Edukasi dan Kebiasaan Bersepeda yang Aman Wajib Dipahami Pesepeda

bersepeda
Rombongan pesepeda Ikatan Goweser atau I-Go Unpad melintas di Jalan Ir. H. Djuanda, Bandung, 18 Agustus 2020. (Foto: Dadan Triawan)*

[unpad.ac.id] Bersepeda menjadi aktivitas fisik yang menjadi tren akhir-akhir ini. Situasi pandemi Covid-19 menjadi pendorong masyarakat untuk berperilaku hidup lebih sehat, salah satunya dengan banyak melakukan aktivitas fisik seperti bersepeda atau jalan kaki.

Ketua Ikatan Goweser atau I-Go Universitas Padjadjaran Dr.med. Setiawan, dr., AIFM, menjelaskan, aktivitas bersepeda punya karakter yang berbeda jika dibandingkan dengan berjalan ataupun berolahraga lari.

“Bersepeda tidak dibebani oleh tubuh, sehingga cocok terutama bagi mereka yang agak gemuk, sebenarnya lebih sehat kalau kita menggunakan sepeda,” kata Setiawan.

Selain itu, bersepeda memiliki daya jelajah yang lebih jauh sehingga banyak orang tertantang untuk menempuh rute tertentu menggunakan sepeda. Hal ini mendorong beragam komunitas baru dari bersepeda mulai bermunculan.

Tidak sekadar untuk olahraga, kini banyak orang menggunakan sepeda sebagai sarana menuju tempat kerja. Kesadaran untuk mengurangi emisi karbon kendaraan bermotor semakin meningkat di kalangan masyarakat.

Meski positif, Setiawan tetap mengingatkan pesepeda untuk tetap berhati-hati saat menggowes di jalan raya. Edukasi dan kebiasaan untuk menerapkan “safety riding” perlu ditingkatkan.

Dekan Sekolah Pascasarjana Unpad ini menuturkan, ada beberapa hal yang wajib dipatuhi pesepeda saat di jalan raya. Hal utama adalah menggunakan jalur khusus sepeda jika sudah ada di jalan raya.

“Terkadang, sekalipun ada jalur khusus tidak diperhatikan (oleh pesepeda). Perlu ada edukasi dan kebiasaan,” kata Setiawan.

Jika jalan belum memiliki jalur khusus sepeda, pesepeda wajib menggunakan jalur paling kiri. Jika gowes dilakukan dalam satu grup, usahakan untuk tidak bergerombol, sehingga tidak mengganggu pengguna jalan lain.

“Jangan bergerombol dan berbaris satu, sehingga rapi sekali dan menunjukan bahwa bersepeda bisa dilakukan di jalan raya,” jelasnya.

Untuk meningkatkan keamanan, pesepeda juga perlu melengkapi diri dengan sejumlah peralatan. Utamanya seperti helm dan lampu yang dipasang di sepeda.

Selain itu, pesepeda wajib menggunakan isyarat tangan dengan jelas jika akan berpindah jalur atau akan berbelok, sehingga mampu diketahui oleh pengguna jalan lain.

“Sekalipun tidak ada jalur khusus, asal disiplin tetap bisa merasa aman,” imbuhnya.

Konsisten

Setiawan mengatakan, masyarakat yang sudah mulai bersepeda diharapkan untuk terus konsisten dan meningkatkan intensitas bersepedanya. Bersepeda sebaiknya dilakukan minimal tiga kali dalam seminggu, supaya ada efek latihan yang diharapkan.

Konsisten diperlukan agar tubuh mencapai kebugaran dan kesehatan yang prima. Ini disebabkan, bersepeda merupakan olahraga yang bagus untuk meningkatkan kapasitas jantung dan paru-paru.

“Kita tahu saat ini penyakit degeneratif dan katastropik meningkat dan menghabiskan biaya kesehatan. Sebenarnya itu bisa dicegah dengan cara meningkatkan aktivitas fisik,” pungkasnya.*

Share this: