Lima Mahasiswa Sastra Jepang Unpad Ikuti Program Jenesys 2.0 di Shizuoka Jepang

Kelima mahasiswa Sastra Jepang Unpad yang mengikuti program Jenesys 2.0 di Jepang pada 12-20 Januari 2015 *

[Unpad.ac.id, 28/01/2015] Banyak pengalaman menarik yang didapat lima mahasiswa ini selama mengikuti Jenesys 2.0 di Shizuoka Jepang. Diantaranya adalah mengenai budaya tradisional, teknologi modern, tingkah laku masyarakat, dan berbagai nilai positif lain yang bisa diambil dari masyarakat Jepang.

Kelima mahasiswa Sastra Jepang Unpad yang mengikuti program Jenesys 2.0 di Jepang pada 12-20 Januari 2015 *
Kelima mahasiswa Sastra Jepang Unpad yang mengikuti program Jenesys 2.0 di Shizuoka Jepang pada 12-20 Januari 2015 *

Kelima mahasiswa tersebut adalah Ahmad Tauiq Hidayatulloh, Livia Sonia Elvaretta, Mellati Riandi Putri, Desi Damayanti, dan Siti Senida Wiyati. Mereka merupakan mahasiswa Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad angkatan 2011 yang berhasil lolos seleksi untuk mengikuti Jenesys 2.0 Batch 12 pada 12 hingga 20 Januari 2015 lalu. Kali ini, Jenesys 2.0 mengangkat tema “Japanese Language Program”.

Program tersebut diikuti oleh 96 mahasiswa Sastra Jepang se-Indonesia, yang kemudian dibagi dalam 4 kelompok. Delegasi Unpad tergabung dalam kelompok D (Shizuoka), terdiri dari 24 mahasiswa dan 1 supervisor dari Dikti.

“Apapun yang sudah kita dapat di sana, kita harap kita bisa share sama teman-teman sekalian . Bukannya terlalu cinta dengan budaya lain daripada budaya sendiri, tapi ternyata ada banyak hal yang bisa kita petik setelah kita ke Jepang yang untuk bisa diterapkan ke Indonesia,” ungkap Desi saat ditemui bersama rekan-rekannya di Ruang UPT Humas Unpad, Gedung Rektorat Lantai 1, kampus Jatinangor, Rabu (28/01).

Desi sendiri terkesan dengan kesungguhan hati masyarakat Jepang dalam membantu dan menyenangkan hati orang lain. Selain itu, lalu lintas disana pun teratur dan bebas macet meski hampir setiap rumah memiliki mobil lebih dari satu.

IF
Mahasiswa Unpad bersama dengan peserta program Jenesys 2.0 lainnya *

Hal senada juga dikatakan Taufiq dan rekannya yang lain. Mereka sangat terkesan dengan kehidupan masyarakat di Jepang, antara lain kedisiplinan, ketertiban, tata krama, dan keramahan masyarakatnya. Meski sudah maju dengan teknologi, masyarakat Jepang juga terlihat masih menghargai budaya tradisional dan mencintai alamnya.

“Jadi program di sana adalah agar mahasiswa yang di luar Jepang dapat mengetahui kebudayaan Jepang, dan orang-orang Jepang pun tahu kebudayaan di luar Jepang itu seperti apa. Jadi kita saling bertukar informasi tentang masing-masing kebudayaan,” ujar Livia.

Kegiatan yang mereka lakukan di sana antara lain mengunjungi Gedung Pemerintah Metropolitan Tokyo, Kuil di Asakusa (Senso-ji), Tokoha University, Chibi-maruko chan Land, pusat pencegahan bencana gempa bumi, pusat industri lokal, SK Shizuoka Shinbun dan Shizuoka Boradcasting System (SBS), dan melakukan homestay di rumah warga selama tiga hari. Untuk mengenalkan budaya Indonesia, mereka pun menyuguhkan lagu tradisional, memakai pakaian tradisional kebaya, dan mempresentasikan seni bela diri pencak silat.

Sekembalinya mereka dari program tersebut, para peserta pun akan disurvei untuk mengukur efektivitas program. Para peserta juga diminta untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman yang didapat selama mengikuti Jenesys untuk disebarkan pada keluarga dan teman. Untuk itulah kelimanya sepakat, selain akan mengaplikasikan nilai positif tersebut, mereka juga akan membuat blog untuk menyosialisasikan terkait Jenesys dan budaya Jepang pada umumnya.*

Laporan oleh: Artanti Hendriyana / eh

Share this: