Prof. Edy Sunardi, “Ahli Geologi Harus Padukan Sains dan Aplikasi Secara Proporsional”

Prof. Edy Sunardi saat membacakan orasi ilmiah (Foto oleh: Dadan T.)

[Unpad.ac.id, 27/11/2015] Pendidikan untuk membentuk ahli geologi profesional di masa depan harus memadukan sains dan aplikasi secara proporsional. Hal ini didasarkan pada pola perubahan drastis dari ilmu geologi dalam hal subjek maupun pola riset.

Prof. Edy Sunardi saat membacakan orasi ilmiah (Foto oleh: Dadan T.)
Prof. Dr. Ir. Edy Sunardi, MSc., saat membacakan orasi ilmiah penerimaan jabatan Guru Besar Ilmu Geologi di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Bandung, Jumat (27/11). (Foto oleh: Dadan T.)

“Pekerjaan ilmuwan memang menyenangkan dan menarik, tetapi di lain pihak para ahli geologi dituntut untuk berpikir ke arah aplikasi dan upaya mempertahankan kelangsungan hidup umat manusia,” demikian disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Unpad Prof. Dr. Ir. Edy Sunardi, M.Sc., saat membacakan orasi ilmiah jabatan guru besar Ilmu Geologi di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Jumat (27/11) .

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Edy membacakan orasi ilmiah berjudul “Peran Penelitian Paleomagnetisme-Magnetostratigrafi untuk Pemahaman Geologi di Indonesia”. Orasi ilmiah ini dihadiri oleh Rektor Unpad Prof. Tri Hanggono Achmad,  guru besar, anggota Senat Akademik Unpad, serta tamu undangan.

Dalam orasinya Prof. Edy mengatakan, pengetahuan dasar tentang geologi perlu tetap mendapat perhatian, terutama salah satunya terkait cara penggolongan stratifikasi batuan. Mengingat sampai saat ini di Indonesia masih belum tegas, baik pemisahan ataupun penggunaan, antara satuan stratigrafi hasil pengamatan dengan hasil intepretasi.

Lebih lanjut Prof. Edy menjelaskan, penggolongan ini secara sistematik berdasarkan interval waktu geologi merupakan suatu klasifikasi kronostratigrafis. Salah satu satuan klasifikasi tersebut yaitu satuan kronostratigrafi polaritas magnet (paleomagnetisme-magnetostratigrafi). “Satuan ini merupakan satuan waktu geologi yang didasarkan atas medan magnet remanen pada batuan,” kata Prof. Edy.

Penelitian paleomagnetisme-magnetostratigrafi selama 40 tahun memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan ilmu kebumian. Penelitian ini yang digunakan Prof. Edy dan tim untuk mengkaji batuan vulkanik berumur Plio-Pleiosen di sekitar cekungan Bandung. Menurutnya, wilayah Bandung dipandang sebagai suatu laboratorium yang khas.

“Penelitian ilmu kebumian dengan berbagai pendekatan yang melibatkan Geologi Kuarter, Paleomagnetisme, Geokronologi, Geokimia, Petrologi, Palinologi, dan Volkanologi dapat berkontribusi bagi pemahaman kronostratigrafi Kuarter Cekungan Bandung,” paparnya.

Guru besar yang lahir di Bandung, 4 Oktober 1960 ini menilai penelitian paleomagnetism penting dilakukan terutama dalam kaitannya dengan eksplorasi sumber daya energi, perubahan iklim secara global, lingkungan, navigasi, serta komunikasi yang diakibatkan oleh terdapatnya pembalikan polaritas kutub magnet.

Di akhir orasinya, Prof. Edy menyimpulkan para ahli geologi di masa depan perlu memahami ilmu dasar dan sains Geologi. Ilmu dasar harus tetap menjadikan tulang punggung dalam pengembangan geologi untuk jangka yang lebih panjang.

Prof. Edy Sunardy dilantik menjadi guru besar pada 9 Juli 2015 oleh Rektor Unpad Prof. Tri Hanggono Achmad. Saat ini Prof. Edy menjabat sebagai ketua Tim Perencanaan Taman Sains dan Teknologi Unpad.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: