Prof. Parikesit, M.Sc., PhD, “Atasi Krisis Keanekaragaman Hayati Butuh Pendekatan Interdisiplin”

Laporan oleh Arif Maulana

Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Prof. Parikesit, M.Sc., PhD, membacakan orasi ilmiah berjudul “Ilmu Keanekaragaman Hayati Terapan: Solusi Menuju Kesejahteraan Manusia di Tengah Isu Keberlanjutan dan Ketidakpastian Global” dalam Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam bidang Ilmu Biologi Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati FMIPA Unpad yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Kamis (6/2). (Foto: Arif Maulana)*

[unpad.ac.id, 6/2/2020] Indonesia dipandang belum baik memanfaatkan potensi keanekaragaman hayatinya. Padahal, potensi keanekaragaman hayati merupakan modal dasar untuk tercapainya kesejahteraan manusia.

Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Prof. Parikesit, M.Sc., PhD, saat membacakan orasi ilmiah berjudul “Ilmu Keanekaragaman Hayati Terapan: Solusi Menuju Kesejahteraan Manusia di Tengah Isu Keberlanjutan dan Ketidakpastian Global”.

Orasi ilmiah tersebut dibacakan Prof. Parikesit berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam bidang Ilmu Biologi Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati FMIPA Unpad yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Kamis (6/2).

Indonesia sebagai negara dengan kekayaan hayati penting untuk menerapkan pola pengelolaan yang berkelanjutan. Ini disebabkan, sejumlah masyarakatnya sangat bergantung pada keanekaragaman hayati sebagai sumber kehidupan.

“Tidak kurang dari 40 juta penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan menggantungkan kebutuhan subsisten mereka pada kehati. Sementara kehati di wilayah laut Indonesia menjadi sandaran hidup ± 12 juta penduduk di daerah pesisir,” ujarnya.

Meski demikian, lanjut Prof. Parikesit, Indonesia belum maksimal memanfaatkan keanekaragaman hayatinya untuk kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, eksploitasi sumber daya hutan mendorong deplesi sumber daya hutan yang serius.

“Eksploitasi yang dilakukan tidak serta merta memberikan kesejahteraan kepada masyarakat luas, bahkan yang terjadi di beberapa daerah adalah pemiskinan masyarakat yang menyertai kerusakan lingkungan,” kata Prof. Parikesit.

Sebagai akademisi, Prof. Parikesit mendorong adanya transformasi keilmuan untuk mengatasi krisis keanekaragaman hayati. Pengembangan ilmu keanekaragaman hayati terapan menjadi suatu keharusan.

Prof. Parikesit menjelaskan, ilmu keanekaragaman hayati didorong menjadi terapan didasarkan atas kenyataan bahwa saat ini isu hayati banyak terkait dengan kepunahan, konservasi, konflik manusia, hingga peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Permasalahan kehati dan alternatif solusinya dewasa ini tidak cukup hanya menggunakan pendekatan monodisiplin dan multidisiplin, tetapi semakin menuntut pendekatan interdisiplin bahkan transdisiplin,” kata Prof. Parikesit.*

Share this: