kilang minyak pertamina
Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran mengunjungi Onshore Receiving Fasility (ORF) Muara Karang di Jakarta, 4/10/2013. (Foto: Purnomo Sidik)*
energi baru terbarukan
Pembicara pada Webinar Perspektif Baru “Lindungi Bumi dengan Energi Terbarukan” yang digelar atas kerja sama FISIP Universitas Padjadjaran, Kementerian ESDM RI, serta Yayasan Perspektif Baru, Rabu (7/4) lalu.*

[unpad.ac.id, 9/4/2021] Peringatan Hari Bumi 2021 yang jatuh pada 22 April mendatang diharapkan menjadi momentum bagi manusia untuk terus menjaga lingkungan. Pengembangan energi baru terbarukan menjadi fokus yang terus digalakkan.

“Hari Bumi 2021 perlu jadi pengingat bersama pentingnya menjaga bumi dari perubahan iklim,” ujar pakar komunikasi hijau dan pendiri Yayasan Perspektif Baru Wimar Witoelar saat menjadi pembicara dalam Webinar Perspektif Baru “Lindungi Bumi dengan Energi Terbarukan”, Rabu (7/4) lalu.

Seminar daring ini terselenggara atas kerja sama FISIP Universitas Padjadjaran, Kementerian ESDM RI, serta Yayasan Perspektif Baru. Selain Wimar, acara ini juga menghadirkan pembicara lainnya.

Wimar menjelaskan, dunia harus selalu diingatkan akan dampak krusial perubahan iklim. Upaya penanganan tidak bisa parsial, tetapi harus melibatkan seluruh pihak.

Pandemi Covid-19 menurut Wimar memiliki hikmah bagaimana dunia harus bekerja sama untuk mengatasi masalah global. “Oleh karena itu, sudah seharusnya seluruh negara bersatu untuk mengatasi perubahan iklim sesuai dengan Kesepakatan Paris,” tuturnya.

Energi Baru Terbarukan

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menjelaskan, untuk selaras dengan target Kesepakatan Paris, maka pasokan energi Indonesia harus melakukan transformasi. Pasokan energi terbarukan harus mencapai lebih dari 70 persen dari total kebutuhan energi di 2050.

Fabby menilai, peran generasi muda, terutama mahasiswa, sangat penting. Hal ini untuk mendorong perubahan kebijakan dan praktik yang lebih berpihak pada upaya nyata dalam mengatasi perubahan iklim sekaligus mendorong transisi energi.

Senada dengan Fabby, Wakil Dekan bidang Pembelajaran, Kemahasiswaan, dan Riset FISIP Unpad Ida Widianingsih, PhD, memaparkan, peluang penelitian energi baru terbarukan bagi mahasiswa dan peneliti masih terbuka lebar.

“Pengembangan energi terbarukan harus bisa menjadi magnet bagi generasi muda, mereka harus tertantang untuk menyelami teknologi energi baru terbarukan dan melakukan berbagai inovasi,” kata Ida.

Mahasiswa, kata Ida, lebih mudah dikenalkan dengan energi baru terbarukan. Ini disebabkan, generasi muda lebih mampu menerima hal-hal yang bersifat kebaruan. “Mereka senang mencoba sesuatu yang baru dan berbeda sehingga terinspirasi untuk menciptakan teknologi ramah lingkungan,” ujar Ida.

Sementara itu, Direktur Konservasi Energi, Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM RI Luh Nyoman Puspa Dewi mengatakan, subsektor energi baru terbarukan memegang peranan penting d Indonesia.

Saat ini, subsektor tersebut melalui pemanfaatan energi baru terbarukan dan penerapan efisiensi energi telah berhansil menyumbang sekitar 73 persen atau 47,2 juta CO2 equivalent.

“Potensi energi terbarukan Indonesia yang besar dapat bermanfaat untuk memperbaiki ekonomi masyarakat yang terdampak oleh pandemi dan mewariskan energi yang ramah lingkungan bagi generasi mendatang,” ujarnya.(rilis)*

Share this: