telemedicine
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Tono Djuwantono, dr., SpOG(K), M.Kes.,
telemedicine
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Tono Djuwantono, dr., SpOG(K), M.Kes., menjadi pembicara pada diskusi “Satu Jam Berbincang Ilmu: Telemedicine” yang digelar Dewan Profesor Unpad, Sabtu (26/6).*

[unpad.ac.id] Pandemi Covid-19 yang terus meningkat sangat berdampak pada terganggunya sektor layanan kesehatan di rumah sakit. Banyak pasien yang terkendala melakukan konsultasi atau berobat karena hampir seluruh rumah sakit digunakan untuk menangani pasien Covid-19.

Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Tono Djuwantono, dr., SpOG(K), M.Kes., telemedicine menjadi solusi di tengah situasi pandemi Covid-19. Upaya ini menjadi alternatif agar masyarakat tetap bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis tanpa harus mendatangi rumah sakit.

“Telemedicine memang tidak bisa menggantikan tatap muka. Akan tetapi pada keadaan tertentu seperti jarak jauh, untuk kasus tertentu banyak sekali yang sudah menggunakan telemedicine,” kata Prof. Tono dalam diskusi “Satu Jam Berbincang Ilmu: Telemedicine” yang digelar Dewan Profesor Unpad, Sabtu (26/6).

Prof. Tono menjelaskan, pada era disrupsi, ilmu kedokteran perlu mengalami transformasi digital. Bidang kedokteran dituntut bisa beradaptasi dan integrasi setidaknya pada tiga sektor, yaitu mahadata  (big data), bioteknologi, serta  medical information and communication technology (medical ICT).

Guru Besar bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi tersebut menuturkan, perkembangan telemedicine di tingkat internasional sudah semakin baik. Salah satunya mampu mendiagnosis 95 persen jenis kanker tertentu hanya berdasarkan dari hasil wawancara.

“Telemedicine salah satu yang perlu kita gali. Kita perlu big data kesehatan masyarakat Indonesia, lalu kita olah aritmatikanya, dan teman-teman Statistik bisa membuat model dan ramalkan apa masalahnya,” kata Prof. Tono.

Meski demikian, perkembangan telemedicine juga terkendala salah satunya di etik. Karena itu, aktivitas ini perlu mendapatkan dukungan regulasi yang kuat mengenai sejauh mana batasan-batasan yang bisa dilakukan.

“Pandemi saat ini, tidak ada jalan. Telemedicine jadi solusi. Tidak sempurna tapi harus bersama-sama ke sana,” kata Prof. Tono.*

Share this: