Laporan oleh Arif Maulana

gunung berapi
Gunung Manglayang dilihat dari Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor. (Foto: Arif Maulana)*

[unpad.ac.id, 18/1/2021] Dalam sepekan terakhir, tiga gunung berapi di Indonesia mengalami erupsi. Hal ini menandakan bahwa sebagai negara yang masuk di kawasan Cincin Api Pasifik, Indonesia tetap harus siaga menghadapi ancaman erupsi gunung berapi.

Peneliti kebencanaan Universitas Padjadjaran Dr. Dicky Muslim, M.Sc., menjelaskan, ada beberapa tanda alam yang bisa dirasakan saat gunung akan meletus. “Tanda alam pasti ada, tapi apakah kita waspada atau tidak,” kata Dicky.

Dosen Fakultas Teknik Geologi Unpad ini menjelaskan, tanda alam yang bisa dirasakan salah satunya adalah terjadi gempa tremor. Gempa tremor terjadi akibat adanya pergerakan magma ke permukaan bumi.

Selain itu, gejala yang bisa dirasakan lainnya adalah suara yang bergemuruh, hawa yang berubah menjadi panas, sejumlah mata air yang menjadi panas, adanya guguran kaldera di bagian atas, hingga tanda-tanda biologi seperti keluarnya sejumlah binatang dari hutan gunung.

[irp]

Jika ada tanda-tanda seperti ini, masyarakat diimbau untuk waspada dan segera mencari lokasi yang aman. “Masyarakat harus segera lari, tidak ada jalan lain untuk mengurangi risiko,” kata Dicky.

Ada tiga tipe gunung berapi di Indonesia berdasarkan klasfikasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM RI.

Gunung Api tipe A merupakan gunung api yang memiliki catatan sejarah letusan sejak tahun 1600. Sebanyak 77 gunung di Indonesia termasuk ke dalam gunung api tipe A.

Selanjutnya, gunung api tipe B merupakan gunung api yang memiliki catatan sejarah letusan sebelum tahun 1600. Sebanyak 29 gunung Indonesia termasuk ke dalam gunung tipe ini.

Sementara gunung api tipe C merupakan gunung api yang tidak memiliki riwayat letusan, tetapi masih memperlihatkan jejak aktivitas vulkanik. Sebanyak 21 gunung di Indonesia termasuk ke dalam gunung tipe C.

[irp]

Manglayang

Lebih lanjut Dicky mengatakan, dari tiga gunung berapi yang erupsi di pekan ini, yaitu Merapi, Semeru, dan Sinabung, gunung Sinabung yang paling mencuri perhatiannya. Pasalnya, gunung Sinabung termasuk gunung yang dianggap tidur. Namun, sejak 2010 nyatanya gunung ini kembali erupsi hingga saat ini.

Berkaca pada peristiwa Sinabung, Dicky mengkhawatirkan kondisi ini akan terjadi pada gunung Manglayang, atau gunung yang berada di kawasan Bandung timur. Jatinangor menjadi salah satu daerah yang berada di kaki gunung Manglayang.

“Saya bisa saja sangat salah, tetapi Manglayang merupakan bagian/anak dari gunung Sunda,” kata Dicky.

Berdasarkan tinjauan geologi, gunung Sunda merupakan gunung api purba yang memiliki letusan yang dahsyat. Letusannya melahirkan kaldera gunung Sunda yang kini dikenal dengan istilah Cekungan Bandung, wilayah di mana kawasan Bandung Raya berada.

Selain itu, sisa-sisa gunung Sunda juga melahirkan anak-anak gunung, yaitu gunung Burangrang, gunung Tangkubanparahu, gunung Bukit Tunggul, gunung Masigit, hingga gunung Manglayang. Anak-anak gunung ini membujur dari wilayah barat hingga timur kota Bandung.

Menurut Dicky, sampai saat ini belum ada kajian yang menjelaskan tentang karakteristik gunung Manglayang. Namun, masyarakat tetap harus waspada apabila kasus gunung Sinabung kemungkinan terjadi juga di Manglayang.

“Apalagi kalau kita lihat dari arah Cileunyi, di puncak gunung Manglayang itu ada coakan kaldera yang menghadap ke selatan. Kalau dia tiba-tiba batuk-batuk seperti Sinabung, Jatinangor harus waspada,” kata Dicky.*

Share this: