(Foto oleh Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 19/12/2014] Cedera bantalan sendi lutut (meniscus) biasanya terjadi bila ada gerakan tiba-tiba dari sendi lutut dengan meniscus yang terjepit. Kerusakan meniscus secara fisik terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan atau tidak normal pada sendi yang diteruskan pada meniscus melebihi kemampuan yang dapat ditahannya.

(Foto oleh Tedi Yusup)*
Prof. Dr. Fachry Ambia Tandjung, dr., SpB., SpBO (K)., M.Phil (Orth), FICS (Foto oleh Tedi Yusup)*

“Tujuan pengelolaan cedera meniscus adalah mendapatkan fungsi yang maksimal yang bila memungkinkan fungsi yang sama dengan fungsi sebelum cedera. Karena meniscus berada dalam rongga sendi, tentu saja fungsi sendi lutut menjadi tujuan utama sebagai organ locomotor sistem manusia,” tutur Guru Besar Ilmu Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Unpad, Prof. Dr. Fachry Ambia Tandjung, dr., SpB., SpBO (K)., M. Phil (Orth)., FICS. Saat membacakan pidato purnabaktinya yang berjudul “Tekhnik Fachry sebagai Salah Satu Cara Memperbaiki Cedera Meniscus”. Acara di gelar di Auditorium Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Jln. Eijkman 38 Bandung, Rabu (17/12).

Saat ini tindakan memperbaiki meniscus yang rusak untuk mendapatkan fungsi yang maksimal sudah banyak dilakukan oleh ahli bedah ortopedi. Memperbaiki robekan meniscus dapat dilakukan secara terbuka (konvensional) atau secara arthroscopy. Teknik memperbaiki robekan meniscus sendiri dapat dibagi atas teknik outside­in, all inside, dan inside out.

“Semua teknik tersebut memerlukan tambahan peralatan yang cukup mahal yang hanya bisa dipakai sekali saja. Kami mencoba suatu teknik yang menggunakan alat yang sangat sederhana, yaitu dengan memakai dua buah jarum saja,” ujar pria kelahiran 17 Desember 1944 ini.

Prof. Fachry menyebut teknik tersebut dengan Teknik Fachry. Salah satu jarum dimasukkan sejajar dengan permukaan tibial plateu yang didalamnya telah dimasukkan benang untuk menjahit meniscus. Jarum kedua dimasukkan juga sejajar dengan permukaan tibial plateu, akan tetapi ditempatkan berseberangan dengan jarum pertama dengan luka cedera di antaranya.

“Jarum kedua berisi benang yang akan digunakan sebagai lasso yang akan menarik benang yang berada di jarum pertama. Penempatan kedua harus sangat penting harus sedemikian rupa,” jelas pria yang kini menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Dewasa dan Rekonstruksi Dept. Ortopedi dan Traumatolofi FK Unpad/RS Hasan Sadikin Bandung.

Prof. Fachry mengungkapkan bahwa dalam waktu 19 tahun (1993-2012), telah dilakukan penanganan pada 257 kasus di tiga rumah sakit di Bandung. Penyebab utama cedera ini adalah cedera olah raga.

Tiga bulan setelah operasi, lutut pasien membaik secara signifikan dan dalam jangka waktu enam bulan hampir semua pasien mendapatkan fungsi lutut yang normal.*

Laporan oleh: Artanti Hendriyana / eh

Share this: