Kaji Model Belanja Berkualitas bagi APBN, FEB Unpad Raih Penghargaan dari Bappenas

[unpad.ac.id, 14/8/2019] Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran meraih penghargaan dari Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro atas partisipasinya dalam penyusunan kajian model belanja berkualitas.

Dekan FEB Unpad Yudi Azis S.Si. S.E., S.Sos, M.T., Ph.D menerima penghargaan dari Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro Atas Partisipasinya dalam Penyusunan Kajian Model Belanja Berkualitas di Gedung Saleh Afiff Kementerian PPN/Bappenas Jl. Taman Suropati No. 2 , Menteng Jakarta Pusat, Senin (12/8).*

Penghargaan diserahkan Bambang kepada Dekan FEB Unpad Yudi Azis S.Si. S.E., S.Sos, M.T., Ph.D di sela Seminar Nasional “ Belanja Berkualitas dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Ketimpangan” di Gedung Saleh Afiff Kementerian PPN/Bappenas Jl. Taman Suropati No. 2 , Menteng Jakarta Pusat, Senin (12/8).

Dekan FEB Unpad Yudi Azis S.Si. S.E., S.Sos, M.T., Ph.D menjelaskan penghargaan ini diserahkan kepada FEB Unpad karena telah berpartisipasi dalam Penyusunan Kajian Model Belanja Berkualitas. Selain Unpad perguruan tinggi yang memperoleh penghargaan itu adalah Universitas Udayana, Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Medan, Universitas Airlangga dan Universitas Brawijaya.

“Penghargaan ini tentu suatu kebanggaan dan kebahagian bagi kita karena hasil kajian kita ini diapresiasi oleh Bappenas dan dianggap sebagai kajian yang strategis”ungkapnya.

Lebih lanjut Yudi mengatakan inti dari kajian yang disampaikan kepada Bappenas merupakan masukan bagi pemerintah agar belanja negara dilakukan secara efektif sesuai tujuan dikeluarkannya anggaran itu. Kajian ini mengubah paradigma lama yang menekankan pada efisiensi menjadi efektif berkualitas.

“Dengan dana yang ada atau belanja yang ada tentu harus efisien dan efektif tapi tercapai tujuannya. Kajian ini adalah melihat bagaimana shifting dari alokasi belanja yang efisien menjadi belanja yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan tentu saja jangan pernah melepaskan kaitan antara input, proses, dan output hingga outcomes” tambahnya.

Yudi Azis memaparkan Kajian Model Belanja berkualitas menekankan shifting atau perubahan paradigma bahwa dana itu menjadi salah satu input yang tidak bisa dilepaskan dengan tujuan penggunaan dana tersebut, ini ada kaitannya dengan banyak hal seperti ketercapaian kepala daerah, kementerian, dan presiden menjadikan perencanaan anggaran sebagai  kekuatan nantinya untuk mencapai tujuan.

“Saya kira dalam menjalankan aktifitas kenegaraan perlu dirumuskan belanja yang lebih efektif tidak sekedar efisien. Sebagai civitas akademika kita menyambut hal ini, agar tidak hanya cost efficiency tapi juga harus cost effectiveness “, ujarnya.

Yudi berharap kajian ini menjadi peluang bersama bagi civitas akademika Unpad untuk meningkatkan daya saing bangsa dan menjadi cerminan bagi civitas akademika Unpad  agar meningkatkan tata kelola di lingkungan universitas.

“Menurut saya Ini peluang bersama untuk mendongkrak desain bangsa, melalui pemahaman belanja negara yang berkualitas yang mudah-mudahan daya saing bangsa ini bisa terakselerasi dengan perubahan ini “ ungkapnya

“ Ini cerminan  bagi kita untuk berusaha menciptakan tata kelola yang lebih baik, dan kita pun bisa berperan aktif menjaga dan menguatkan hal itu” pungkasnya.

Mengutip dari laman republika.co.id  Menteri PPN/ Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menuturkan, kajian tersebut membuktikan bahwa belanja barang tidak selalu lebih ‘boros’ dibandingkan belanja modal. Apabila belanja barang ditujukan untuk membeli mesin yang dapat mendukung produktivitas suatu kelompok masyarakat, dampaknya akan efektif terhadap ekonomi wilayah tersebut.

Dengan kajian ini, Bambang menegaskan, Bappenas mendorong agar seluruh kementerian/lembaga tidak menuntut dirinya untuk belanja modal besar.

“Kalau semua dituntut belanja modal besar, ujungnya hanya menambah kantor yang tidak perlu. Itu jadi pemborosan,” ucapnya.

Hal senada disampaikan oleh Kepala Departemen Ilmu Ekonomi Maman Setiawan, SE., MT., Ph.D  yang ditemui terpisah. Maman mengatakan kajian ini menekankan pada keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan yang terjadi.

“Inti penelitian ini sebenarnya bagaimana supaya belanja negara itu efektif dan mengurangi ketimpangan. Jangan sampai belanja negara tinggi dan ketimpangan pertumbuhan ekonomi juga tinggi,” ungkapnya.

Maman menambahkan bahwa kerja sama Departemen Ilmu Ekonomi dalam hal ini diwakili oleh Pusat Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan (CEDS) dengan Bappenas telah dilaksanakan sejak 2017 yang lalu. Tim Penyusun kajian ini antara lain Kodrat Wibowo, S.E., Ph.D, Dr. Bagdja Muljarijadi, S.T.,S.E.,M.S, Dr. Wawan Hermawan, SE., MT. dan Pipit Pitriyan, SE.,M.Si.

“Kontribusi kita dalam kajian ini bukan yang pertama, kita sudah dilibatkan sejak 2 tahun yang lalu dan dengan kontribusi yang besar ini diapresiasi oleh bappenas untuk meraih penghargaan ini“, tambahnya.

Maman pun berharap penelitian dari pusat studi di lingkungan FEB Unpad dapat bermanfaat bagi masyarakat umumnya.

“Saya harap kualitas dari penelitian yang ada di setiap pusat studi bisa bermanfaat dan berkontribusi bagi pemerintah, dunia usaha, akademisi dan masyarakat pada umumnya,” pungkasnya.*

Laporan oleh Dani Wahdani/am

 

Share this: