Penelitian Unpad Akan Masuk dalam Rencana Aksi Penanganan Citarum

[unpad.ac.id, 21/9/2018] Universitas Padjadjaran telah melaksanakan serangkaian penelitian di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum selama tiga puluh tahun. Hasil penelitian ini diharapkan  menjadi referensi dalam implementasi program “Citarum Harum”.

Ketua Pusat Unggulan Lingkungan dan Ilmu Keberlanjutan (Center of Environment and Sustainability Science) Universitas Padjadjaran Parikesit, PhD, (kiri) bersama Kepala Bidang Pendidikan Kemaritiman Kemenkomaritim RI Rofi Alhanif, M.Sc., (kedua dari kiri) dan perwakilan militer Mayor Inf. Dian Destiawan Setyadi (ketiga dari kiri) dalam rapat kerja pengembangan Rencana Aksi Citarum yang digelar di gedung Magister Ilmu Lingkungan Unpad, Jalan Sekeloa Selatan No. 1, Bandung, Jumat (21/9). (Foto: Arief Maulana)*

Ketua Pusat Unggulan Lingkungan dan Ilmu Keberlanjutan (Center of Environment and Sustainability Science) Universitas Padjadjaran Parikesit, PhD, mengatakan, adanya program “Citarum Harum” yang digagas Pemerintah menjadi harapan baru.

“Kami sangat bersemangat, tetapi kami hanya bisa melakukan penelitian dan publikasi. Untuk itu, kita butuh kerja bersama,” ujar Parikesit saat melakukan rapat kerja di gedung Magister Ilmu Lingkungan Unpad, Jalan Sekeloa Selatan No. 1, Bandung, Jumat (21/9).

Rapat tersebut dihadiri sejumlah dosen di lingkungan Unpad, Kepala Bidang Pendidikan Kemaritiman Kemenkomaritim RI Rofi Alhanif, M.Sc., perwakilan militer Mayor Inf. Dian Destiawan Setyadi, serta perwakilan dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Parikesit dan tim, sebagian besar penelitian akademisi Unpad 30 tahun terakhir  terpusat di kawasan hulu Citarum. Penelitian tersebut mencakup sekira 12 tema dan 40 topik, diantaranya, kualitas air, ekologi polusi, kajian keamanan bendungan, kondisi biodiversitas dan manfaatnya bagi masyarakat, hingga agroforestri.

Terkait penelitian tersebut, Rofi mengatakan, hasil penelitian tersebut dapat menjadi rekomendasi program untuk dimasukkan ke dalam dokumen Rencana Aksi. Ia menilai, dokumen ini merupakan dirigen dari pelaksanaan program “Citarum Harum” yang ditargetkan selesai selama tujuh tahun.

Rofi menilai kunci utama terlaksananya Citarum Harum adalah adanya Rencana Aksi yang dikeluarkan oleh Gubernur dan menjadi pedoman setiap Kementerian maupun Lembaga. Dokumen ini bukan sekadar daftar kegiatan, tetapi mencakup perencanaan teknis dari seluruh kegiatan.

“Pak Gubernur Ridwan Kamil sudah siap membuat Rencana Aksi, dan membutuhkan ahli dan konsultan. Dengan pertemuan ini, kita harapkan Pak Parikesit dan tim Unpad bisa membantu untuk hal-hal signifikan,” kata Rofi.

Senada dengan Rofi, Dian juga menilai Rencana Aksi ini akan memperjelas program “Citarum Harum” di lapangan. Pelaksanaan kerja di lapangan ini menurutnya masih sebatas menangani masalah secara sektoral. “Kita belum melihat ke depan mitigasi Citarum itu seperti apa supaya berjalan dengan benar,” kata Dian.

Untuk saat ini, satuan tugas (satgas) Citarum Harum akan berfokus pada penanganan lima masalah, yaitu rehabilitasi wilayah hulu, penanganan sampah domestik, penanganan limbah industri, penanganan keramba jaring apung, serta pencegahan dan penindakan hukum.

“Lima hal ini yang akan kita kejar dalam 2 tahun ke depan,” imbuhnya.

Program “Citarum Harum” ini merupakan pilot project di Indonesia yang melibatkan banyak unsur. Dian mengatakan, jika program ini berhasil, maka akan diterapkan untuk menangani sungai bermasalah lainnya di Indonesia.*

Laporan oleh Arief Maulana

Share this: