FIB Unpad dan Kedubes AS Pentaskan Karya Maya Angelou

Wawan S. Husin, seniman senior Bandung, menyampaikan penghargaan kepada mendiang Maya Angelou *

[Unpad.ac.id, 24/06/2014] Pada 28 Mei 2014 lalu dunia kesusastraan kehilangan seorang sosok mengagumkan, yaitu Maya Angelou yang merupakan seorang penyair, penulis esai, guru besar, penari, penulis skenario, sutradara, dan aktivis hak sipil. Untuk mengenang pentingnya sosok Angelou bagi kemanusiaan umumnya dan dunia kesusastraan khususnya, Departemen Susastra dan Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran pada Sabtu 21 Juni 2014 lalu menyelenggarakan acara “In Memory of Maya Angelou, with Hopes for All Caged Birds: Panggung Kemanusiaan” di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang, Jatinangor.

Wawan S. Husin, seniman senior Bandung, menyampaikan penghargaan kepada mendiang Maya Angelou *
Wawan S. Husin, seniman senior Bandung, menyampaikan penghargaan kepada mendiang Maya Angelou. (Foto: Raden Muhammad Suryokusumo)

Karya-karya Angelou lazim menjadi bahan pendidikan dalam penciptaan masyarakat madani yang berdasar pada kesetaraan dan kebebasan individu sebagaimana yang tampak dalam karya-karya ternamanya seperti I Know Why Caged Birds Sing (1969) dan A Song Flung Up to Heaven (2002).

Acara tersebut dibuka oleh Wakil Dekan I FIB Unpad, Dr. Mumuh Muhsin Zakaria, M.Hum., yang pada kesempatan itu menyatakan bahwa perjuangan Maya Angelou bukan saja relevan bagi “rasnya saja, kaumnya saja, melainkan perjuangan yang bersifat universal, melampaui batas-batas etnisitas dan nasionalitas”.

Pada acara tersebut juga hadir Wakil Konsul di Kedutaan Besar Amerika Serikat, Monica S. Ewing, yang membacakan dua sajak karya Angelou. Keterlibatan Kedubes AS dalam acara tersebut merupakan kelanjutan dari kerja sama sebelumnya ketika pada November 2013 lalu Departemen Susastra menjadi tuan rumah bagi acara yang diselenggarakan bersama Kedubes AS dan Institut Perempuan, yaitu “Dialog Sehari untuk Penghapusan Kekerasan Berbasis Gender.” Monica Ewing menyatakan amat bersyukur dapat berperan serta mengatakan: “It was a smart, meaningful event. The creativity was wonderful!

Panggung di acara tersebut juga menerima kehormatan penampilan dari Guru Besar Emeritus Dudih A. Zuhud, yang membacakan empat buah sajak karangannya sendiri, lalu seniman Rinrin Candraresmi yang membawakan sajak “Manifesto” karya Toeti Heraty dan “Sumpah Drupadi” karya Anunsiata, Kerensa Johnston (Teater Darahrouge) yang mementaskan drama pendek “The Red Room”, Wanggi Hoediyatno (penggiat pantomim dan aktivis HAM), dan seniman senior serba-bisa Wawan S. Husin, serta berbagai penampilan lain oleh dosen, mahasiswa, dan alumni FIB Unpad.

Kepala Departemen Susastra dan Kajian Budaya, Aquarini Priyatna, dalam sambutannya mengatakan, acara ini merupakan bagian dari upaya pengalakkan dan penggalangan partisipasi seluruh sivitas akademika dan masyarakat umum dalam kampanye yang menyerukan dan mengusahakan Zero Tolerance for Violence, hak untuk bebas dari rasa takut, dan hak warga sipil atas ruang publik.

Acara ini dapat terselenggara berkat dukungan pimpinan Universitas Padjadjaran, khususnya Fakultas Ilmu Budaya; Pusat Studi Wanita, Seni, dan Budaya Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kedubes AS di Jakarta,dan segenap komunitas seniman di Bandung. Informasi lebih lanjut tentang acara dapat diperoleh dengan menghubungi nomor 087822118131 atau adipurwawidjana@unpad.ac.id.*

Rilis oleh Departemen Susastra dan Kajian Budaya FIB Unpad / eh *

Share this: