Laporan oleh Arif Maulana

sepeda
(Foto ilustrasi) Kegiatan sepeda santai Universitas Padjadjaran, Minggu 13 Oktober 2019. (Foto: Femizal Usra)*

[unpad.ac.id,22/6/2020] Bersepeda menjadi olahraga yang kini banyak dilakukan masyarakat di tengah situasi pandemi Covid-19, khususnya di Indonesia. Sekalipun menyehatkan, gowes sepeda di tengah pandemi harus tetap mengutamakan protokol kesehatan. Jangan sampai aktivitas ini menjadi salah satu penyebab penyebaran virus Corona di Indonesia.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Dr.med. Setiawan, dr., menjelaskan, bersepeda di masa pandemi memiliki 3 tingkatan risiko penularan Covid-19. Mulai dari risiko rendah, sedang, hingga tinggi. Risiko rendah terjadi bila aktivitas bersepeda dilakukan di dalam rumah, baik menggunakan sepeda statis, indoor trainer, hingga memanfaatkan aplikasi khusus untuk bersepeda di rumah.

Risiko sedang terjadi apabila bersepeda ke luar rumah sendirian atau bersama anggota keluarga dan kerabat yang diketahui berada dalam kondisi sehat. Rute sepeda melewati jaur yang sepi, minim interaksi, dan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

“Risiko tinggi, bila kita mengambil jalur yang ramai dengan pesepeda lainnya. Juga tidak memperhatikan protokol kesehatan,” ujar Setiawan.

Akademisi yang juga pegiat sepeda ini menuturkan, selain memperhatikan protokol kesehatan, bersepeda di masa pandemi juga tetap memperhatikan kondisi tubuh. Tingkat kebugaran setiap individu akan berbeda, bergantung pada seberapa sering seseorang melakukan latihan atau berolahraga.

Karena itu, Ketua Komunitas Sepeda “i-Go” Unpad ini menyarankan, waktu dan jarak bersepeda sebaiknya disesuaikan dengan kesanggupan seseorang. Seseorang yang rutin berolahraga tentunya akan terbentuk kemampuan fisik dan kebugaran yang lebih baik, sehingga kecepatan dan kemampuan bersepeda akan meningkat dengan sendirinya.

“Yang penting, jangan memaksakan diri. Lebih baik lagi, bila kita memantau detak jantung kita berada di zona latihan sedang, atau kita bersepeda tidak terlalu payah sehingga tidak kesulitan bernapas,” katanya.

Penggunaan masker saat bersepeda tetap disarankan. Apalagi jika bersepeda di jalur yang sama dengan orang lain dalam jarak yang memungkinkan percikan (droplet) keringat atau ludah mengenai kita.

Namun, kata Setiawan, bila sedang sendiri, masker dapat dilepas agar bisa menghirup udara dengan baik. Ini disebabkan, di satu sisi, masker menghambat sistem pernapasan.

Jarak ideal wajib diperhatikan oleh pesepeda di masa pandemi. Menurut Setiawan, berdasarkan hasil studi dikatakan bahwa jarak aman antar pesepeda adalah sekitar 20 meter. Sementara untuk jarak di sebelahnya adalah 2 meter.

Ukuran Menentukan

Bersepeda memang olahraga yang menyehatkan. Menurut Dr. Setiawan, bersepeda bilan dilakukan dengan dosis yang tepat akan meningkatkan daya tahan tubuh. Dari sisi kejiwaan, bersepeda dapat meningkatkan rasa senang, nyaman, dan percaya diri. Fisik dan jiwa yang sehat merupakan kunci dasar seseorang terhindar dari penularan Covid-19.

“Bersepeda menumbuhkan semangat kebersamaan dan kekeluargaan, bahkan bisa juga kepedulian,” ujar Setiawan.

Tidak heran jika olahraga ini mulai digandrungi masyarakat untuk mengisi masa-masa pandemi. Budaya bersepeda kembali subur dan tidak hanya dilakukan di akhir pekan. Sebagian masyarakat pun banyak yang membeli sepeda baru.

Menurut Setiawan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan saat akan meminang sepeda. Tinggi badan, kemungkin rute yang ingin ditempuh, hingga fungsi dari sepeda itu sendiri harus diperhatikan.

“Perlu dipilih jenis sepeda yang sesuai, yang bisa untuk membawa perlengkapan, termasuk di masa adaptasi kebiasaan baru, membawa makanan, alat makan dan alat sholat. Berbagai jenis sepeda bisa ditambah dengan panier dan tas,” jelas Setiawan.

Kesukaan bersepeda seseorang juga berpengaruh pada pemilihan jenis sepeda. Menurut Setiawan, apabila seseorang ingin sepeda yang bisa melintasi berbagai kondisi jalan, maka sepeda gunung (MTB) bisa diplih. “Tapi kalau kita ingin melewati jalan yang mulus, sepeda balap pilihannya. Bila kita banyak memiliki mobilitas dan butuh kepraktisan, maka sepeda lipatlah pilihannya,” kata Setiawan.*

Share this: