Ancaman Virus Corona: Tetap Tenang dan Jaga Kesehatan

Logo Unpad.*

Laporan oleh Arif Maulana

Logo Unpad.*

[unpad.ac.id, 10/2/2020] Wabah virus Corona yang mengguncang dunia akhir-akhir ini dipandang sebagai penyakit yang mematikan. Tercatat, virus yang pertama kali tersiar di Wuhan, Tiongkok, ini telah banyak merenggut korban jiwa.

Dampaknya, sejumlah negara telah memberikan travel warning ke Provinsi Hubei, Tiongkok. Bahkan, setiap hari media mengabarkan bahwa virus ini telah menyebar ke beberapa negara. Indonesia menjadi salah satu negara yang waspada akan virus ini.

Lantas, bagaimana kita menyikapinya?

Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dr. Yovita Hartantri, Sp.PD., KPTI, menjelaskan, kasus virus Corona atau dalam bahasa medis ditulis 2019 Novel Coronavirus (2019-nCov) umumnya rentan menjangkiti orang-orang yang berada di Tiongkok—atau yang pernah melakukan kontak dengan wilayah Tiongkok.

“Virus corona menyerang sel darah putih T limfosit, menyebar melalui mukosa saluran pernafasan dan saluran pencernaan, menginfeksi sel-sel lain,” ujar Yovita dalam seminar di Institut Teknologi Bandung, beberapa waktu lalu.

Serangan virus Corona cenderung bervariasi, bergantung pada imunitas seseorang. Gejala awal yang umum ditemui adalah demam, batuk, dan pilek. Pada tingkat lanjut menyebabkan sesak nafas, infeksi paru, dan menyerang organ tubuh vital, seperti ginjal dan jantung.

Walau hingga Senin (10/2) jumlah korban meninggal akibat virus Corona di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, mencapai 902 jiwa, Yovita menyebut bahwa virus Corona umumnya tidak menyebabkan pandemik seperti kasus SARS pada 2002 silam atau MERS pada 2012 silam. Selama ini, serangan virus Corona cenderung ringan.

Masifnya serangan 2019-nCov pada tahun ini dinilai berbeda. “Kasus yang menyebabkan kematian di Wuhan sejauh ini terjadi pada orang usia lanjut, dan sebelumnya telah menderita penyakit dasar yang kronis seperti diabetes, gangguan jantung, dan gangguan ginjal yang begitu kena (Corona), penyakitnya jadi semakin berat dan meninggal,” paparnya.

Jangan Panik

Bisa dikatakan, sebaran virus Corona ini telah membuat kegaduhan di masyarakat, termasuk di Indonesia. Walau mematikan, jangan lantas membuat kita panik. Siaga diri sesuai dengan tetap mengikuti anjuran pihak medis sangat disarankan.

Yovita menjelaskan, panic attack akibat virus Corona telah menyebabkan ludesnya masker di pasaran, terutama masker jenis N-95 yang dianggap khusus untuk menangkal virus Corona. Padahal, masker jenis N-95 sebenarnya digunakan untuk menangani kasus terduga virus Corona.

“Untuk pencegahan, jagalah selalu kebersihan diri, dan cukup menggunakan surgical mask yang mudah diperoleh secara bebas di apotek,” kata Yovita.

Anggota Tim Infeksi Khusus Rumah Sakit Hasan Sadikin/FK Unpad ini juga mengungkapkan, jika seseorang mengalami gejalan terserang virus Corona, sebaiknya segera untuk melakukan diagnosis ke rumah sakit terdekat. Diagnosis meliputi pemeriksaan riwayat demam, riwayat perjalanan ke wilayah terjangkit, hingga pemeriksaan gejala infeksi paru-paru.

“Kemudian, barulah diambil tindakan isolasi di Ruang Isolasi Infeksi Khusus Kemuning (RIIKK),” jelasnya.

Mengingat belum ada obat untuk menyembuhkan virus ini, Yovita mengatakan, pengobatan dilakukan bersifat suportif sesuai gejalan yang muncul, dengan pemberian antibiotik ditambah oseltamivir hingga steroid.

Sebaran Penyakit Corona

Virus Corona bukanlah hal baru di bidang kedokteran, terutama kedokteran hewan. Ini disebabkan, virus ini mulanya menyerang hewan.

Guru Besar Fakultas Peternakan Unpad Prof. drh. Roostita L. Balia, M.App.Sc., PhD, menjelaskan, virus Corona bukanlah hal baru di bidang kedokteran hewan. Sekitar 2008-2010 banyak pasien yang meminta vaksin virus corona kepada dokter hewan untuk hewan peliharaannya.

Saat ini terjadi perubahan perilaku manusia dalam memelihara hewan. Dari semula hewan jinak sejenis, kucing, anjing, atau marmut, kini banyak manusia yang memelihara hewan liar seperti iguana ataupun ular. Padahal, hewan liar merupakan reservoir alami virus yang berpotensi menularkannya kepada spesies lain.

Terkait sebaran virus Corona, Prof. Roostita menduga kasus ini merupakan kasus zoonotik, di mana virus ditularkan dari hewan. Penyebaran virus ini memerlukan vektor/perantara. Ia menduga kelelawar ditengarai sebagai salah satu vektor penyebaran virus Corona.

“Kemudian penyebaran virus ini semakin diperparah oleh perilaku manusia mengonsumsi hewan-hewan eksotik/liar, banyak menyajikan hidangan olahan hewan liar seperti kelelawar dan ular, dan ditambah pengolahan yang tidak sempurna bahkan dimakan mentah, sehingga meningkatkan resiko penularan virus berbahaya ke manusia,” jelasnya.

Karena itu, Prof. Roostita berpesan untuk tidak mengonsumsi hewan liar. Bagi masyarakat yang memelihara hewan, diharapkan untuk selalu menjaga kesehatan hewan tersebut.*

Share this: