
[unpad.ac.id] Berbagai permasalahan lingkungan hidup yang terjadi saat ini dapat menyebabkan terjadinya krisis keberlanjutan. Untuk mengatasinya, dibutuhkan pendekatan yang holistik, multiperspektif,dan berorientasi solusi.
“Pendekatan ini merupakan bagian dari apa yang dewasa ini dikenal dengan konsep social-ecological resilience,” Guru Besar FISIP Universitas Padjadjaran Prof. Oekan S. Abdoellah, PhD, dalam acara Satu Jam Berbicang Ilmu (Sajabi) “Membangun Masyarakat yang Resilien secara Sosial dan Ekologis” yang digelar Dewan Profesor Sabtu (5/6) lalu secara daring.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Oekan mengatakan bahwa pemahaman tentang resiliensi sosial-ekologis menjadi prasyarat penting dalam membangun kembali interaksi yang berkelanjutan antara manusia dan lingkungannya.
“Kita harus lebih menghargai sejauh mana ekologi dan sistem sosial ekonomi saling terkait dalam berbagai skala ruang, waktu, dan kompleksitas. Sehingga dengan demikian mereka harus dipandang sebagai satu sistem tunggal,” ujarnya.
Membangun masyarakat Indonesia yang resilien secara sosio-ekologis pun menjadi upaya penting untuk mewujudkan Nawacita dan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Menurut Prof. Oekan, mewujudkan SDGs, pada akhirnya juga merupakan upaya menjaga keberlanjutan suatu bangsa.
“Kalau Nawacita mampu diimplementasikan dengan baik, maka SDGs itu sebenanrnya sudah kita lakukan juga,” ujar peneliti senior CESS Unpad ini.
Lebih lanjut Prof. Oekan menjelaskan, masyarakat Indonesia yang resilien ditunjukan oleh kemampuan kolektif. Bukan hanya dalam hal mempertahankan identitas bangsa, tetapi juga mampu beradaptasi terhadap dinamika lingkungan yang semakin kompleks dan penuh ketidakpastian.
“Bahkan lebih dari itu, bangsa Indonesia dapat bertransformasi agar dapat menjamin keberlanjutan Indonesia menjadi suatu bangsa yang memiliki peran penting di kancah global,” ujarnya.
Dikatakan Prof. Oekan, resiliensi sosial-ekologis menawarkan perspektif yang holistik dan bersifat transdisiplin untuk memahami fenomena perubahan lingkungan. Konsep ini dinilai dapat memberikan jalan keluar untuk penyelesasian masalah lingkungan dan persoalan lain yang dihadapi.
Untuk penerapannya, diperlukan adanya “new science” yang salah satunya ditawarkan melalui Ilmu Keberlanjutan.
Unpad, dengan Pola Ilmiah Pokoknya, memiliki peran penting dalam menguatkan pemahaman resiliesi sosial-ekologis secara ilmiah. Salah satu upaya Unpad adalah dengan adanya Program Studi Ilmu Keberlanjutan Sekolah Pascasarjana Unpad yang telah berdiri sejak 6 tahun lalu dan menjadi Prodi Ilmu Keberlanjutan pertama di Indonesia.
Selain itu, juga diperlukan transformasi Ilmu Keberlanjutan dalam tataran praktis terkait dengan resiliesi sosial-ekologis. Beberapa kegiatan yang digelar CESS pun telah digelar sebagai ajang praktis Ilmu Keberlanjutan.
Prof. Oekan berpendapat, mewujudkan praktik resiliensi sosial-ekologis perlu dimulai dari diri sendiri dan dari hal kecil dulu. Keinginan untuk bertransformasi pun menjadi penting.
”Tentu saja kita mulai dari diri kita sendiri dan keinginan untuk bertranformasi,” ujar Prof. Oekan.(arm)*