Tim Forensik Gigi FKG Unpad Turut Berpartisipasi dalam Identifikasi Korban Air Asia QZ8501

Fahmi Oscandar, drg., MKes., (kedua dari kiri) bersama tim DVI Nasional yang membantu identifikasi korban kecelakaan Pesawat Air Asia di RS Bhayangkara Surabaya *

[Unpad.ac.id, 10/01/2014] Fahmi Oscandar, drg., M.Kes., ahli Forensik Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Unpad bersama 6 tim Disaster Victim Identification (DVI) FKG Unpad ikut serta berpartisipasi dalam proses identifikasi jenazah korban Pesawat Air Asia QZ8501 di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya.

Fahmi Oscandar, drg., MKes., (kedua dari kiri) bersama tim DVI Nasional yang membantu identifikasi korban kecelakaan Pesawat Air Asia di RS Bhayangkara Surabaya *
Fahmi Oscandar, drg., MKes., (kedua dari kiri) bersama tim DVI Nasional yang membantu identifikasi korban kecelakaan Pesawat Air Asia di RS Bhayangkara Surabaya *

Tim yang menjadi bagian dari tim DVI Nasional ini bertugas mengidentifikasi jenazah melalui forensic kedokteran gigi yang mencakup Forensik Odontologis dan Radiologi Forensik Kedokteran Gigi. Sebanyak 8 jenazahberhasil diidentifikasi oleh Fahmi. Jenazah tersebut merupakan korban pertama yang ditemukan di kawasan Selat Karimata.

“Identifikasi jenazah melalui forensik gigi bisa lebih cepat. Dari beberapa jenazah yang hancur, giginya masih bisa diidentifikasi,” ujar Fahmi saat ditemui di Bagian Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG Unpad, Jalan Sekeloa Selatan No. I Bandung, Jumat (9/01).

Fahmi adalah ahli pertama dari FKG Unpad yang diberangkatkan ke Surabaya. Selama 4 hari dari tanggal 1 hingga 4 Januari lalu, ia mengidentifikasi jenazah berdasarkan keahliannya di bidang Forensik Odontologis. Identifikasi ini dibantu oleh 2 tenaga medis dari Universitas Hang Tuah dan Trisakti. Keduanya merupakan alumni dari Program Spesialis Radiologi FKG Unpad.

Cara identifikasi yang dilakukan yaitu memeriksa klinis kondisi gigi secara langsung. Seluruh gigi jenazah diperiksa satu persatu lalu didata. Data ini kemudian dipindahkan ke odontogram (catatan medis tentang kondisi gigi).

Proses selanjutnya dilakukan foto rontgen terhadap gigi jenazah. Hasil rontgen dan odontogram tersebut kemudian disimpan dan disesuaikan dengan data jenazah. Setelah semua proses selesai, barulah Fahmi membandingkan data odontogram jenazah dengan data odontogram sebelum kematian dari dokter gigi yang sempat dikunjungi korban ketika masih hidup.

“Semua korban memiliki catatan medis dari dokter giginya. Hal ini memudahkan proses identifikasi. Jika tidak ada data, identifikasi tidak bias dilakukan,” paparnya.

Adapun metode lain yang dilakukan adalah menggunakan teknik superimpose, yaitu membandingkan gigi yang terlihat dari foto korban sewaktu hidup. Foto tersebut kemudian ditimpa dengan foto gigi korban yang sudah meninggal melalui aplikasi tertentu. Jika besarannya cocok, maka jenazah dapat positif diidentifikasi.

Data identifikasi ini sudah diserahkan kepada tim DVI Nasional, Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) dan Basarnas untuk kemudian diwartakan kepada kerabat korban dan masyarakat.

Sebenarnya, ada 3 proses identifikasi primer, yaitu identifikasi gigi, sturktur DNA, dan sidik jari. Namun, identifikasi melalui gigi dapat dikatakan lebih efektif. Fahmi menerangkan, semakin lama ditemukan, kondisi jenazah akan semakin membusuk dan beberapa bagian tubuh akan hancur.

Salah satu organ yang masih bias dikenali adalah gigi. Menurut Fahmi, gigi adalah organ yang memiliki karakteristik unik. Gigi tahan terhadap suhu tinggi, sehingga kuat dalam proses pembakaran maupun perendaman saat jasad tenggelam di laut.

Lebih lanjut Koordinator Ilmu Kedokteran Gigi Forensik FKG Unpad ini menerangkan, hamper semua jenazah memiliki kondisi badan yang hancur akibat hentakan yang kuat terhadap permukaan air laut saat pesawat jatuh dalam kondisi vertikal. Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh lamanya jenazah berada di dalam laut.

Sampai saat ini ada 48 jenazah yang ditemukandari kecelakaan pesawat yang hilang pada Minggu (28/12/2014) tersebut. Untuk itu, Tim FKG Unpad akan kembali mengirim 2 Dokter Gigi Konsulen Forensik Radiologi Kedokteran Gigi dan 4 tenaga Residen Spesialis Radiologi Kedokteran Gigi. Rencananya, tim akan berangkat pada Senin minggu depan.

Sebelumnya, tim DVI FKG Unpad juga dilibatkan dalam proses identifikasi jenazah kecelakaan Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Bogor pada 2012 lalu, identifikasi korban imigran gelap yang tewas tenggelam di perairan Cianjur Selatan, serta identifikasi korban pembunuhan di Bintaro, Jakarta Selatan.

Selain itu, tim DVI FKG Unpad juga membantu melakukan forensik antropologi dental, yakni mengidentifikasi gigi manusia purba di Gua Pawon. “Kita patut berbangga, Ilmu Forensik Gigi FKG Unpad merupakan pertama di Indonesia, dan selalu menjadi rujukan,” tandasnya.

Fahmi pun mengapresiasi kesigapan FKG Unpad yang dimotori oleh Dr. Nina Djustiana, drg.,M.Kes., selaku Dekan. “Semoga tenaga dari FKG Unpad ini dapat berguna bagi masyarakat. Kita dari Unpad harus dapat membantu apapun juga,” ujar Fahmi.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

 

Share this: