Ini Strategi Unpad untuk Kejar Peningkatan Peringkat di Webometrics

Rektorat Unpad, Jatinangor. (Foto: Kantor Komunikasi Publik Unpad)*

Laporan oleh Arif Maulana

Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran, Jatinangor. (Foto: Tedi Yusup)*

[unpad.ac.id, 28/1/2021] Universitas Padjadjaran masuk ke dalam 20 besar perguruan tinggi terbaik Indonesia berdasarkan hasil pemeringkatan dari Webometrics, Januari 2021. Sistem pemeringkatan ini didasarkan atas penilaian kinerja website perguruan tinggi.

Sekretaris Direktorat Perencanaan dan Sistem Informasi Unpad Arif Firmasyah, M.T., menjelaskan, tahun ini ada 3 indikator utama penilaian Webometrics pada Januari 2021, meliputi impact (visibilitas data), openness (transparansi data), dan excellence.

Sebelumnya, penilaian Webometrics terdiri dari 4 indikator. Satu yang tahun ini tidak menjadi indikator adalah presence atau sejauh mana website perguruan tinggi terindeks mesin pencarian.

“Sekarang, meski tidak langsung berpengaruh ke pemeringkatan, tetapi tetap berpengaruh ke indikator,” ujar Arif saat diwawancarai Kantor Komunikasi Publik Unpad, Kamis (28/1).

[irp]

Peningkatan kinerja terus dilakukan oleh Unpad. Pada tahun lalu, Unpad sempat berada dia peringkat 50 pada bulan Januari 2020, lalu meningkat menjadi 27 pada bulan Juli 2020. Kali ini, Unpad berhasil masuk 20 besar dengan menduduki peringkat 16.

Menurut Arif, tahun ini indikator penilaian Webometrics jauh lebih ketat. Pengetatan ini berdampak pada hasil penilaian. Dari tiga indikator yang dinilai, indikator excellence Unpad memiliki peringkat yang baik, yaitu menduduki peringkat 9 dengan poin 1427.

Namun, Unpad perlu mengejar peningkatan kinerja untuk indikator opennes atau transparansi data. Salah satu yang perlu diperbaiki adalah data pada Google Scholar. Arif menjelaskan, banyak data penelitian dari luar Unpad yang diklaim menjadi karya ilmiah dosen Unpad di Google Scholar.

Hal ini merupakan implikasi dari sistem otomatisasi Google yang menampilkan daftar karya ilmiah yang menyesuaikan data nama pembuatnya. Bisa jadi, ada dosen dengan nama sama sehingga walaupun ada karya penelitian yang tidak dilakukan olehnya, akan masuk sebagai bagian dari karya ilmiah yang ditampilkan.

“Kalau tidak dicek satu persatu oleh dosen, otomatis dia masuk,” ujar Arif.

Praktis, Unpad menduduki peringkat di atas 5000 untuk indikator openness. Tidak hanya Unpad, banyak perguruan tinggi di Indonesia pun yang berada di peringkat di atas 5000 pada indikator ini. Artinya jika peringkat perguruan tinggi berada di bawah 5000, atau dimulai dari 0 – 5000, maka kinerja Google Scholarnya sudah diakui oleh Webometrics.

Kepala Kantor Internasional Unpad dr. Ronny, M.Kes., AIFO, PhD, mengatakan, perbaikan secara simultan untuk indikator openness menjadi kunci. Pergerakan ini terus dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan yang ada di Unpad.

“Bukan tidak mungkin kita bisa kembali ke posisi 10 besar di Webometrics,” ujar Ronny.

[irp]

Siapkan Strategi

Ronny mengatakan, Unpad perlu belajar dari kesalahan yang harus diperbaiki. Secara konsep, Webometrics merupakan pemeringkatan yang menilai kinerja platform website perguruan tinggi. Berbeda dengan pemeringkatan lain, Webometrics tidak menilai berdasarkan data yang diunggah, tetapi langsung menilai kondisi platform perguruan tinggi dari jagad maya.

“Semangat dan koordinasi universitas-fakultas berperan besar,” kata Ronny.

Senada dengan Ronny, Arif menjelaskan, ada sejumlah strategi yang disiapkan dan beberapa sudah dijalankan. Penguatan konten website ke arah scientific resources perlu diarahkan.

“Artikel digital kita harus diposisikan setara dengan artikel ilmiah. Dari sisi teknis, teknologi sudah kita siapkan, SEO dijalankan, dan security-nya juga kita jalankan,” jelas Arif.

Tidak hanya kinerja website institusi, website satelit, seperti fakultas hingga program studi juga perlu diperkuat. Konten digital harus ditempatkan dengan konsep scientific resources. Hal ini akan mendukung penguatan metadata Unpad.

[irp]

“Metadata ini bukan sembarangan. Bagaimana orang bisa cari sesuatu yang tepat kalau metadatanya kurang,” imbuhnya.

Arif juga mengimbau dosen untuk memantau profil di Google Scholarnya masing-masing. Pemantauan diperlukan agar tidak ada data karya ilmiah milik orang lain, tetapi terklaim menjadi karya ilmiah sendiri. Karena itu, pihaknya siap membantu pendampingan terkait Google Scholar ini.

Diharapkan, peringkat Unpad bisa naik karena memang memiliki peningkatan kinerja. Ini sesuai dengan khitah pemeringkatan perguruan tinggi, yaitu instrumen untuk memotivasi perguruan tinggi untuk meningkatkan kinerja.

Arif menegaskan, peringkat Unpad otomatis meningkat jika sumber daya yang dihasilkan betul-betul bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan.“Harapannya, pemeringkatan ini menjadi alat ukur bukan semata sebagai alat pencitraan,” kata Arif.*

Share this: