Philips J. Vermonte, “Survei Dapat Mereduksi Berbagai Faktor yang Sifatnya Subjektif dan Emosional”

Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Ketua Perhimpunan Survei Opini Publik (Persepi) Philips J. Vermonte, Ph.D dalam Kuliah Umum “Peran Lembaga Survei dalam Pendidikan Politik dan Demokrasi di Indonesia” di Bale Rumawat, Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Senin (13/03) (Foto oleh : Artanti Hendriyana)

 

[Unpad.ac.id, 14/03/2017] Survei politik dapat memiliki peranan dalam perkembangan Ilmu Politik. Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Ketua Perhimpunan Survei Opini Publik (Persepi) Philips J. Vermonte, Ph.D dalam Kuliah Umum “Peran Lembaga Survei dalam Pendidikan Politik dan Demokrasi di Indonesia” yang digelar Departemen Ilmu Politik FISIP Unpad, di Bale Rumawat, Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Senin (13/03).

Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Ketua Perhimpunan Survei Opini Publik (Persepi) Philips J. Vermonte, Ph.D dalam Kuliah Umum “Peran Lembaga Survei dalam Pendidikan Politik dan Demokrasi di Indonesia” di Bale Rumawat, Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Senin (13/03) (Foto oleh : Artanti Hendriyana)
Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Ketua Perhimpunan Survei Opini Publik (Persepi) Philips J. Vermonte, Ph.D dalam Kuliah Umum “Peran Lembaga Survei dalam Pendidikan Politik dan Demokrasi di Indonesia” di Bale Rumawat, Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Senin (13/03) (Foto oleh : Artanti Hendriyana)

Dari sisi Ilmu Politik, ada banyak kajian yang dapat dilakukan dari melihat hasil-hasil survei. Survei pun bersifat menguji teori yang sudah ada, dan dapat berkembang untuk membangun teori baru untuk menjelaskan berbagai fenomena baru pula.

Menurut Philips, sebagai kajian yang sifatnya kuantitatif, survei dapat mereduksi berbagai faktor yang sifatnya subjektif dan emosional. “Secara umum, survei itu bermaksud mengurangi elemen subjektivitas dalam kajian-kajian Ilmu Politik, dibandingan dengan kajian yang sifatnya kualitatif, yang lebih susah untuk memisahkan antara objektivisme dan subjektivisme,” ungkapnya.

Philips pun berpendapat bahwa peran survei dalam kajian Ilmu Politik akan semakin terlihat jika ada semangat dari para lembaga survei untuk saling berbagi data mentah dari setiap responden. Menurutnya, jika data tersebut dibuka, maka setiap orang akan dapat ikut menguji, apakah survei tersebut dijalankan dengan benar atau tidak. Selain itu, dapat dilakukan berbagai kajian lanjutan dari hasil survei tersebut, terutama dari kalangan akademisi.

“Kalau lembaga survei mau berbagi, saya yakin ilmu politik kita akan berkembang lebih cepat,” ujar Philips.

Selain itu, Philips berpendapat bahwa survei  dapat dijadikan “jalan pintas” bagi pemilih, karena tidak banyak masyarakat yang memperhatikan politik,  atau menjadikan politik sebagai prioritas kesehariannya. Dengan adanya hasil survei, masyarakat dapat cepat mengetahui terkait kandidat yang akan dipilihnya,

“Survei itu menolong pemilih punya jalan pintas untuk menilai kandidiat yang bersangkutan,” ujar lulusan Hubungan Internasional Unpad ini.

Philips pun mengungkapkan bahwa tidak ada riset yang menunjukkan bahwa hasil survei dapat mempengaruhi masyarakat dalam mengambil keputusan. Menurutnya, dalam hal ini, pangkal persoalan bukanlah ada pada lembaga survei, melainkan media massa.

“Yang ada adalah pengaruh media dalam mem-frame hasil survei, Sesuai frame (media) yang bersangkutan,” ujar Philips.

Laporan oleh: Artanti Hendriyana/wep

 

Share this: