Archandra Tahar, “Minyak Bumi Belum Habis Tapi Teknologi Belum Mampu Mengambil yang Tersisa”

Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Archandra Tahar, M.Sc., PhD, saat memberikan kuliah umum untuk mahasiswa Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, di Auditorium Pascasarjana Fikom Unpad kampus Jatinangor, Kamis (15/08). (Foto oleh: Dadan T.)*

[Unpad.ac.id, 15/09/2016] Lapangan cadangan minyak bumi di dunia yang ada saat ini hampir dipastikan mengalami penyusutan cadangan. Jika menengok data sejak 1930, dimana lapangan besar minyak bumi mulai diekploitasi di jazirah Arab, hingga saat ini diprediksi hampir tidak ada lagi lapangan cadangan besar yang secara geologi mudah dilakukan eksploitasi.

Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Archandra Tahar, M.Sc., PhD, saat memberikan kuliah umum untuk mahasiswa Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, di Auditorium Pascasarjana Fikom Unpad kampus Jatinangor, Kamis (15/08). (Foto oleh: Dadan T.)*
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Archandra Tahar, M.Sc., PhD, saat memberikan kuliah umum untuk mahasiswa Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, di Auditorium Pascasarjana Fikom Unpad kampus Jatinangor, Kamis (15/08). (Foto oleh: Dadan T.)*

Demikian dikatakan Ahli Ocean Engineering yang juga Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Archandra Tahar, M.Sc., PhD, saat memberikan kuliah umum untuk mahasiswa Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, di Auditorium Pascasarjana Fikom Unpad kampus Jatinangor, Kamis (15/08). Selain Archandra, kuliah umum ini juga diisi oleh pemaparan terkait potensi minyak bumi di Indonesia oleh Guru Besar FTG Unpad, Prof. Dr. Ir. Edy Sunardi, M.Sc.

Archandra mengatakan, teroka atau rintisan untuk mencari sumber cadangan yang mudah dieksploitasi secara geologi sangat sulit dilakukan. Wilayah yang masih mengandung cadangan minyak bumi saat ini berada di kedalaman laut lepas, tapi sulit dilakukan. Ekploitasi yang mungkin dilakukan adalah pengelolaan kembali lapangan tua dan marginal.

“Jangan pernah bilang minyak bumi di dunia ini telah habis. Yang ada adalah teknologi belum mampu mengambil apa yang tersisa,” ujar Archandra.

Lebih lanjut lulusan program Doktor Ocean Engineering Texas A&M University ini mengatakan, saat ini ada beberapa teknologi terbarukan yang bisa diaplikasikan untuk eksploitasi offshore (laut lepas). Ekploitasi offshore biasanya menggunakan teknologi umum fixed platform. Namun, instalasi fixed platform memiliki keterbatasan daya jangkau di kedalaman maksimal 1.700 kaki (sekitar 570 meter).

Pengembangan  fixed platform ini ialah ditemukannya teknologi TLP pada 1974 yang menjangkau hingga lebih dari 2000 kaki. Namun, kata Archandra, teknologi ini memiliki kelemahan, yaitu rentan tenggelam apabila salah satu beton penyangga mengalami patah.

Dari teknologi ini, eksplorasi yang dilakukan semakin dalam. Selanjutnya ialah diciptakannya teknologi spar yang merupakan pengembangan dari teknologi TLP. “Teknologi spar ini seperti botol minuman yang dilempar di lautan. Selama botol tersebut tidak bocor, dia tidak akan tenggelam. Sayangnya teknologi ini juga memiliki kelemahan,” kata Archandra.

Sebagai seorang ahli di bidang eksploitasi minyak bumi, Archandra telah menemukan teknologi eklsploitasi offshore Multi Colomn TLP (MCT). Menurut Archandra, MCT gabungan dari teknologi spar dengan TLP.

Kelebihan dari dua teknologi tersebut, lanjut Archandra, teknologi spar memiliki kelebihan mudah dikonstruksi, dan tidak mudah tenggelam. Teknologi ini juga bisa diaplikasikan di laut dangkal maupun laut dalam.

“Inilah teknologi yang kira-kira mampu men-develop lapangan-lapangan marginal,” kata Archandra.

Selain teknologi MCT, Archandra setidaknya telah menghasilkan dua paten lainnya, diantaranya: paten terkait pengembangan teknologi floating platform, dan pengembangan standar hidrodinamika untuk industri.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: