Dosen dan Mahasiswa Ilmu Kelautan Unpad Lakukan Aksi Bersih Pantai Tiga Pulau di Indramayu

Dosen dan mahasiswa Ilmu Kelautan Unpad usai melaksanakan aksi bersih pantai tiga pulau di Indramayu *

[Unpad.ac.id, 5/12/2013] Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di Pulau Bonpies, Indramayu. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, pada Kamis-Minggu (21-24/11) yang baru lalu. Kali ini ada 9 kegiatan penelitian dan 2 kegiatan pengabdian yang yang dilakukan para dosen dan mahasiswa Ilmu Kelautan yang tergabung dalam Komunitas Instrumentasi dan Survei Kelautan (Komitmen).

Dosen dan mahasiswa Ilmu Kelautan Unpad usai melaksanakan aksi bersih pantai tiga  pulau di Indramayu *
Dosen dan mahasiswa Ilmu Kelautan Unpad usai melaksanakan aksi bersih pantai tiga pulau di Indramayu *

Adapun dosen Ilmu Kelautan yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Dra. Skalalies Diana, Msi. (biota), Lintang Permata Sari Yuliandi, S.Kom., M.Si. (sedimen), Ankiq Taofiqurohman, ST (pemetaan), Noir P. Purba S.Pi., M.Si (oseanografi), Syawaludin Ali Syahbana H, S.Pi., M.Si (karang), Donny Juliandri Prihadi, S.Pi., MSc. (vegetasi pantai).

Dalam rilisnya disebutkan bahwa sejak tahun 2007, mahasiswa Ilmu Kelautan menjadikan Pulau Bonpies atau yang lebih dikenal Pulau Biawak atau Pulau Rakit ini sebagai basis praktikum. Selain Pulau Bonpies, ada tiga pulau di sekitarnya yaitu Pulau Biawak, Gosong dan Pulau Cendekia yang juga dijadikan tempat penelitian. Namun, sejak tahun 2011, tidak sekedar penelitian yang dilakukan disana, tetapi juga kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kali ini, penelitian yang dilakukan merupakan inventarisasi lanjutan di Pulau Cendekia dan Pulau Gosong untuk melengkapi data inventaris sebelumnya.

Sementara itu, untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat, yang dilakukan oleh para dosen dan mahasiswa Ilmu Kelautan FPIK Unpad adalah dengan melakukan aksi bersih pantai. Di pantai pulau-pulau tersebut banyak sekali sampah dari jaring nelayan yang terbawa arus laut hingga ke daerah mangrove (hutan bakau). Jenis sampah yang terdapat di Pulau Biawak antara lain, stereofoam, tali tambang, jaring nelayan, spon, botol minuman dan plastik.

“Hampir semua sampah ini sangat susah untuk diuraikan di laut, yakni sekira 80-100 tahun. Sampah-sampah ini terdapat di akar mangrove sehingga mengganggu pertumbuhan dan dari segi estetika sangat mengganggu,” ujar Noir P. Purba.

Untuk itu diharapkan dengan adanya kegiatan ini, masyarakat nelayan lebih sadar akan bahaya membuang sampah di laut. Selain itu, kegiatan pengabdian lainnya adalah dengan penanaman bibit mangrove di pulau Pulau Gosong dan Pulau Cendekia. Kedua pulau ini memiliki hutan mangrove yang sangat sedikit sehingga diperlukan penanaman kembali. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Indramayu dan diharapkan dapat berlanjut di tahun-tahun berikutnya.

Rilis oleh: Program Studi Ilmu Kelautan FPIK Unpad/mar

Share this: