[unpad.ac.id, 23/5/2018] Sebagai bagian dari sektor pelayanan kesehatan, praktik keperawatan dihadapkan pada tantangan peningkatan kualitas pelayanan. Hal ini membutuhkan kolaborasi dengan berbagai sektor di luar kesehatan. Perguruan tinggi dinilai menjadi sarana untuk menginisiasi kolaborasi tersebut.

Demikian disampaikan Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Tri Hanggono Achmad saat membuka “The 6th Padjadjaran International Nursing Conference” di Hotel El-Royale, Bandung, Rabu (23/5). Acara yang diselenggarakan Fakultas Keperawatan Unpad ini merupakan upaya untuk menyatukan berbagai pemangku kepentingan untuk menghasilkan model praktik keperawatan yang lebih kompleks.
Dalam menghasilkan model pelayanan perawatan kesehatan yang maju, perguruan tinggi berperan sebagai penyelenggara aktivitas riset. Hasil dari riset ini diharapkan tidak hanya dipublikasikan di jurnal ilmiah. Suatu riset harus bisa dimanfaatkan di masyarakat.
Melalui forum yang diikuti oleh sejumlah akademisi dan praktisi kesehatan dari berbagai negara ini, Rektor mendorong seluruh pihak dapat saling berkolaborasi mendiskusikan berbagai riset yang dipresentasikan. Dengan demikian, riset tersebut diharapkan dapat diimplementasikan di masyarakat.
Ia mengungkapkan, perguruan tinggi saat ini tidak lagi sebagai pusat pengetahuan dan teknologi. Perguruan tinggi bertransformasi bukan hanya sebagai pusat ilmu pengetahuan, tetapi mampu membangun jejaring kuat dalam mengimplementasikan ilmu pengetahuan.
“Seminar internasional ini menjadi media untuk menghadirkan sejawat lain yang bisa menunjukkan kolaborasi yang tidak terbatas hanya di aspek perguruan tinggi. Untuk menjawab berbagai masalah saat ini harus didorong keterlibatan berbagai pihak,” jelas Rektor.
Dekan Fkep Unpad Henny Suzana Mediani, PhD., mengatakan, tantangan utama perkembangan praktik keperawatan adalah meningkatnya kompleksitas masalah kesehatan, hingga aksesibilitas layanan kesehatan yang belum merata.
Penyediaan praktik keperawatan yang berkualitas dengan memadukan teori, praktik, kolaborasi sangat dibutuhkan dalam mengatasi tantangan tersebut. “Kemampuan perawat dalam menerapkan teori dan model konseptual dalam praktik sangat penting untuk memajukan kualitas perawatan terhadap pasien,” ujar Henny.
Untuk itu dalam menyelenggarakan seminar internasional tahunan ini, pihaknya menjalin kerja sama dengan berbagai institusi di tingkat global, seperti Texas Women University, the Watson Caring Institute, University of Colorado Denver College of Nursing, Anschutz Medical center Colorado Amerika Serikat, serta beberapa perguruan tinggi dan institusi kesehatan dari Australia, Selandia Baru, Thailand, Malaysia, Taiwan, dan Norwegia.
Ketua pelaksana seminar Yanny Trisyani, PhD, mengatakan, seminar internasional yang digelar hingga Kamis (24/5) ini menghadirkan 14 pembicara dari 8 perguruan tinggi di dunia. Seminar diisi oleh sesi pleno, lokakarya, presentasi oral, serta pameran poster penelitian.
“Sebanyak 205 penelitian akan dipresentasikan dalam 10 sesi presentasi oral dan 2 sesi poster,” kata Yanny.
Tidak hanya menghadirkan pembicara,seminar ini juga menghadirkan dua pembicara kunci yaitu Prof. Jane Watson selaku pendiri the Watson Caring Institute dan Staf Ahli bidang Ekonomi Kesehatan di Kementerian Kesehatan RI dr. M. Subuh, MPPM.*
Laporan oleh Arief Maulana