yang sudah memiliki kebiasaan baik menjaga kesehatan gigi dan mulutnya  biasanya akan menurunkan kebiasaan pada anak, begitu juga sebaliknya.

“Ibu yang berisiko tinggi terhadap karies, akan berpengaruh pada kondisi gigi anak juga akan mengalami resiko juga yang tinggi. Karena biasanya ada transfer dari kuman, dan juga faktor kebiasaan,” ujar Prof. Willy.

Jika anak lahir dengan berat badan lahir rendah atau prematur, Prof. Willy pun menyarankan agar anak tersebut segera di bawa ke dokter gigi ketika sudah tumbuh gigi pertama. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi resiko karies gigi.

Untuk terhindar dari berbagai resiko penyakit gigi dan mulut,  seorang ibu atau calon ibu tentu  harus pintar dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Mulai kehamilan trimester kedua, Prof. Willy pun menyarankan ibu hamil untuk mengonsumsi multivitamin yang mengandung fluor. “Supaya gigi anaknya itu tahan terhadap karies,” ungkapnya.

prof-wiliyanti-fkg-2-tediAnak yang baru lahir pun dapat langsung bisa diprediksi mengenai potensi karies atau kelainan struktur gigi. Hal ini dapat terlihat diantaranya dari berat badan lahir bayi, dan apakah terdapat malnutrisi pada saat kehamilan atau tidak. Selain itu, ibu hamil yang sering mengalami demam tinggi pun dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi anak. Faktor lain, yaitu mengenai pendapatan orang tua  dibawah UMR.

“Dilihat dari empat faktor walaupun giginya belum tumbuh. Berapa berat badan lahirnya, bagaimana ibunya waktu hamil, kemudian bagaimana tipe berat badan lahir rendah itu disertai gangguan nutrisi waktu hamil atau tidak, dibawah UMR atau tidak (pendapatannya). Kita sudah ada skor sendiri untuk menentukan bahwa probabilitasnya berapa persen untuk giginya bagus, berapa persen untuk giginya jelek ,” ungkap Prof. Willy.

Setelah anak lahir, meski tidak memiliki risiko tinggi karies, bukan berarti perhatian terhadap kesehatan gigi anak menjadi hal yang tidak penting lagi. Untuk itu, perlu dihindari beberapa kebiasaan buruk yang dapat berpotensi karies maupun kelainan struktur gigi, seperti minum susu dari botol dalam jangka waktu yang lama, terutama dengan  posisi tidur sampai tertidur dan tidak dilakukan pembersihan. Adapun kebiasaan buruk lain yang mengakibatkan kelainan perkembangan  wajah dan rahang yaitu kebiasaan menghisap jari pada anak usia diatas 4 tahun, bernafas melalui mulut, dan menggigit kuku.

Prof. Willy mengatakan bahwa setelah minum susu, termasuk ASI, sebaiknya mulut anak dibersihkan. Jika belum tumbuh gigi, yang dibersihkan adalah gusi  dengan menggunakan kain kassa atau cotton bud dan air hangat. Sementara jika anak sudah tumbuh gigi, gigi dapat langsung dibersihkan menggunakan cotton bud atau sikat gigi bayi.

“Jadi intervensi ke mulut tuh jangan menunggu giginya banyak. Baiknya dari sebelum ada giginya,” ujar perempuan kelahiran Bandung, 18 Desember 1954 ini.

Prof. Willy pun menyayangkan masih banyak orang tua yang menganggap sepele adanya karies pada gigi anak. Padahal, karies bisa membahayakan. Jika karies tidak segera diberi tindakan pengobatan, penyakit dapat sampai ke jaringan syaraf, hingga jaringan di bawahnya. Anak pun dapat mengalami sakit gigi, gusi bengkak, atau penyakit gigi dan mulut lain. Jika sudah sakit, maka anak dapat mengalami kesulitan makan, bicara, tidur, hingga dapat menurunkan kualitas hidup si anak. Selain itu, anak pun dapat mengalami resiko gigi sulung tanggal sebelum waktunya, sehingga dapat mempengaruhi struktur pada gigi tetapnya.

“Jika gigi-giginya sudah bolong dan mati, dan tidak ditindaklanjuti, itu bisa jadi fokus infeksi. Jadi fokal infeksi untuk penyakit lain, misalnya bisa radang otak, bisa radang jantung, bisa juga ke ginjal, kulit, semuanya,” tambahnya.

Gigi sulung pun memiliki potensi karies gigi lebih tinggi dibandingkan gigi tetap, karena gigi sulung memiliki jaringan yang lebih tipis dan tidak sekuat gigi tetap. Dengan demikian, Prof. Willy pun menekankan agar orang tua tidak menganggap remeh jika terjadi karies pada gigi sulung anak.

“Gigi sulung itu tidak boleh dianggap remeh, karena itu panduan untuk gigi tetapnya nanti,” tegasnya.*

Laporan oleh: Artanti Hendriyana / eh

Share this: