
[unpad.ac.id] Membangun kemandirian vaksin bangsa diperlukan integrasi dan sinergi yang kuat dari bebagai lembaga.Dua aspek dilakukan dalam pengembangan penelitian vaksin serta hilirisasinya.
Hal tersebut disampaikan Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Toto Subroto, M.S., dalam diskusi “Satu Jam Berbincang Ilmu (Sajabi)” yang digelar secara daring oleh Dewan Profesor Unpad, Sabtu (29/5).
Dikatakan Prof. Toto, selain sinergi dan integrasi riset dari berbagai lembaga penelitan dan perguruan tinggi, dukungan juga perlu dilakukan pemerintah melalui regulasi yang kuat. Kesinambungan pendanaan dari pemerintah sangat diperlukan.
Lebih lanjut Prof. Toto mengatakan, peta jalan penetapan fokus riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga diperlukan melalui pendekatan top down dan bottom up. Menurutnya, proses top down diperlukan dalam menetapkan prioritas vaksin yang menjadi tantangan bangsa Indonesia sekarang dan masa datang.
Dalam menghadapi kesiapsiagaan pandemi, Prof. Toto menilai perlunya membuat strategi penguasaan platform keberhasilan vaksin yang sudah teruji baik efikasinya. Platform ini tidak hanya untuk Covid-19, tetapi juga vaksin patogen lainnya.
“Diharapkan dengan upaya ini berhasil maka transformasi Indonesia terwujud dari negara importir menjadi produsen vaksin dengan platform modern,” ujar Prof. Toto.
Dalam mengembangkan platform vaksin modern, Prof. Toto menekankan pentingnya sumber daya manusia yang menguasai revolusi industri 4.0. Di antaranya adalah sumber daya manusia yang memiliki kemampuan mengenai mahadata (big data).
Prof. Toto menjelaskan, saat ini tengah berkembang personalized medicine berdasarkan keunikan genetik individu di mahadata. Dengan adanya bioteknologi, mencari diagnosis dan terapi penyakit spesifik dapat dilakukan.
Mandiri
Dikatakan Prof. Toto, Indonesia termasuk salah satu negara yang cepat melakukan vaksinasi Covid-19. Namun, ketersediaan vaksin global sangat terbatas. Untuk itu, Indonesia perlu mandiri agar tidak terlalu bergantung pada produsen vaksin dari negara lain.
“Sangat penting kemandirian bangsa untuk memproduksi vaksin sehingga tidak tergantung pada negara lain,” katanya.
Jika ketersediaan vaksin terbatas, dikhawatirkan penyebaran Covid-19 akan lebih cepat. Kekebalan komunitas pun sulit untuk segera dicapai.
Selain itu, menurut Prof. Toto, kemandirian vaksin juga diperlukan karena empat vaksin yang saat ini ada di Indonesia masih belum diketahui mengenai seberapa lama tingkat daya tahan dan efektivitasnya dalam tubuh. Vaksin tersebut juga belum diketahui sejauh mana efektivitasnya pada virus yang telah bermutasi.
“Sekarang banyak terjadi mutasi, dan kita belum tahu sejauh mana vaksin yang sudh diberikan itu bisa menteralkan virus yg beredar sekarang ini,” ujar Prof. Toto.
Prof. Toto pun menilai bahwa kemandirian vaksin bukan hanya untuk pandemi yang dihadapi saat ini, tapi juga di masa mendatang.
“Kita harus membangun kemandirian untuk mengadapi pandemi. Tidak hanya sekarang tapi juga masa mendatang,” ujarnya.(arm)*