Pembukaan Kembali Kawasan Pariwisata Bahari Perlu Dibarengi Protokol Kesehatan yang Ketat

tsunami
Wisatawan berwisata dari Pantai Barat Pangandaran, Kabupaten Pangandaran. Wilayah ini pernah dilanda tsunami pada 2006 silam, dan masih berpotensi terjadi kembali. (Foto: TEdi Yusup)*

Rilis

pariwisata bahari
[Foto ilustrasi] Peserta Summer Program Universitas Padjadjaran sedang menikmati suasana di Pantai Pangumbahan, Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi, 12 Juli 2018. (Foto: Arif Maulana)*

[unpad.ac.id, 8/10/2020] Sektor pariwisata bahari dan ekonomi kreatif menjadi dua sektor yang terkena dampak akibat pandemi Covid-19.

Menurut Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Dr. Atikah Nurhayati, M.P., di sektor pariwisata bahari, menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik menyebabkan sejumlah pelaku usaha di bidang kepariwisataan mengalami kerugian secara finansial.

“Penurunan juga menyebabkan pengangguran karena obyek wisata bahari ditutup karena ada Covid-19,” ujar Atikah saat menjadi pembicara dalam seminar daring “Marine Tourism Talk Show 2.0” yang digelar Program Studi Pariwisata Bahari FPIK Unpad, Sabtu (3/10).

Dikutip dari laman FPIK Unpad, Atikah mengatakan, perkembangan kumulatif wisatawan mancanegara pada pertengahan Januari sampai Juli 2020 mengalami penurunan sebesar 64,64% dibandingkan dengan tahun 2019. Praktis, aktivitas kepariwisataan juga ikut terdampak.

[irp]

Penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) perlahan memulihkan sektor pariwisata bahari. Pembukaan kembali tempat wisata dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat diharapkan dapat menjadikan kembali pariwisata menjadi lokomotif perekonomian regional maupun nasional.

Atikah menjelaskan, beroperasinya kembali sektor pariwisata bahari menjadi momentum penerapan konsep manajemen pariwisata bahari berbasis digital. Konsep ini mendorong pengelolaan pariwisata bahari terintegrasi dengan sistem digital.

Digital Marine Tourism Management merupakan suatu sistem yang terintegrasi, di mana kunjungan wisatawan dilakukan dengan melakukan reservasi terlebih dahulu, sehingga pada Adaptasi Kebiasan Baru dengan menetapkan jumlah kapasitas pengunjung 50 % dari jumlah yang seharusnya, serta mengikuti protokol kesehatan dapar berperan mencegah dan mengendalikan Covid-19,” paparnya.

Sistem ini juga terintegrasi dengan tim Gugus Tugas di setiap Kabupaten/Kota, provinsi, hingga pusat. Dengan demikian, apabila ditemukan klaster baru atau pelanggaran terhadap protokol yang sudah ditetapkan, tim Gugus Tugas akan segera melakukan tindakan antisipatif.

[irp]

Atikah juga mengatakan, strategi pemulihan kembali sektor pariwisata bahari adalah meningkatkan edukasi kepada wisatawan untuk mematuhi protokol kesehatan, kebersihan, dan keamanan lokasi wisata.

Di sektor ekonomi kreatif, Ketua Dekranasda Kota Bandung Siti Muntamah Oded menjelaskan, bahwa usaha mengembalikan geliat laju perekonomian kerakyatan merupakan konsekuensi kebijakan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dalam rangka menggeliatkan aktivitas ekonomi masyarakat.

“Kreativitas merupakan kunci untuk mengelola potensidan merebut pasar dengan cara-cara yang sesuai tuntutan kebutuhan dan zaman, terutama di masa Covid-19,” kata Siti.

Untuk itu, istri Wali Kota Bandung ini mengatakan, pemulihan kembali sektor ekonomi kerakyatan membutuhkan dukungan multisektor. Pemerintah, akademisi, masyarakat, dunia usaha, hingga dunia berperan serta membangkitkan kembali geliat ekonomi kreatif di Indonesia.(art)*

Share this: