Lakukan Riset Sampah Laut, Tim Peneliti FPIK Unpad Raih Hibah Internasional ASEANO 2021

sampah laut
Dosen Imu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatan Universitas Padjadjaran Ibnu Faizal, M.T., saat melakukan presentasi pada seleksi ASEANO Research Grant Competition 2021.*

[unpad.ac.id] Tim peneliti Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran meraih hibah riset dari program ASEANO Research Grant Competition 2021. Hibah ini merupakan kompetisi riset bertema sampah laut (marine debris) yang digelar Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) dan Norwegian Institute for Water Research (NIVA).

Tim peneliti yang terlibat merupakan gabungan dari dosen dan mahasiswa FPIK Unpad, yaitu Noir Primadona Purba, M.Si., Alexander M.A. Khan, PhD, dan Ibnu Faizal, M.T., serya mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Unpad yang juga anggota tim komunitas riset “Komitmen” FPIK Unpad, yaitu Amarif Abimanyu, S.Kel., Kemaal Sayyid, M. Royhand Azkia A, Alfinna Yebelanti, Fiqih Abdul Jafar serta Rd. Salsa Dewi K.

Noir dan tim berhasil memperoleh hibah senilai USD 7.500 untuk proyek riset selama 3 bulan. Riset tersebut berfokus pada kondisi sampah laut khususnya di kawasan ekosistem hutan mangrove di daerah Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.

Berdasarkan pengamatan awal, ekosistem mangrove yang berada di Muara Gembong secara umum kondisinya cukup baik karena adanya perhatian pemerintah dalam mendukung kelestarian kawasan ini. Bahkan, di beberapa wilayah sudah dijadikan sebagai wisata edukasi.

Namun, di sisi lain, daerah yang menjadi muara dari Sungai Citarum ini rentan akan pencemaran sampah. Sebabnya, sungai sudah menempuh perjalanan panjang dari hulunya dan melewati banyak permukiman maupun wilayah aktivitas manusia.

Saat diwawancarai Kantor Komunikasi Publik Unpad, Noir menuturkan, tim sudah melakukan riset mengenai sampah laut sejak 2012. Tim menemukan bahwa kawasan hutan mangrove maupun ekosistem pantai lainnya masih belum banyak dilakukan penelitian mengenai sampah laut.

Dari beberapa stasiun pengamatan seperti di Pulau Untung Jawa, Pulau Biawak, dan Kupang, ditemukan fakta bahwa sampah mikro dan makro berada di sedimen hutan mangrove.

“Padahal hutan mangrove tempat berbagai biota hidup dan fungsinya sangat penting dalam ekologi,” kata Noir.

Inovasi Penelusuran Sampah

Tidak hanya menemukan titik sampah, tim juga mencoba memetakan perjalanan sampah di muara sungai menggunakan alat yang dikembangkan sendiri, yaitu Sea-Ghost II. Alat teroka tersebut sudah dilengkapi dengan GPS sehingga dapat memberikan informasi lokasi.

Perihal alat ini Noir menjelaskan, Sea-Ghost II memiliki kelebihan dapat menyesuaikan dengan berat ukuran sampah yang ingin dipetakan. “Pada akhirnya kami ingin mengamati interaksi antara sampah laut, seperti botol dan sampah lainnya terhadap biota yang ada di hutan mangrove,” sambungnya.

Melalui hibah ini, tim menawarkan inovasi penelusuran (tracking) sampah dengan alat yang dikembangkan sendiri. Selain itu, tim juga mengembangkan simulasi pemodelan sampah serta melakukan riset terkait hubungan biota dengan sampah.

Diharapkan, Noir dan tim dapat memberikan data terkini mengenai kondisi sebaran sampah plastik di muara sungai, utamanya di wilayah Muara Gembong. Data yang diperoleh diharapkan dapat memotivasi pemangku kepentingan untuk menganalisis dan merumuskan kembali kebijakan yang ada.

“Apakah kebijakan perlu dimutakhirkan atau ditinjau dengan langkah-langkah yang paling tepat,” tuturnya.

Kompetitif

Noir menilai, kompetisi hibah riset sebagai salah satu bagian implementasi ASEANO Project 2019-2022 terbilang kompetitif. Proposal riset yang diajukan Noir dan tim berhasil menyisihkan 181 proposal yang masuk.

“Melihat banyaknya proposal yang masuk, para juri yang berasal dari berbagai negara termasuk Norwegia, dan proses seleksi terlihat bahwa kompetisi ini sangat menarik,” kata Noir.

Dosen Program Studi Ilmu Kelautan Unpad ini mengatakan, melalui riset ini tim optimistis bisa meraih hibah riset internasional ini. Ini didasarkan dari data dan pengalaman panjang tim dalam membangun pangkalan data (database) sampah, sehingga tim menjadi salah satu peneliti yang memiliki database sampah terbanyak di Indonesia.

Sebelumnya, tim juga berhasil mendapatkan dana hibah internasional lainnya, yaitu dana hibah kerja sama dengan Edinburgh University untuk permodelan sampah laut di 2019, serta dana hibah dari DDRG-LIPI-Bank Dunia untuk penelitian sampah laut di perairan Sewu, NTT.*

Share this: